Late banget postingnya, tapi kalau ini memang #worldhijabday alias hari hijab sedunia izinkan saya ikut meramaikannya karena apapun kebaikan itu pantas dirayakan, walaupun terlambat. Walaupun sederhana
Sebagai diri yang biasa berkerudung sehari-hari sejak duduk di kls 3 SMA saya memang mengenakannya pada awalnya hingga saat ini dan mungkin akhir nanti karena meyakini wajibnya. Khususnya untuk saya sendiri sebagai muslimah.
Bisa jadi keyakinan ini (akan sebuah perintah agama) dimiliki juga oleh teman-teman lain tapi mungkin juga tidak seperti yang akhir-akhir ini menjadi bahan diskusi bahkan perdebatan di kalangan luas.
Tapi bagi saya, apapun yang dipahami dan diyakini seseorang tentang apapun, hal itu bergerak di dimensi yg tak terlihat, tak terdengar dan tak teraba karena ia berada di zona ide / pemikiran dan ruang hati.
Apa yang kita pahami dan yakini, apa yang orang lain pahami dan yakini, itu lahir sebagai buah perjalanan masing-masing dalam memaknai segala sesuatu yang hadir dalam hidupnya. Jadi perbedaan itu niscaya.
Sebagaimana cinta dan benci yang beredar di area rasa maka pemikiran, pemahaman, sikap, dan lain hal yang bergerak di benak tak bisa dan tak boleh diintervensi oleh siapapun kecuali masuk atas izin dan kerelaan pemiliknya.
Jika ada orang menyebut istilah hidayah (petunjuk), maka hidayah itu hadir sebagai buah perjalanan seseorang akan sesuatu. Bisa atas sebab usahanya, bisa juga terasa datang begitu saja karena begitu smooth-nya cara hadirnya dalam hidupnya.
Dulu saya meyakini jilbab adalah kewajiban saya sebagai muslimah krn hasil membaca dan mengaji. Tapi dorongan kuat untuk benar-benar memakainya saya kira adalah karena saya mengagumi sosok seorang perempuan, seorang Ibu dan istri ulama terkenal di Bandung yang di mata saya begitu indah, anggun dan suci krn kelembutan akhlaqnya. Tanpa menghilangkan kekaguman saya kepada sebagian wanita yang tidak berjilbab atas kehebatan-kehebatan mereka di bidang lain.
Beliau tidak mengenal saya, tapi indah pribadinyalah yg menjadi jalan pemahaman dan keyakinan saya tumbuh.
Tapi setiap orang memiliki perjalanan yang berbeda-beda . Saya tak hendak mencari tahu mengapa ada yang tak sama pemahaman dan keyakinannya dengan yang saya miliki tentang jilbab ini.
Yang saya tahu, pengetahuan saya baru sampai disitu maka saya kerjakan apa yang saya tahu. Begitupun orang lain yang tidak menganggap jilbab wajib. Begitulah yang mereka tahu dan yakini. Maka mereka kerjakan apa yang mereka tahu.
Masing-masing punya alasan yang kuat dan pasti penting, karena ini hidup kita semua yang pasti apapun itu sudah atas kontemplasi yang sedalam-dalamnya sebagai manusia yang berakal dan berhati nurani.
Dan saya menghormati setiap pilihan itu, tak ada rasa lebih baik dr siapapun. Dan itu menenangkan hati, karena saya tak perlu memandang yang berbeda menjadi sesuatu yang aneh, bahkan salah.
Seperti kata-kata Nabi saw yang saya ingat, bahwa kita adalah umat yang diberi derajat hanya sebagai saksi saja. Namanya saksi ya hanya melihat, mendengar dan merasakan. Tidak punya hak untuk mendakwa apalagi menghakimi orang lain. Jadi sebenarnya, tak perlu ada baku kata itu, memperdebatkan yang masing-masing sudah berbeda sejak awal hanya kesia-siaan saja.
Saling menghargai pilihan masing-masing saya kira adalah sikap dan tindakan terbaik yang perlu dirawat demi kedamaian yang sebenarnya kita butuhkan dalam hidup yang saling bersisian di bumi kita bersama ini.
emoga hanya yang terbaik dan terindah untuk kita semua hari ini dan nanti hingga kapanpun.
Selamat hari hijab sedunia bagi yang merayakannya. Bagi yang tidak, kita tetap saudara. Salam sayang. 🙏
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah singgah di Goresanku ya ^_^