Tuesday, January 28, 2020

Secarik Foto Lama

Doc. @coupleencoupleamor


Perpustakaan Nasional, pkl. 13.30 wib.

"Beneran buku ini buat aku Tante? "

Seraut wajah oval dengan sepasang mata cantik yang berbinar menatapku lekat. Caranya bertanya membuatku sedikit gemas, ingin menjawil pipinya yang chubby andai dia masih seimut anak TK.

Sayang Aisha sudah remaja, sudah SMA,  pasti akan merasa aneh jika aku yang baru pertama kali bertemu langsung selancang itu menyentuhnya.

Aku berikan senyum paling manisku untuknya, dan menganggukkan kepala :

"Iya, buku itu buat kamu, Aisha"

Aisha membuka mulutnya lebar dan alisnya terangkat tinggi saat mengucapkan terima kasihnya, menyajikan ekspresi rasa senang yang menghangatkan hati pemberinya.

Dalam hening sekian detik aku tertegun. Mata Aisha, hidungnya, bibirnya dan ekspresinya membawa ingatkanku kepadanya.

Dia yang menelponku semalam. Dia juga yang pernah menelponku setiap malam bertahun-tahun yang lalu.

Ya, semalam Deny mengingatkan bahwa putrinya akan berkunjung ke tempatku untuk menjemput janjiku memberinya buku novelku sebagai hadiah ulang tahunnya.

Suara Deny di telpon terdengar tak berubah, masih lembut dan gagah :

"Aisha ngefans sama kamu Wid. Seminggu ini yang dia omongin cuma kamu. Aku harap kamu gak keberatan menghadapi kebawelannya besok di Jakarta".


Aku tertawa, diapun tertawa. Ahh seperti Deja Vu, tertawa bersama ini pernah ada saat itu.  Saat musim cinta masih segar dan ranum. Diantara lalu lalang orang saat kegiatan organisasi berlangsung.

***

Waktu itu, 20 tahun lalu aku hanya fokus pada pekerjaanku. Membuat kerajinan tangan bersama teman-teman lain untuk dijual. yang keuntungannya diperuntukkan kepada para dhuafa di setiap bulan Ramadhan.

Tiba-tiba suara seseorang menyapa :
"Lagi pada ngapain? ".


Ah dia lagi. Si mata elang itu dengan rambut sedikit ikalnya yang sejak kehadirannya di  base camp ini membuat tempat berkumpul kami semua itu menjadi lebih ramai. Dan dia selalu menyapa semua orang di ruangan itu dengan ucapan seperti itu. 

Aku lanjut menekuni pekerjaanku, aku tahu sapaan itu akan disambut banyak sekali balasan teman-teman perempuanku yang lain seperti biasanya. Aku hanya debu diantara sekian gadis-gadis cerdas dan cantik itu manalah mungkin akan terlihat olehnya. Jadi tak masalah kukira kalau aku tak mengacuhkannya. 

Sebagai pemuda paling good looking dan berhasil kuliah di jurusan bergengsi di kampus, wajar jika dia memiliki banyak fans. Meskipun begitu itu tak membuatnya sombong kukira, karena yang kutahu dia memiliki banyak sahabat laki-laki juga. Kupikir dia seorang yang humble dan fleksibel. 

Tak lama aku merasa seseorang mendekati tempat dudukku dan tiba-tiba mengambil sebagian hasil karyaku. Ah Deny, mau apa dia pegang-pegang kerajinanku. 

"Ugh keren ini. Gimana si bikinnya. Ini cuma ditempel-tempel aja kan? Iya kan?  Gak sampai dijahit?  Tapi koq aku gak kebayang bikinnya"

Aku menoleh menatap tangannya yang terus memutar-mutar hasil karyaku dan sedikit mencuri pandang pada ekspresi wajahnya yang nyureng-nyureng lucu.

Akhirnya aku harus menjelaskan sedikit proses pengerjaannya dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya yang lain karena bagaimanapun dia teman kampusku yang baik dan cukup dihormati.

Pertanyaan-pertanyaan yang terus diajukannya kepadaku sejak itu baik di telpon, di antara gedung-gedung kampus, di jalanan antara Jl. Dago dan Braga, di teras rumah, di telpon lagi dst.

Pertanyaan dan jawaban yang terus kami saling ajukan dengan penuh sukacita  sampai dua tahun berlalu dan di suatu hari dia harus melanjutkan study ke sebrang lautan dimana komunikasi kami semakin jarang dan jarang dan jarang, lalu tiba-tiba ia menghilang. 

"Aku juga punya ini buat Tante Widya."


Suara Aisha tiba-tiba menyeruak dari rerimbun lamunanku. Aku terhenyak. Tangan Aisha menyodorkan sesuatu. Sebuah bingkisan yang dibungkus paper box.


"Itu aku buat sendiri lho Tan. Hehe. Oya,  dan ini titipan dari Papa. Papa bilang  dibukanya kalau aku udah pulang aja ya Tante."


Aisha menampakkan perubahan air muka menjadi sedikit cemberut saat menyebut kata-kata terkahir, tapi menggemaskan. Kurasa Aisha berpura-pura, karena mata dan senyumnya kembali muncul dan menggoda.


Yang sungguh berubah kurasa ekspresiku sendiri. Sekejap saja perhatianku tak tertuju lagi pada hadiah dari Aisha, melainkan paper bag yang dikatakan sebagai titipan ayahnya. 

"Deny menitipkan sesuatu? ".

...

Rumah, pkl. 22.40.

Di luar hujan tak berhenti. Tak perlu membuka gordyn jendela untuk membuktikannya, suara gemericiknya yang menitisi atap dan halaman rumah meliputi malam kota kecilku. 

Kotak paper bag titipan Deny belum kusentuh lagi sejak pulang sore tadi.  Aku menunggu waktu yang tepat di penutup malam terujung dan paling sendiriku untuk membukanya. 

Hanya sebentuk kotak berbungkus kertas di dalamnya tapi entah mengapa aku enggan mengambilnya, namun aku juga tak tahan untuk melihat isinya. 

Kubuka dengan hati-hati seutas tali berbahan kain recycle yang mengikatnya dan membuka tilam kertas halus yang hampir-hampir serupa kain nylon berwarna coklat. 

Aku tertegun, sebuah buku Diary milikku ataukah milik Deny?  Ah tak penting itu, tetapi buku diary itu pernah selalu berpindah-pindah tangan.  Bergantian antara aku atau dia menuliskan kesan dan pesan di dalamnya untuk satu sama lain. 

Tapi kenapa dia mengembalikan diary ini padaku?  Bahkan,  bahkan mengapa diary ini masih ada dan dia simpan? Setelah 20 tahun berlalu?  

Kubuka perlahan setiap lembarnya dan kubaca setiap halamannya dengan senyuman bagaikan masa lalu. 

Tuhan... Tulisan-tulisan itu. Betapa manisnya. Dan betapa alaynya kupikir. Selalu ada gambar-gambar lucu di akhir pesannya. 

Aku terhenti di halaman paling akhir cerita kami. Terakhir kami saling berkirim pesan melalui diary. Sesuatu seperti mengganjal di balik kertasnya. Aku membukanya, dan nampak selembar foto lama tergeletak di atasnya. 

Ah foto itu. Foto aku dan Deny berdua yang di-capture seorang teman diam-diam saat komunitas kami membagikan kotak makanan untuk fakir miskin pada suatu malam di bulan Ramadhan. 

Aku membalik lembar foto itu, dan sebaris tulisan yang kukira tulisan baru tergores disana. Hanya sebaris goresan tangan yang mendesirkan hati, sebaris pahatan tinta bertuliskan namaku :

Widya Maharani ❤

Hujan malam masih gemericik. Dan aku masih terdiam, mendengarkan lagu yang pernah dikirim seseorang dan tanganku memeluk foto lama itu di dada dalam-dalam. 


]




Tuesday, January 21, 2020

Tak Setabah Cut Meutia

Gamang. 
Melayang benakku sejak semalam.
Memikirkan macam-macam. 
Kadang tentang dia, dia, dia, mereka dan orang-orang.

Ada yang datang seperti ingin menyayang namun menyakiti lalu menghilang. 
Ada yang hadir, meminjam  hati, barang ataupun sekadar uang.
Apakah berteman hanya tentang saling meluka diam-diam ?

Friday, January 17, 2020

10 Fakta Kecil Winny



Haaiii..
Apa kabar kamu? Semoga baik-baik aja ya semuanya, selalu dalam perlindungan Tuhan dan dilancarkan segala urusannya, aamiin.

Jadi ceritanya aku lagi belum ada ide buat tema nulis niih karena beberapa hari ini lagi seneng ngumpulin sesuatu buat target sesuatuku yang lain. Sesuatu yang adaaa aja,  masih rahasia pokoknya ... (kayak ada yang penasaran aja nadanya Win 😁).

So, buat isi blogku sekarang aku kepikir gimana kalo nulis tentang aku sendiri aja ala-ala "a little facts about me"nya para YouTubers itu 😃.

Bisa jadi, buat yang kenal, ada yang sudah tahu apa aja hal-hal kecil tentang aku itu. Tapi pasti gak sebanyak yang bakal aku tulis disini nih karena kebetulan aku lagi semangat nulisnya guys 😃. 

Oya, Kenapa kepikir buat nulis tentang fakta diri sendiri ?, sebetulnya ini buat jadi pengingat diri juga sih mentemen. Buat pengingat bahwa banyak hal-hal kecil di sekitar aku yang pantas diapresiasi dan bisa dinikmati ternyata sebagai bagian hidup yang menyenangkan yang bisa jadi ini gak kepikiran sama orang lain. Sama seperti kamu mungkin, yang punya kesenangan-kesenangan atau kebiasaan kecil yang unik yang gak dimiliki orang lain dimana kamu sangat enjoy melakukannya atau memilikinya. 

Naa untuk mempersingkat kebeteanmu gara-gara kebanyakan intro-ku, ayok kita simak apa aja fakta-fakta kecil tentang  Winny itu.

1. Aku suka mencium wangi-wangian terutama dari sabun mandi padat (compact). 

Tentu saja aku juga suka dan punya harum-haruman dari spray parfume, colougne, body mist, wangi shampoo, sabun cair tertentu dll tapi favoritku tetap : sabun mandi padat (merek-merek tertentu). 


Sejak kapan aku suka mencium aka mengendus wanginya sabun padat?  Itu dimulai sejak aku pernah merasakan pusing dan mual di dalam mobil dalam suatu perjalanan ke luar kota yang panjang. Waktu itu aku terpikir kalau aku pusing karena mencium aroma AC atau mobil yang gak enak, maka untuk pengusirnya aku harus mencari dan  mencium aroma opponent-nya alias lawannya. 

Aku cari-carilah di tas waktu itu apa nih yang bisa melawan kepusinganku yang hebat biar gak mual-mual lagi, Nah aku nemu minyak kayu putih yang memang selalu aku bawa-bawa kalo sedang jalan agak jauh.

Tapi aku juga lihat ada sabun mandi padat di pouch peralatan mandiku. Trus dengan sok taunya aku campurin aja itu minyak kayu putih, aku tuang setetes dua tetes ke sabun mandi padat, maksudnya biar aromanya mantap gitu. 

Da bener aja lho, dua kekuatan wewangian kayu putih sama sabun mandi dikolaborasi jadi satu buat melawan aroma AC mobil yang bikin pusing itu berhasil dong. Aku cium dalam-dalam wanginya itu sabun seketika  pusingnya hilang. 

Sejak itu aku suka beli sabun mandi padat setiap ke super market bukan cuma buat mandi aja, tapi juga buat koleksi bersama koleksi parfum-parfumku. Senang rasanya dikelilingi wangi-wangian 😊.



Doc. europeansoap.com


2.  Aku suka berkhayal dan menuliskannya untuk menjadi sebuah karya. 

Tentu saja, kupikir yang seperti ini bukan cuma aku aja. Rata-rata seniman atau penulis pasti punya banyak imajinasi. 

Untuk para pekerja seni atau penulis atau pelukis dsb, karya-karya yang dilahirkan pasti adalah buah imajinasinya. Luahan karsanya. Dimana imajinasi itu bisa didapatkan dari pengalaman sehari-harinya, dari pengalaman orang, dari bacaan-bacaannya atau dari segala hal yang ditangkap inderanya.

Kadang-kadang karya itu bisa ditanggapi orang secara berbeda atau bahkan disalah pahami. Misalnya nih kalo aku menulis atau menggambar sesuatu, kadang orang mengira, tulisan atau gambarku itu adalah based on pengalaman pribadiku sendiri. Semacam curhat yang didongengkan. 

Padahal gak begitu. Atau gak selalu seperti itu. Karena sejak kecil, aku misal melihat semut jalan iring-iringan  di suatu tanaman menjalar aja aku bayanginnya mereka adalah manusia-manusia kecil (liliput) di suatu kerajaan yang lagi beraktivitas. 

Atau,  setiap kemana aja tempat atau situasi yang aku temui, aku bisa menerjemahkannya menjadi situasi atau tempat yang lain yang kemudian aku tuangkan mungkin ke dalam tulisan, gambar atau lagu. 

Iya, aku semengkhayal itu. Dan aku rasa it's OK. Bahkan tak sekadar OK tapi itu indah. Karena aku bisa menikmati setiap pernik tempat (kebetulan aku suka tempat-tempat terbuka seperti taman, bukit-bukit, sungai dsb) dan juga pertemuan dengan orang-orang yang aku bisa ceritakan dalam sebuah karya dalam bentuk dan kisah yang lain. 



3. Aku suka menyanyi, menciptakan lagu, dan karenanya senang serta kagum kepada orang yang bisa menyanyi dan memainkan alat musik. 

Menurut pendapatku, semua orang tercipta dengan memiliki rasa seni. Dan setiap manusia aku yakin suka dengan hal-hal yang indah termasuk musik. Karena musik adalah salah satu hal terindah di dunia yang kita punya berbeda dengan binatang dan makhluq lainnya. 

Kita sering melihat, setidak bisa - tidak bisanya seseorang menyanyi atau bermain musik, pasti dia bisa dan suka bersenandung (walaupun sesekali) . Atau pasti dia punya lagu-lagu favorit. Rasanya hampir gak ada orang yang gak suka musik, cuma berbeda seleranya aja.  

Itu semua menandakan bahwa manusia suka musik karena musik itu indah. Dan itu sebabnya aku mengagumi para musician, yaitu orang-orang yang bisa menghadirkan keindahan itu kepada orang-orang di sekelilingnya dalam bentuk bermusik. Baik itu penyanyi (sebagai profesi ataupun hanya sekadar hobi) dan apalagi pemain alat musiknya.

Ugh dulu aku sampai mati-matian belajar gitar karena menganggap pemain gitar itu keren, bisa menaklukan alat yang rumit jadi pengiring lagu yang indah.  

Aku percaya karena saking indahnya musik adalah salah satu penenang jiwa juga (tergantung jenis musiknya juga kali ya).  Makanya aku sering menyarankan sebaiknya seseorang punya minimal kemampuan menguasai satu alat musik. Karena suatu hari walaupun bukan untuk kepentingan profesional, minimal itu baik buat jalan refreshing.

Memetik gitar, menekan tuts piano, menggebuk drum, menggesek biola atau meniup saxophone itu membahagiakan.

Mengaktifkan hormon romantisme dan kerianganmu. Memantik otak kanan sehingga menggairahkan hidupmu. Mengilustrasikan bahwa betapa musikalnya hidup kita sebenarnya. 



4. Aku suka jalan kaki yang jauh. Jalan-jalan aja kemanapun karena dengan jalan itu aku jadi bisa lihat dunia sekelilingku secara slow motion, lebih detail dan lebih mendalam dibanding kalau aku naik kendaraan beroda empat atau dua. 

Jika keadaan memungkinkan, misal cuaca teduh, sejuk, tidak panas ataupun hujan, aku akan lebih senang berjalan kaki. Berkawan ataupun sendirian. 

Kadang aku merasa ini bagian dari kegemaran menulisku. Karena dengan berjalan kaki aku jadi bisa lebih dapat banyak insight di mata dan benakku. 

Aku gak cuma melihat misalnya tentang pedagang-pedagang kecil di emperan kaki lima, tapi rasanya aku juga bisa menangkap perasaan dan pikiran mereka. 

Atau capture keelokan tersembunyi dibalik ukiran-ukiran pagar gedung, tanaman-tanaman hias di pot gantung, rumit pahatan patung-patung gereja atau motif-motif lucu trotoar dan lampu-lampu kota. 



5. Aku lebih suka naik turun tangga daripada menggunakan  lift di gedung bertingkat. 

Kenapa?  Karena aku kurang suka tempat yang tertutup (walaupun bukan phobia, atau mungkin phobia ringan kali ya) berasa sesak napas aja kalau di  dalam lift.

Bagaimana dengan elevator? Ya elevator masih lumayan lah ya daripada lift.  Masih berada di ruang terbuka. Kalaupun gak suka diam, aku masih bisa jalan kaki di elevator yang sedang on. 

Bahkan di mobilpun aku lebih suka dengan jendela terbuka, membiarkan udara masuk keluar bebas daripada menghirup udara dari AC.  Seandainya gak bermasalah, sebetulnya maunya aku jendela mobil terbuka aja kalau di jalan tol, tapi kan gak boleh ya.  

Doc. Simon.com


6. Aku gak suka koleksi perhiasan atau menabung dalam bentuk perhiasan. 

Sebagai perempuan tentu saja aku suka memakai perhiasan. Tapi gak mau sampai koleksi-koleksi. Walaupun girly, senang cincin, gelang dan anting-anting, tapi perhiasan berharga  yang aku punya hanya yang aku memang pakai sehari-hari. Dan itupun gak suka yang terlalu ramai. Buat pemanis aja, buat aku liatin gemes-gemes  😁.

Makanya, kalau lagi beli perhiasan dari emas aku pilih-pilihnya lama, karena buat aku pakai dalam jangka panjang. Dan mungkin selamanya. Kayak sayangku kepadanya #eh.  


Doc. amazon.com


7. Aku punya dua gitar kesayangan. Yang satu besar dengan senar logam dan body berwarna coklat  dan satu lagi kecil dengan senar nylon berwarna hitam. 

Sebetulnya suaranya lebih jernih yang gitar besar, tapi untuk iseng nyanyi buat di  instagram dan YouTube lebih sering pakai gitar yang kecil. 

Kenapa beli yang kecil?  Supaya bisa dibawa-bawa kalau traveling. Maunya sih kalau ada gitar lipat ya sekalian biar praktis 😁.

Doc. keymusic.com


8. Aku punya idola juga dong dari bintang-bintang film dalam maupun luar negeri. Tapi, idola-idolaku itu selalu perempuan. 

Ada sih aktor yang aku suka juga tapi gak sampai mengidolakan. Maksudnya, kalau suka sama satu film atau drama Korea misalnya, lebih suka dan gemes liat artis ceweknya. Seperti menginspirasi gitu, baik dari gesture-nya, cara berpakaiannya atau karakternya. 

Park Min Young di drama berjudul Healer
Doc. setangkai.com


9. Waktu kecil masih SD aku sering diledek teman sekelas si kumis. Karena katanya aku punya kumis (tipis)  di atas bibir. Dulu aku sering baper dikatain si kumis. Malu dan sedih pokoknya. Kalau istilah zaman sekarang mungkin bisa masuk kategori body shaming ya.  

Tapi itu dulu. Sekarang si kumis entah kemana. Sejak kapan tau aku gak pernah lihat lagi. Kadang-kadang kangen, karena ternyata ada juga artis yang punya kumis tipis tapi tetep cantik, famous dan banyak job juga 😁. 


Doc. m.detik.com 


10. Aku punya banyak andeng-andeng yang tersebar di badan dan muka. 

Yang paling aneh ada di mata kiri bagian putihnya. Tapi sejak kecil sampai sekarang gak ganggu apa-apa. Alhamdulillah mata dan semuanya sehat-sehat aja. 

Kata dokterku, andeng-andeng itu pemanis pemberian Tuhan, harus disyukuri jangan dihilangkan. Walaupun kadang-kadang kalau bisa andeng-andengku dituker uang buat beli  skincare, mau deh. 😁

Doc. manaberita.com


Nah segitu dulu aja cerita tentang fakta tentang akunya ya.  Gak penting dan absurd banget gak sih ? 😁 Tapi gapapa ya,  yang sabar-sabar aja pembacaku.

Kalo kamu sendiri gimana?  Cerita dong kali aja ada lebih banyak fakta yang lebih asyik lagi. Tulis ya tulis. 😃

Pokoknya, gimanapun isi tulisanku, semoga harimu indah habis baca ini ya,  aamiin. 

Have a nice times 😘



Tuesday, January 14, 2020

Sesapa Mata, di Dalam Kereta


Doc. Akurat.co


Tap tap tap...
Suara flat shoes-ku masih terdengar jelas sekian detik yang lalu. 

Entah kenapa, serupa hipnotis yang habis waktunya, suara pintu kereta yang terbuka di hadapanku membuatku terjaga dan tiba-tiba aku sudah berada diantara kerumunan manusia sedang berebut masuk kereta dan mencari-cari tempat duduk yang sudah pasti hal yang fana di jam-jam pulang kerja. 

Stasiun Manggarai, sekilas kubaca deretan kata itu dari balik kaca jendela yang berembun ditimpa hujan lalu perlahan menghilang dari pandangan seiring kereta berjalan.

Jemariku bertumpu pada sebuah tiang menahan guncangan. 
Kereta penuh senja ini.

Kulihat seorang Ibu dan anaknya dalam pangkuan tertidur damai tepat di depanku. Di sebelahnya, seorang gadis dengan masker menutupi sebagian wajahnya dan sepasang headset di telinga nampak asyik menonton drama Korea kukira dari ponselnya. 

Sementara kiri kanan belakang dan segenap arah penjuru angin lainnya telah penuh dengan orang yang tak peduli kecuali stasiun tujuannya. 

Tiba-tiba seseorang menyodorkan scarf satin berwarna biru ke arahku. Dua detik pertama surpriseku, merasa familiar dengan barang dalam genggaman itu. Sebuah scarf, souvenir dari event yang baru saja kuliput dan seharusnya berada di dalam goodie bag-ku.  

"Scarf ini punyamu?  Tadi sepertinya jatuh di dekat pintu tap stasiun" ujarnya. 

Sepasang mata hitam kecoklatan di bawah rerimbun alis yang tebal menatapku lekat. Bagian depan rambutnya yang agak ikal menutupi sebagian parasnya yang oval. 

Hening... 
Antara kumeragu dengan scarf biru ataukah tatapan itu. 
Aku tergagap... 

"Oh ya terima kasih" .

Dia mengangguk dan tersenyum. Seorang Bapak di sebelahnya bergeser membuatnya bergerak bersisian denganku. Terkadang pergantian stasiun membuat kami berjarak, namun entah kenapa dia selalu kembali di sekitar. Menatapku. 

"Ahh kacau kamu ! Ge Er kamu. Orangnya mungkin sudah turun juga sejak tadi" kudengar suara hatiku terkekeh  mengejek mentertawakan kepandiranku. 

Upss... 
Kutepuk jidatku (dalam hati)  ... Ikut meledek keganjilan sepersekian detikku yang tak pernah kualami di kereta. Bagaimana bisa mengira dan berharap dia berotasi di porosku. Berkelipan bak Alpha Centauri di galaksiku.

Jelang stasiun Tanjung Barat sepertinya gelombang  penumpang tak mereda, tetap jejal dan menyesakkan udara.  Tapi kulihat seorang perempuan separuh baya di depan kananku tengah bersiap berdiri membebaskan tempat duduknya. 

Ujung mataku menyimak dan hati menanti. Namun nampaknya aku tak bisa berharap banyak karena seorang bapak bercambang lebat tepat di hadapan  perempuan itu sepertinya sudah lebih bersiap.

Dan akhirnya  pasrah.... 
Sabarlah badan letihku. Tak ada yang tak lelah di kereta ini bukan? 

Tiba-tiba seseorang menepuk pelan sisi punggung tanganku dan :

"Mbak, duduk disini"

Sepasang mata tajam dan rambut ikal tadi nampak mempersilakanku duduk di kursi penumpang yang kukira sudah tak available lagi. Gesture tubuhnya nampak menahan Bapak bercambang tebal itu. 

Hening... 
Antara kumeragu dengan tempat duduk kereta ataukah tatapannya itu?  
Kenapa dia masih ada di situ? Di dalam ruang pandangku?  

Aku balas menatapnya.
Mempertanyakan titahnya.
Dan ia mengangguk meyakinkanku.
Kursi itu untukku. 

....

"Terima kasih" ujarku.

Ada getar aneh dalam suaraku. 
Ahh kenapa berterima kasih saja harus terdengar fals suaraku? 

Dia tetap berdiri di antara jejal penumpang kereta.
Dan aku terduduk di antara bayangan kukuhnya.
Terdiam di titik nadir, dalam sibuk meredakan debur dada hingga stasiun terakhir. 


January 2020 





Friday, January 10, 2020

Mundurlah Wahai Waktu

Ribuan detik kuhabisi.
Jalanan lengang kutentang.
Oh, gelapnya tiada yang buka.
Adakah dunia mengerti ?

Miliaran panah jarak kita.
Tak jua tumbuh sayapku.
Satu-satunya cara yang ada.
Gelombang tuk ku bicara.

Tahanlah wahai waktu,
ada "selamat ulang tahun"
yang harus tiba tepat waktunya.
Untuk dia yang terjaga,
menantiku.