Hal penting dan utama yang perlu disiapkan saat pasangan menikah mulai berumah tangga salah satunya adalah soal keuangan. Ini sudah kualami saat awal menjadi seorang istri.
Masih kuingat nasehat alm Bapak Mertuaku di depan kami berdua, salah satu pesannya kepada suamiku adalah bahwa penghasilan suami sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah keluarga harus diserahkan dan dikelola sepenuhnya oleh istri. Wah jujur kaget juga saya waktu itu. Meski pernah bekerja di bagian keuangan sebuah Rumah Sakit di Bandung saya tak terpikir untuk memiliki tugasseasiiiik seberat itu.
Awalnya memang tidak sulit, apa sih sulitnya memakai uang yang diberikan oleh suami untuk membiayai kebutuhan hidup dua orang yang saling cinta (ehk). Pengantin baru mah makan pake garam sepiring berdua aja udah bahagia. Ya gak ? (nyengir)
Tapi dipikir-pikir, ngapain makan cuma pake garam kalau memang sanggup beli yang lebih bergizi dan menyenangkan hati suami ya. Enakan juga makan berdua pake nasi anget sama ayam goreng plus sambal dan lalapan ditambah kerupuk dan lain-lain macam jengkol atau ikan asin #eh (Mulai gak konsisten)
Ya intinya dalam kehidupan nyata kita sadar ternyata banyak kebutuhan yang memerlukan pendanaan yang terencana meski sesederhana apapun. Karena meski masih berdua, toh kita juga butuh biaya ke dokter dan obat kalau sakit, butuh ongkos atau kendaraan, butuh listrik, butuh air dsb kebutuhan-kebutuhan dari yang primer, sekunder sampai tersier.
Dari sana saya mulai belajar sekaligus mempraktekkan ilmu keuangan sederhana, semata dari hasil kata orang tua atau saran teman dan hasil baca-baca.
Seiring waktu, apalagi setelah kehadiran buah hati di dalam keluarga kami, saya semakin merasakan bagaimana pentingnya merencanakan dan mengelola keuangan keluarga dengan benar. Dalam adat dan budaya Sunda, ada perumpamaan "Rikrik Gemi" yang kurang lebih berarti hati-hati dan pandai mengatur keuangan sehingga "Saeutik Mahi Loba Nyesa" artinya punya sedikit cukup, dikasih banyak bersisa sehingga bisa menabung dll.
Meski saya lahir dari keturunan orang Sunda, sungguh melaksanakan motto suku sendiri ini nggak mudah. Rasanya sulit sekali mengatir keuangan apalagi di saat anak terbesar mulai sekolah, mulai bertambah banyak kebutuhan keluarga, ditambah lagi satu persatu adiknya lahir ke dunia fana ini 😇
Saat itulah saya merasa ada yang salah, ada yang belum tepat saya terapkan dalam menata keuangan keluarga.
Dalam forum blogger gathering bersama SinarMas SMIG Life yang lalu, Aakar Abyasa Fidzuno, seorang CEO/Founder of Jouska Financial of Indonesia, menjelaskan tentang beberapa perilaku yang kurang baik dalam menata keuangan keluarga. Saya jadi teringat pengalaman saya dulu itu. Wah ternyata betul ya, bahkan sampai ada istilahnya bahwa di dunia ini ada kelompok kondisi keuangan, yaitu Wealthy (orang dengan penghasilan besar atau boleh dibilang orang kaya sejati,) dan Middle Income (orang dengan penghasilan sedang). Mungkin ada juga kelompok So Low Low Income tapi yang dibahas Mas Aakar Abiyasa kemarin hanya dua itu.
Dari kedua kelompok kondisi keuangan di masyarakat itu Mas Aakar Abiyasa menyoroti hal-hal yang kurang baik yang biasanya dimiliki oleh tim eh kelompok Middle Income ini yang lalu beliau menyebutnya dengan istilah Middle Income Trap (Jebakan / Perangkap bagi orang-orang berpenghasilan sedang)
Bagaimana Middle Income Trap dikatakan sebagai sebuah jebakan ? Mungkin kamu pernah merasakan atau setidaknya melihat orang dengan profesi dan penghasilan tertentu memulai kehidupannya dengan gaya hidup yang awalnya biasa saja karena gajinyapun memang masih biasa saja. Rumah masih ngontrak, perabotan rumah secukupnya untuk hidup, mencicil motor, membeli kulkas ukuran kecil dsb.
Saat suatu waktu penghasilannya sedikit bertambah, dia juga mulai memberanikan diri mencicil rumah, sebagian orang malah berani mencicil mobil meski mobil second. Yang penting punya mobil, alasannya biar bisa mengangkut keluarga tanpa harus pinjam saudara atau menyewanya. Mulai terbiasa makan di resto atau coba-coba liburan di hotel, di tempat wisata yang agak mahal dsb, padahal jumlah tabungan bisa jadi belum aman atau bahkan tak ada karena penghasilannya yang sudah bertambah besar tadi tetap saja pas-pasan untuk membiayai gaya hidupnya yang ikut berubah seiring berubahnya pendapatannya.
Inilah sebuah kondisi dimana mengapa seseorang disebut berada dalam kelompok Middle Income Trap karena perubahan gaya hidupnya yang ikut berubah disebabkan peningkatan penghasilannya. Padahal perubahan gaya hidup itu tanpa sadar telah menjebaknya ke dalam kondisi keuangan yang tidak aman bahkan membahayakan.
Di masyarakat kita, orang-orang jenis ini banyak sekali. Bahkan bisa jadi itu saya sendiri, kamu atau kebanyakan dari kita. Hal ini perlu cepat disadari karena akan merugikan kita sendiri. Orang yang sudah masuk dalam jebakan ini akan sulit untuk naik pada level Wealthy karena tidak bisa menjaga keuangannya. Mereka selalu dalam kondisi bisa hidup layak selama mereka terus bekerja. Sehingga pada usia 50an tahun ke atas saat dimana tubuh sudah mulai mengalami penurunan kesehatan yang bisa menimbulkan penurunan daya produktivitas masih terus dituntut bekerja keras sekeras saat dia berusia muda. Karena jika tidak maka keluarganya terancam tidak akan ternafkahi.
Di Indonesia, ya lumayan kalau dia seorang PNS tang mendapat uang pensiun, yang walaupun jumlahnya sudah tak sebesar gajinya dulu tapi masih ada untuk sekedar menyambung hidup. Tapi bagaimana demgam yang selainnya ? Harus terus memeras keringat karena kebutihan hidupnya tidak ditunjang oleh negara.
Masih kuingat nasehat alm Bapak Mertuaku di depan kami berdua, salah satu pesannya kepada suamiku adalah bahwa penghasilan suami sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah keluarga harus diserahkan dan dikelola sepenuhnya oleh istri. Wah jujur kaget juga saya waktu itu. Meski pernah bekerja di bagian keuangan sebuah Rumah Sakit di Bandung saya tak terpikir untuk memiliki tugas
Awalnya memang tidak sulit, apa sih sulitnya memakai uang yang diberikan oleh suami untuk membiayai kebutuhan hidup dua orang yang saling cinta (ehk). Pengantin baru mah makan pake garam sepiring berdua aja udah bahagia. Ya gak ? (nyengir)
Tapi dipikir-pikir, ngapain makan cuma pake garam kalau memang sanggup beli yang lebih bergizi dan menyenangkan hati suami ya. Enakan juga makan berdua pake nasi anget sama ayam goreng plus sambal dan lalapan ditambah kerupuk dan lain-lain macam jengkol atau ikan asin #eh (Mulai gak konsisten)
Ya intinya dalam kehidupan nyata kita sadar ternyata banyak kebutuhan yang memerlukan pendanaan yang terencana meski sesederhana apapun. Karena meski masih berdua, toh kita juga butuh biaya ke dokter dan obat kalau sakit, butuh ongkos atau kendaraan, butuh listrik, butuh air dsb kebutuhan-kebutuhan dari yang primer, sekunder sampai tersier.
Dari sana saya mulai belajar sekaligus mempraktekkan ilmu keuangan sederhana, semata dari hasil kata orang tua atau saran teman dan hasil baca-baca.
Seiring waktu, apalagi setelah kehadiran buah hati di dalam keluarga kami, saya semakin merasakan bagaimana pentingnya merencanakan dan mengelola keuangan keluarga dengan benar. Dalam adat dan budaya Sunda, ada perumpamaan "Rikrik Gemi" yang kurang lebih berarti hati-hati dan pandai mengatur keuangan sehingga "Saeutik Mahi Loba Nyesa" artinya punya sedikit cukup, dikasih banyak bersisa sehingga bisa menabung dll.
Meski saya lahir dari keturunan orang Sunda, sungguh melaksanakan motto suku sendiri ini nggak mudah. Rasanya sulit sekali mengatir keuangan apalagi di saat anak terbesar mulai sekolah, mulai bertambah banyak kebutuhan keluarga, ditambah lagi satu persatu adiknya lahir ke dunia fana ini 😇
Saat itulah saya merasa ada yang salah, ada yang belum tepat saya terapkan dalam menata keuangan keluarga.
Dalam forum blogger gathering bersama SinarMas SMIG Life yang lalu, Aakar Abyasa Fidzuno, seorang CEO/Founder of Jouska Financial of Indonesia, menjelaskan tentang beberapa perilaku yang kurang baik dalam menata keuangan keluarga. Saya jadi teringat pengalaman saya dulu itu. Wah ternyata betul ya, bahkan sampai ada istilahnya bahwa di dunia ini ada kelompok kondisi keuangan, yaitu Wealthy (orang dengan penghasilan besar atau boleh dibilang orang kaya sejati,) dan Middle Income (orang dengan penghasilan sedang). Mungkin ada juga kelompok So Low Low Income tapi yang dibahas Mas Aakar Abiyasa kemarin hanya dua itu.
![]() |
Aakar Abiyasa Fidzuno |
Dari kedua kelompok kondisi keuangan di masyarakat itu Mas Aakar Abiyasa menyoroti hal-hal yang kurang baik yang biasanya dimiliki oleh tim eh kelompok Middle Income ini yang lalu beliau menyebutnya dengan istilah Middle Income Trap (Jebakan / Perangkap bagi orang-orang berpenghasilan sedang)
Bagaimana Middle Income Trap dikatakan sebagai sebuah jebakan ? Mungkin kamu pernah merasakan atau setidaknya melihat orang dengan profesi dan penghasilan tertentu memulai kehidupannya dengan gaya hidup yang awalnya biasa saja karena gajinyapun memang masih biasa saja. Rumah masih ngontrak, perabotan rumah secukupnya untuk hidup, mencicil motor, membeli kulkas ukuran kecil dsb.
Saat suatu waktu penghasilannya sedikit bertambah, dia juga mulai memberanikan diri mencicil rumah, sebagian orang malah berani mencicil mobil meski mobil second. Yang penting punya mobil, alasannya biar bisa mengangkut keluarga tanpa harus pinjam saudara atau menyewanya. Mulai terbiasa makan di resto atau coba-coba liburan di hotel, di tempat wisata yang agak mahal dsb, padahal jumlah tabungan bisa jadi belum aman atau bahkan tak ada karena penghasilannya yang sudah bertambah besar tadi tetap saja pas-pasan untuk membiayai gaya hidupnya yang ikut berubah seiring berubahnya pendapatannya.
Inilah sebuah kondisi dimana mengapa seseorang disebut berada dalam kelompok Middle Income Trap karena perubahan gaya hidupnya yang ikut berubah disebabkan peningkatan penghasilannya. Padahal perubahan gaya hidup itu tanpa sadar telah menjebaknya ke dalam kondisi keuangan yang tidak aman bahkan membahayakan.
Di masyarakat kita, orang-orang jenis ini banyak sekali. Bahkan bisa jadi itu saya sendiri, kamu atau kebanyakan dari kita. Hal ini perlu cepat disadari karena akan merugikan kita sendiri. Orang yang sudah masuk dalam jebakan ini akan sulit untuk naik pada level Wealthy karena tidak bisa menjaga keuangannya. Mereka selalu dalam kondisi bisa hidup layak selama mereka terus bekerja. Sehingga pada usia 50an tahun ke atas saat dimana tubuh sudah mulai mengalami penurunan kesehatan yang bisa menimbulkan penurunan daya produktivitas masih terus dituntut bekerja keras sekeras saat dia berusia muda. Karena jika tidak maka keluarganya terancam tidak akan ternafkahi.
Di Indonesia, ya lumayan kalau dia seorang PNS tang mendapat uang pensiun, yang walaupun jumlahnya sudah tak sebesar gajinya dulu tapi masih ada untuk sekedar menyambung hidup. Tapi bagaimana demgam yang selainnya ? Harus terus memeras keringat karena kebutihan hidupnya tidak ditunjang oleh negara.
Penganggaran
Penganggaran adalah suatu bentuk bagaimana keuangan dalam hal ini keuangan keluarga direncanakan. Rencana akan menentukan tujuan atau hasil akhir. Bagaimana kamu ingin penghasilanmu efisien, efektif dan ekonomis sehingga banyak hal bisa tersolusikan dengan berapapun penghasilan yang diperoleh.Untuk membuat keuangan kita terencana dan terkelola dengan baik, dapat dibuat skema seperti ini :
Tentukan goals (tujuan) --> perkirakan resiko-resiko yang menghalangi di depan (risk profile) --> Sesuaikan dengan kondisi keuangan terkini untuk mengeksekusi (Current financial statement)
Investasi
Secara istilah, Investasi dapat dimaknai sebagai sebuah tindakan yang dilakukan saat ini untuk mendapatkan manfaat di masa mendatang. Dalam konteks keuangan, investasi bisa termanifestasi dalam bentuk menabung di Bank, menanam modal untuk usaha selain usaha yang utama misalnya bisnis kontrakan rumah / ruko, dll serta yang terakhir yang dilakukan masyarakat modern sekarang adalah berinvestasi dengan Asuransi.
Orang yang bijak dalam mengwlola keuangan, tidak akan membiarkan penghasilannya habis setiap bulan hamya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif. Dalam anggarannya, yang pertama kali dilakukannya pada uang gajinya adalah menginvestasikannya, seperti yang saya sebutbdi atas misalnya dengan menyisihkan 5%nya untuk ditabung atau dengan membayar premi asuransi kesehatan, pendidikan, jiwa dsb.
Selama kondisi keuangannya tidak memungkinkannya untuk berlibur ke tempat yang diinginkan atau untuk membeli kendaraan baru kecuali dengan mengorbankan investasinya maka dia tidak akan melakukannya.
Asuransi salah satu bentuk investasi
Sinarmas MSIG Life adalah anak perusahaan PT Sinar Mas Multiartha Tbk satu dari enam pilar bisnis Sinar Mas yang menyediakan layanan finansial yang terpadu dan menyeluruh, meliputi perbankan, asuransi, pembiayaan, pasar modal, manajemen aset, jasa administrasi saham, keamanan, perdagangan serta industri dan teknologi informasi.
PT Sinar Mas Multiartha Tbk juga merupakan perusahaan induk bagi Bank Sinarmas, Asuransi Sinar Mas, Sinarmas Sekuritas and Sinar Mas Multifinance.
Hingga Juni 2014, Sinarmas MSIG Life melayani lebih dari 790.000 nasabah individu dan kelompok di 69 kota. Tersebar di 113 kantor pemasaran dan 10.500 aparat marketing.
Unit bisnis lain yang berada di bawah Sinar Mas:
Pulp dan Kertas | : Asia Pulp & Paper |
Agribisnis dan Makanan | : PT SMART Tbk |
Pengembang dan Realestat | : Sinar Mas Land |
Telekomunikasi | : PT Smartfren Telecom, Tbk. |
Energi dan Infrastruktur | : PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSS) |
Intinya selamatkan keuangan kita dengan merencanakan dan mengelolanya secara benar, karena tantangan di depan tak seorangpun yang tahu bukan. Maka kita perlu mempersiapkannya termasuk dengan mempersiapkan ketahanan financial kita seperti yang telah diuraikan di atas.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah singgah di Goresanku ya ^_^