Saturday, August 20, 2016

Tips Menghindari Modus Penipu Online


Tips menghindari penipu online

Disclaimer :


Tulisan ini bukan bermaksud untuk menyudutkan Facebook sebagai salah satu jejaring sosial yang begitu banyak penggunanya di dunia khususnya di tanah air kita Indonesia, hanya mengambil sample yang banyak terjadi yang kasusnya berawal dari interaksi orang-orang di dalamnya.

Bagi saya, Facebook sendiri seperti halnya media-media lain, hanyalah sebuah sarana interaksi dan komunikasi yang netral, yang pada satu sisi justru berdampak positif pada kehidupan sosial masyarakat di era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini. Adapun persoalan-persoalan negatif yang menyertainya merupakan dampak yang kejadiannya bergantung pada pribadi masing-masing penggunanya. Untuk itu perlu sangat bijak dalam mensikapi dan memperlakukan media ini.


***


Sudah bukan hal yang aneh atau rahasia lagi, kalau di dunia maya kita sekarang khususnya di jejaring sosial yang namanya facebook banyak sekali kejahatan atau kejadian yang merugikan seperti penipuan bahkan berlanjut ke kejahatan bentuk lain di alam nyata korbannya misalnya seperti penculikan, pemerkosaan bahkan pembunuhan. Semua bermula dari saling berkenalan, lalu berhubungan secara intens dengan jaring jebakan “asmara” di media facebook.

Kenapa soal “asmara” merupakan penyebab terbanyak dari kasus kejahatan di media sosial facebook ? Karena asmara memang yang paling mudah untuk dijadikan modus operandi. Karena orang yang sudah dibelit asmara adalah orang yang bak kerbau dicucuk hidungnya, percaya dan mau saja dibawa kemana-mana.  Karena dengan asmara kata Agnez Monica cinta tak ada logika. Ya, dengan asmara banyak wanita yang patah tak hanya hatinya tapi juga dompet dan kehormatannya.

Belakangan di berita-berita nasional aja sudah berkali-kali dikabarkan soal penipuan, penculikan atau bahkan pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku dengan modus seperti yang saya tulis di atas kepada (kebanyakan) ABG-ABG perempuan.

Masalahnya, korban penipuan dengan kasus seperti itu ternyata nggak hanya menimpa para ABG saja, banyak sekali wanita dewasa bahkan usia separuh baya yang notabene secara pengalaman hidup dan tingkat intelektualitas yang cukup bagus yang menjadi korban juga.
Saya cukup surprise saat membaca komentar-komentar di sebuah status teman FB yang membahas soal ini, bahwa ternyata ada beberapa wanita separuh baya yang mengaku pernah tertipu, kasih uang dalam jumlah lumayan besar begitu saja pada “pacar” mayanya yang belum pernah ditemuinya secara langsung. Laki-laki yang jauh lebih muda darinya yang bikin saya “woow” (atau bisa jadi dianggap anak juga kali ya). Yang pasti saya baru baca pengakuan langsung seperti itu di wall FB orang bahwa penipuan seperti itu benar adanya.

Saya pribadi pada dasarnya welcome aja pada siapapun yang mau berteman di facebook termasuk teman-teman pria. Banyak sekali teman-teman baik wanita maupun laki-laki di medsos seperti facebook ini yang berpengaruh positif pada kehidupan nyata saya seprti dalam hal hobi dan karir kepenulisan. Bahkan, saya mendapat kesempatan dan ajakan bekerjasama dari sebuah penerbit besar untuk menerbitkan buku melalui editornyapun melalui messenger facebook loh.

Tapi, adakalanya, saya juga menerima pertemanan dari kalangan lain yang benar-benar nggak berhubungan dengan aktivitas menulis saya, seperti para pengamat politik (yang baik dan lucu-lucu tapi), teman alumni sekolah, tetangga, temen sekolahnya anak-anak (^_^) online shopper, dan para pemudi-pemuda Indonesia (halah). Etapi bener lho, saya enggak menerima pertemanan pemudi pemuda mancanegara, apalagi yang berseragam dan banyak itu (Ntar saya ulas juga soal para pria berseragam ini).

Yang pasti, saya senang masih ada yang mau berteman dengan saya di FB. Biarpun saya lebih banyak pasifnya tidak meng-add orang hanya sekedar untuk menambah friend list, tapi saya termasuk yang “orang-pinter-freak”, maksudnya kalau tahu ada orang pinter (pinter nulisnya, atau pinter fotonya, atau pinter dua-duanya) melalui sharing orang di timeline fb saya, saya pasti kepo dan stalking akun Fbnya sebelum akhirnya add akunnya, dan tadaaa … besok-besoknya banyak status-status keren bermunculan di timeline FB saya.

Nah yang emejing, kalau sudah ada friend request dari akun-akun dengan foto profil pemuda-pemuda Indonesia tadi, yang awalnya kirim message sopan ingin berteman, lalu pas udah dikonfirmasi kirim inbox terus menerus untuk urusan yang ajaib macam “lagi ngapain ?”, “udah sarapan belum ?”, “udah sholat belum ?” dan sapaan-sapaan klise lainnya. Yang walaupun diabaikan, tapi selama belum dibalas tetap maju tak gentar, membela yang sabar. *lol .Nggak tau dia, kalau yang disapa kayak gitu udah punya anak kelas 2 SMA ^_^

Kadang-kadang saya ada rasa penasarannya juga, beberapa kali pada akun yang mencurigakan saya respon positif. Hanya jawaban-jawaban pendek, tapi nanti dia semakin agresif. Tujuan saya ingin membuktikan apa yang diceritakan orang (menyelikidi ceritanya ^_^) , dan kadang suka lebay juga, kepikiran ingin menyadarkan orang-orang seperti mereka, kan kasihan korban-korbannya kalau memang beneran dia penipu. Kepingin nanya apa penyebabnya koq harus begitu, apa benar-benar masalah keterbatasan ekonomi atau bagaimana dsb.

Lagian tampang saya juga bukan tampang wanita tajir perasaan, saya jarang foto dengan latar belakang tempat-tempat yang mewah karena memang jarang kemana-mana juga (^_^), dan bisa dibilang nggak pernah selfie dengan latar di dalam mobil atau sedang nyetir mobil pribadi, atau apapun yang nunjukkin saya punya sesuatu karena memang saya mah orang kecil, baju aja ukuran S apa M gitu.

Nah terus saya hitung nih baru dua hari kenal koq udah minta PIN BBM, minta nomor whatsapp, minta id LINE dsb yang menurut saya ini tipe cowok nggak sabaran banget dan lebih dari itu kurang sopan. Tapi mungkin ya memang begitulah ya orang sedang PDKT, harus semangat hehe.

Cuma, bagaimanapun saya nggak berbakat jadi spy, sama sekali nggak ada keahlian jadi detektif blass. Kalau itu orang sudah membanding-bandingkan dia dengan suami saya dan lalu terkesan “mengecilkan” suami saya, uh saya bisa langsung terbakar kalau sudah soal kehormatan keluarga.  Oya saya sejak awal dengan siapapun enggak pernah menutupi status pernikahan kan, di FB saya ada status pernikahan, ada foto keluarga, suami dan anak-anak, keluarga besar saya semuanya. Siapapun termasuk yang mau modus bisa cari tahu status saya.

Jadi ceritanya, yang tadinya dia mau ada rencana apa, dan yang tadinya saya mau buat semacam penelitian tentang kasus modus-modus itu gagal total.  Keburu saya unfriend bahkan ada juga yang saya block.

Nah beberapa minggu kemudian, enggak sampai sebulan koq rasanya, ada lagi tuh di friend request list saya yang foto profilnya mirip sekali dengan orang tadi yang sudah saya unfriend itu, tapi dengan nama yang berbeda. Saya perhatikan ini dua akun dengan foto profil orang yang sama, add saya dalam waktu yang berbeda, apa maksudnya ? entahlah. Yang pasti saya pilih menghindari masalah. Tau diri aja bahwa saya bukan orang yang tepat buat melakukan investigasi macam ini.

Tapi dari pengalaman orang lain termsuk teman saya sendiri malah, kita bisa tahu beberapa hal bahwa ternyata kasus-kasus dengan modus operandi asmara itu punya beberapa tujuan pelaku, diantaranya adalah :

  1. Menguras harta korban; jadi si calon korban awalnya dibuat jatuh cinta dulu, dirayu-rayu sedemikian rupa sampai mereka jatuh hati. Nanti setelah perangkapnya kena, si pelaku penipuan bisa mengendalikan korbannya bagaimanapun caranya, ada yang diajak ketemuan lalu diculik dan dipreteli perhiasannya, ada yang nggak harus ketemuan tapi pura-pura kesulitan keuangan lalu meminjam uang korban dengan janji dibayar secepatnya, ada yang malah berani minta ongkos buat modal ketemuan sama calon korban dengan alasan ATMnya bermasalah (ini sih kasus teman FB saya yang mengaku ditipu itu), ada yang memeras korban dengan mengancam akan menyebarkan foto tak pantasnya (kan ada yang gaya pacarannya bebas sampai mau aja video call dan berpenampilan minim di hadapan pacarnya), ada yang terang-terangan pinjam uang dengan alasan untuk tambahan biaya pengobatan orang tua atau anaknya di rumah sakit  dan sebagainya. Pendeknya sang penipu akan mengajukan apapun alasan untuk menguras harta korbannya, untuk kemudian menghilang tanpa jejak sebelum korban sadar bahwa ia telah ditipu.
  2. Mencari kepuasan sexual; untuk kasus ini si pelaku memang berniat ingin menyalurkan kebutuhan seksualnya. Biasanya calon korbannya dicari dari kalangan wanita-wanita muda yang berpenampilan cantik dan seksi menurutnya. Walaupun pada beberapa kasus banyak juga wanita berumur separuh baya yang menjadi korbannya. Pada pelaku kejahatan dunia maya seperti ini pelaku tidak selalu berstatus single, menurut sebuah portal majalah wanita banyak juga dari mereka adalah pria-pria yang sudah menikah dan memiliki anak dengan berbagai latar belakang dan alasan.

Wah ngeri ya ternyata, so berhati-hatilah dalam menerima pertemanan ya, karena nggak semua orang di dunia kita ini baik. Karena banyak faktor, mereka para pelaku kejahatan itu bermunculan memanfaatkan dunia maya.

Dari akun facebook seorang teman saya bernama Risa Amrikasari edisi 7 Agustus 2016 saya membaca status beliau berbunyi seperti ini :

 “Akun yang pasang foto profile laki-laki muda, ganteng, berseragam, “friends”nya perempuan semua dan akun yang pasang foto perempuan muda, cantik, berbusana seksi atau tertutup lengkap dengan hijab, friends-nya kebanyakan laki-laki, bisa diduga akun penipu online. Be selective in accepting friends”. (Risa Amrikasari).

Nah saya akan gabungkan tips beliau dengan beberapa tips lain berdasarkan kasus- kasus yang ada supaya teman-teman bisa berhati-hati dalam berteman di media sosial.

Jadi, ciri-ciri akun penipu online itu diantaranya adalah :

  1. Memasang foto profil laki-laki muda ganteng, sebagian di antara mereka menampakkan sebagai profil polisi/tentara, atau profesi-profesi yang dianggap keren.
  2. Memasang foto profil perempuan muda nan cantik dan seksi, atau anggun dengan pakaian tertutup dengan hijab. Dalam hal ini, tidak terlalu menekankan pada profesi karena mereka tahu, wanita cukup bermodal wajah cantik saja sudah menjadi magnet bagi kebanyakan kaum pria. (Enggak semua pria ya).
  3. Friend list-nya kebanyakan atau bahkan semuanya wanita (jika teman Fbmu itu laki-laki) atau friend list-nya kebanyakan pria (jika teman FB-mu itu wanita). Tapi sayangnya, facebook mempunyai fitur untuk menyembunyikan daftar teman sehingga pada pelaku-pelaku kejahatan penipuan yang sudah berpengalaman biasanya mereka memanfaatkan. fitur ini untuk menutupi friend listnya alias calon-calon korbannya dari perhatian publik.  
  4. Sering membuat status-status pendek yang menunjukkan perasaan melankolis, kesepian, romantis atau tulisan-tulisan yang “mengundang” untuk ditanggapi dan digoda oleh teman lawan jenisnya.
  5. Sering membuat status-status atau postingan foto ganteng dan cantiknya yang mengundang simpati atau rasa iba orang.
  6. Bisa juga jarang membuat status tapi setiap waktu gerilya di inbox atau messenger calon korban. Jika dicermati sebenarnya bisa dicurigai sejak dini tentang hal ini,, kalau memang dia seorang abdi negara (misalnya jika yang punya akun berfoto profil seorang polisi / tentara) masa di jam kerja inbox-an atau bbm-an melulu. Atau andai dia seorang pegawai atau bahkan direktur kantoran, masa waktunya dihabiskan Fban atau chatiingan terus ? Nggak produktif-kan kalau memang dia seorang pekerja ?
  7. Cepat dan mudah menggunakan panggilan yang intim seperti sayang, honey, cinta dan sebagainya. Hal yang kurang wajar dalam sebuah proses hubungan cinta yang normal walaupun waktu untuk merasa dekat itu relatif.
  8. Agresif, senang memaksakan kehendak misalnya seperti meminta nomor HP, PIN BBM, ID Line atau meminta foto-foto pribadi apalagi jika hubungan berjalan mulus, si pelaku berani mendesak korbannya untuk berpose tidak pantas untuknya untuk tujuan pemerasan di waktu yang akan datang.
  9. Tidak peduli pada keberadaan keluarga calon korban, jarang  menanyakan keadaan saudara atau pasangan atau anak korban. Hal ini sengaja dilakukan untuk membuat korban hanya fokus pada sosok si pelaku saja. Semacam Intimidasi halus yang membuat perasaan si korban semakin terpaut pada pelaku, dan semakin renggang dengan keluarganya sendiri. Itu sebabnya banyak korban yang mengalami kehancuran rumah tangga karena ulah pelaku.


Wah seram juga ternyata ya kasus penipuan di dunia maya ini, semoga kita semua dilindungi dari hal yang seperti itu. Tapi tentang hal ini saya pribadi nggak bisa judge para korban itu juga misalnya seperti :

“Kenapa juga mau-maunya melayani rayuan gombal para lelaki itu, apalagi wanita sudah bersuami kan harusnya membatasi diri sejak awal ?”

Ya, keadaan dan pengetahuan orang kan memang berbeda-beda ya, yang penting dengan maraknya kejadian seperti ini, kita bisa lebih mawas diri, mawas keluarga. Lebih memesrakan lagi hubungan dalam keluarga terutama pasangan dan anak-anak, dan saling menjaga satu sama lain dari masalah apapun yang datang dari luar.

Saya sendiri terkait dengan hal sosial media punya beberapa kesepakatan baik pribadi maupun dengan suami, untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan, yaitu saling percaya namun juga saling terbuka satu sama lain, jadi kita masing-masing punya gadget dan akun-media sosial tapi kami tahu password akun masing-masing. Bahkan semacam ada kesepakatan tak tertulis seperti ini :

” Jangan ada password di antara kita ” (((^_^)))

Karena tak ada rahasia dan tak ada yang ditutupi, kita geletakkin gadget macam HP atau laptop dimanapun enggak ada masalah, dan dengan begitu juga hati masing-masing jadi tenang. Kalaupun harus ada password biasanya anak sulung saya lebih disebabkan karena temannya suka bajak bbm dia dan pasang status aneh-aneh katanya hahaha, tapi sama ortunya sih alhamdulillah Zahra selalu jujur dan terbuka. Untuk yang boys, anak laki-laki saya (sekarang sudah kelas 2 SMP dan kelas 5 SD) jujur belum berniat memberi mereka HP pribadi, mungkin nanti kalau sudah benar-benar diperlukan.

Intinya, memperkuat bonding internal keluarga. Insya Allah godaan dari manapun nggak akan bisa merusak kebersamaan kita. Bagaimanapun yanv namanya godaan ataupun cobaan yang buat seseorang sampai tertipu bisa datang dari mana aja, enggak harus dari orang yang baru dikenal. Dari teman lama pun bisa saja, tergantung orangnya dan tergantung kitanya juga apakah membuka kesempatan orang lain memperdaya kita atau tidak. 

By the way, saya juga tidak men-generalisasi kasus ini, seperti yang saya tulis di atas. Facebook dan tools messenger-nya hanyalah media komunikasi yang netral. Banyak orang baik-baik yang menggunakan media ini untuk tujuan yang baik juga. Jadi jangan takut asalkan kita selalu berhati-hati menggunakannya ya.

Nah, itu saja yang bisa saya sampaikan, semoga kita semua terlindung dari kejahatan apapun ya teman-teman. Aamiin.

11 comments:

  1. Iya sarana Facebook Ah memang diciptakan untuk berinteraksi ya mbak, untuk gaul. Dan disinilah otak-otak kreatif namun jahat mengambil kesempatan. Sudah banyak banget saya baca cerita cerita sedih gara-gara hubungan asmara yang terjalin lewat Facebook. Semoga para pengguna semakin kritis ya dan tidak gampang tergoda apalagi terbodohi

    ReplyDelete
  2. terkadang aku konfirm saja permintaan pertemanan yang perempuan, namun setelah melihat profilnya, sering langsung unfollow, hehehe.
    Serba salah ya, tidak dikonfirm salah, dikonfirm jangan-jangan, hehehe.

    ReplyDelete
  3. aku jg suka heran loh mbak, masih ada aja org2, trutama wanita yg gampang tertipu ama org2 di dunia maya gini... aku jujur aja, g bisa jatuh cinta sama org yg aku ga ketemu lgs... kalo udh ketemu aja msih butuh waktu lama sampe bener2 klik :D.. kalo utk fb makanya aku setting private... yg bukan temen g akan bisa liat profilku.. kalopun ada yg nge add mnta diaccept, aku perhatiin dulu profilnya, kalo g kenal, ato g ada temn2ku yg mutual ama dia, lgs aku reject :D .. FB ama path utk temen2 yg aku kenal soalnya, baik itu temen di dunia nyata, ato temen di komunitas blogging.. selain itu biasanya aku ga akan accept, utk mncegah penipu2 gitu msk

    ReplyDelete
  4. Suka kaget juga mba kalo ada seseorang yang bisa - bisanya tertipu ratusan juta padahal ketemu saja belum pernah #mungkin di hipnotis kali ya ;(

    ReplyDelete
  5. aku mudah2an janagna ada yang add freind yang seperti itu, aku sellau lihat mutual freind dulu, kalau statusnya gak bener ya aku langusng unfreind dengan tujuan agar timelineku isinya yang bermanfaat semua

    ReplyDelete
  6. sedih yo mba sampai ada yang ngasih2 karena jatuh cinta gitu :"(
    kesepian kejerat itu biasanya emang

    ReplyDelete
  7. heran juga ya mba... masih aja ada yang ke tipu pada hal banyak korban. setiap ada minta pertemanan mendingan lihat profile nya dulu siapa..

    ReplyDelete
  8. saya sering banget belanja online, alhamdulillah sih belum pernah ketipu. nyaris sih pernah hehehe makasih tipsnya ya mbak ;)

    ReplyDelete
  9. Saya termasuk yang kenal suami dari FB, tapi dia tmnnya tmnku sih hehehe

    Tapi emang bener, kudu berhati2 ya kalau ketemu org asing yg dikenal melalui FB :)

    ReplyDelete
  10. Kalau membaca tulisannya, titik beratnya ke pengalaman pribadi di medsos. Begitulah dunia medsos dengan penggunanya yang cukup padat merayap, sudah pasti juga banyak faktor kepentingan yang bermain disana

    ReplyDelete
  11. wah terima kasih yah, informasinya bermanfaat banget.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah singgah di Goresanku ya ^_^