Sunday, March 20, 2016

Janji Hidup Sehat

Janji hidup sehat

Kepergian Mama


Apa yang lebih menyedihkan dari kehilangan orang-orang yang kita cintai ?  Tak ada. Kita masih bisa lupa dan kembali senang saat mendapatkan gadget, perhiasan,  kendaraan atau barang berharga lainnya yang  baru, sebagai penukar barang yang hilang. Tapi kemana mencari orang tua, anak, pasangan hidup, atau sahabat yang telah tiada ? Sungguh, mereka tak pernah terganti.

Dan kesedihan itu pernah menerpa saya juga dan keluarga saat kehilangan Mama untuk selama-lamanya di 12 Juli 2011  setelah setahun sebelumnya beliau terserang stroke dan beberapa waktu kemudian dinyatakan mengidap Leukemia (kanker darah)  stadium 4.

Jangan tanya bagaimana perasaan Papa dan anak menantu, apalagi Mama sendiri. Kanker darah yang diderita Mama telah membuat keadaan di dalam keluarga tak sama lagi. Seperti dihantam badai, kami layu dalam duka mendalam namun harus berpura-pura tegar.  Ya, bagaimanapun kanker adalah hal mengerikan yang tak pernah kami sekeluarga duga akan menyergap jantung  keluarga paling penuh cinta, Mama.

Dalam kebingungan karena keterkejutan dan kepanikan aku melihat Papa gagah “berdiri” di samping Mama, selalu mendampingi  kemanapun tempat pengobatan. Tak pernah ada waktu luang selain dari browsing dan terus mencari informasi terapi dan upaya penyembuhan.

Di bawah komando beliau, kami putri menantu berkeliar kemana-mana mencari harapan. Dari sejak berbagai tindakan dan terapi medis hingga pengobatan alternatif yang ditemukan semuanya kami datangi dan jalani.

Chemoterapy dan mengkonsumsi obat rekomendasi dokter dengan disiplin Mama ikuti, berdampingan dengan menekuni terapi alternatif dan pengobatan herbal. Berbagai suplemen dan alat-alat kesehatanpun mendadak jadi buruan. Semua demi kesembuhan Mama, semua demi senyuman Mama.

Hingga suatu ketika, di senja 12 Juli 2011, belum lama dari kepulangan Mama ke Bandung setelah sebelumnya selama berbulan-bulan tinggal di rumahku di Bogor demi pengobatan, suara isak tangis adikku di telepon mengguncang lelah dan ketenanganku :

“Teteh, Mama meninggal”

Aku rubuh dalam tangisan, memeluk anak-anak yang terdiam dalam kebingungan, belum sadar nenek kesayangan mereka telah “pergi”. 

Dan bagaimana lagi dengan pasangan hidup yang selama puluhan tahun menemani dalam suka dan duka ? Papa tak menitikkan setitispun air mata, tapi aku tahu apa yang bergejolak di dadanya di setiap kali kumelihat  kesendiriannya.

Sesungguhnyalah Papa jauh lebih terguncang lagi, tapi beliau lelaki pendiam yang sederhana, amat jarang mengungkapkan isi hatinya.  Hanya Mama teman bicara paling dicintainya.

Hingga puncaknya tiga hari setelah wafatnya Mama, Papa diketahui mengidap penyakit kronis di usus besarnya hingga harus menjalani operasi besar di rumah sakit. Serta bertahun-tahun sisa waktunya hidup memendam kerinduan, tak mau mencari pengganti, setia mencinta hanya untuk Mama.

Mama,Papa dan cinta sejati mereka



Titik Balik


Duka yang bertubi-tubi, karena penyakit yang datang tak terduga perlahan membuka kesadaranku. Jauh lebih besar dari sejak dikarunia buah hati pertama kali.

Pengalaman mendampingi Mama mengobati penyakitnya membuatku haus informasi. Sejarah penyakit yang menjangkiti Mama telah membuat saya dan adik-adik serta anak-anak menanggung resiko tinggi atas penyakit yang sama.

Tumbuh lesat tekadku untuk melindungi keluargaku. Secuil pengetahuanku tentang menjaga kesehatan yang tercerai berai aku coba kumpulkan kembali. Terbata-bata mempraktekkannya sendiri, lebih-lebih lagi membiasakannya di dalam keluarga.

Baru tersadar, selama ini kami kecolongan sesungguhnya bukan karena siapa dan apapun, kecuali karena kelalaian kami sendiri membiarkan musuh yang bernama penyakit pelan-pelan menyusup dan tiba-tiba menyergap di tengah lena dan lengah kami.

Penderitaan Mama karena kanker menjadi titik balik saya memandang penyakit, memandang apa arti kesehatan dalam hidup, memandang bahwa meskipun sakit adalah resiko namun ternyata bisa dicegah, dan memandang bahwa segala upaya untuk melindungi kesehatan diri, keluarga dan masyarakat adalah memuliakan hidup pemberian Tuhan jua. 


The Power of Prevention


Setelah “kepulangan” Mama ke haribaan Tuhan, saya mulai bergabung dengan grup-grup online ataupun komunitas-komunitas yang concern pada kesehatan dan gaya hidup yang sehat. Berbagai grup yang berkaitan dengan pengaturan makanan sehat seperti Food Combining, grup olah raga seperti grup-grup online gym dan yoga, serta grup Hydroponic, dan karena latar belakang penyakit Mama saya juga bergabung dengan Lavender Ribbon Cancer Support Group untuk menyerap ilmu dari para cancer survivor dan para supporternya yang terdiri dari berbagai kalangan baik medis maupun non medis.

Dari merekalah perlahan banyak misteri penyakit yang terbuka. Khusus di komunitas Lavender Ribbon saya melihat betapa rumitnya saat orang sudah dijangkiti penyakit degeneratif seperti salah satunya kanker ini. Mengobati penyakit ini sungguh tidak sederhana di samping membutuhkan tenaga dan bantuan dari banyak orang, juga dana yang tak sedikit. Tak hanya fisiknya yang harus diobati, bathinnya pun harus diperbaiki.

Saya melihat di komunitas itu, para penyandang kanker mengubah total gaya hidupnya, pola makan, pola berpikir dan pola hatinya.  Benar-benar total dan perjuangan perubahan seumur hidup. Tidak boleh lalai walau sekali karena yang sedang dihadapi adalah progresivitas sel kanker yang begitu cepat. Berkejaran dengan waktu, berlomba dengan kesempatan.

Tidak semuanya seragam, masing-masing bebas menentukan sistim yang diyakininya, karena belum tentu pola pengobatan yang satu cocok sebagai pola pengobatan untuk yang lain. Dan lagi pengidap kanker di komunitas itupun berbeda-beda jenis dan kasusnya serta jenis kelamin dan usianya. Beragam orang dengan penyakitnya, masing-masing unik juga cara menanganinya.

Tapi satu kesmpulan yang akhirnya saya dapatkan, dari kebersamaan di komunitas kanker dan grup-grup kesehatan lainnya itu, bahwa kunci dari hidup yang baik dan berkualitas tanpa dihantui penyakit-penyakit yang mengerikan itu sebenarnya sederhana, ialah mencegahnya. Ya, upaya pencegahan lah yang bisa dan sebenarnya mudah dilakukan serta dibiasakan.

Mengenai pencegahan ini dr. Kristoforus Hendra Djaya SpPd, Internist, dan Vaccinologist di Klinik In Harmony menguraikan makna pencegahan penyakit ini di kesempatan workshop tentang kesehatan yang diselenggarakan Fun Blogging bekerjasama dengan In Harmony Clinic sebagai berikut :

  1. Pencegahan penyakit itu lebih baik dari pengobatan
  2. Bahwa upaya mencegah datangnya penyakit ini harus diupayakan dan diperjuangkan
  3. Kita harus tahu apa yang kita ingin cegah supaya tahu juga cara mencegahnya.
  4. Harus sabar menjalani prosesnya, berkesinambungan dan disiplin
  5. Percaya hanya pada diri sendiri, karena diri sendirilah yang merasakan sebab dan akibatnya.
  6. Targetkan yang terbaik, tapi persiapkan juga menghadapi yang terburuk
  7. Hidup adalah pembelajaran tiada henti, maka jangan lelah belajar
  8. Hidup adalah pilihan, maka pilihlah apapun secara bijak termasuk untuk kesehatan
  9. Biasakan membuat checklist untuk menghindari kesalahan
  10. Kenali musuhmu, dengan mengenal mereka kita tahu cara memeranginya
  11.  Periksa kemungkinan masalah, dan hindari potensi resiko
  12. Vaksinasi. Konsep vaksinasi adalah membangun pertahanan tubuh pada paparan penyakit di masa depan. Jangan remehkan musuh kita.
  13. Tetap bertahan untuk tetap melakukan pencegahan


Betapa dahsyatnya kekuatan pencegahan, kadang orang tak sadar ia telah berpola hidup yang sehat dan baik sehingga tanpa sadar juga kesehatannya telah terjaga, membuat hidupnya berkualitas dan bermanfaat untuk orang-orang di sekitarnya.

Sebaliknya ada juga orang yang tak sadar berpola hidup yang salah sehingga tanpa sadar juga kesehatannya telah terancam. Hidupnya menjadi beban tak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk orang lain. Semua harus dijawab dengan penyadaran, dengan pengetahuan, dengan sikap dan tindakan yang benar.


Janji Hidup Sehat


Sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah, meski terbata-bata saya mulai mencoba menerapkan pola hidup sehat di dalam keluarga dengan mengikuti pola makan sehat dan olah raga rutin.
Saya mengubah menu makanan keluarga, merombak habis-habisan segala yang berbau kimiawi menjadi alami. 

Dalam hal ini posisi saya sebagai ibu rumah tangga yang mengendalikan dan memproduksi masakan untuk dikonsumsi keluarga sangat menguntungkan. Anggaran belanja mulai lebih banyak dialokasikan untuk pembelian sayur-sayuran dan buah-buahan. Meski buah-buahan khususnya sedikit lebih mahal dari harga sayuran, namun banyak spot lain yang bisa saya hemat, seperti saya mengurangi persediaan gula, atau makanan berpemanis apapun di dapur, saya juga tidak membeli lagi makanan yang diyakini berpewarna dan berpengawet. Saya mengurangi penggunaan minyak goreng dan memilih  lebih banyak merebus untuk jenis masakan yang bisa diolah. 

Tak hanya kepada diri sendiri, saya juga menegasikan pengetahuan dan keyakinan saya tentang hidup sehat kepada suami dan terutama anak-anak. Menjelaskan sebisa mungkin dengan bahasa anak-anak agar menghindari jajanan-jajanan tak sehat di manapun (sekolah, di rumah teman, atau di tempat umum lainnya) dengan juga menggambarkan ciri-cirinya.

Saya mengajak suami dan anak-anak senang berjalan kaki, jikapun tak bisa mengikuti kebiasaan saya berjalan setiap hari beraktivitas di seputar perumahan sendiri, minimal mereka mau melakukannya seminggu sekali atau dua kali untuk jogging. Saya juga menyediakan peralatan olah raga sederhana di rumah (nggak harus punya alat yang mahal koq untuk bisa hidup sehat) semacam tali untuk skipping, treadmill manual, dan channel youtube untuk belajar yoga.

Pada anak sulung saya Zahra yang sudah remaja dan mulai memiliki problem kulit wajah saya juga mengenalkan cara perawatannya dengan menggunakan bahan alami yang mudah didapat baik dari buah-buahan, sayuran maupun rempah-rempah. Ada keraguan pada awalnya, dan terutama kemalasan mengolahnya.

Lucu memang, melihat Zahra remaja masa kini menggerus kunyit putih, atau menempelkan potongan ketimun di wajahnya nan dihiasi bintang bernama jerawat. Tapi di sanalah nikmatnya berusaha. Apalagi berusaha untuk mencegah diri kita dan keluarga tersayang dari penyakit. I wish she enjoy the treatment and make it her lifestyle.

Belum sepenuhnya disiplin memang, saya harus pontang-panting mengingatkan suami dan anak-anak untuk tak melanggar janji hidup sehat. Di awal terlalu banyak cheating terjadi, dan saya tak boleh lelah mengulangnya kembali, mengembalikan keluarga pada track berpola hidup yang baik dan benar.

Huffttt ... enggak gampang ternyata mengubah kebiasaan menjadi lebih baik itu ya. Tapi, beruntunglah saya punya banyak kawan baik di dunia nyata maupun online,  orang-orang yang inspiratif dalam kedisiplinannya mencegah penyakit dan untuk selalu hidup sehat dan bugar, membuat saya tak pernah kehilangan semangat untuk terus mencoba dan mencoba.

Yang pasti, jangan ragu dan malu untuk rajin mencari tahu dan bertanya, hari ini konsultasi kesehatan adalah kekayaan zaman yang harus kita manfaatkan sebesar-besarnya. Sayang sekali jika sampai terlewatkan mengingat sudah semakin canggih dan mudahnya teknologi informasi.

Meski usia kita terbatas, tapi jika mampu mencegah penyakit dengan berpola hidup yang baik, maka kita bisa menikmati kesehatan di sepanjang usia. Maka betapa nikmat dan berkahnya apalagi jika dikarunia panjang usia.  FYI, kakek saya berusia 110 tahun saat beliau wafat, dan meninggalnya beliau pun bukan karena penyakit apa-apa, melainkan karena sebuah kecelakaan kecil,  jadi bisa dibilang kakek saya selama hidupnya dalam nikmat sehat yang panjang. 

Yang saya perhatikan, kakek dan nenek saya memang orang-orang yang sederhana dalam menjalani hidupnya termasuk makan dan minumnya. Hampir tidak pernah mengkonsumsi makanan di luar rumah (warung nasi atau restoran)  kecuali jika ada yang membawa mereka pada event-event spesial keluarga. Semoga saya bisa mengembalikan kebiasaan mereka yang baik pada keluarga besar kami. Keluarga yang tentu juga sangat almarhumah Mama cinta dan kasihi.


Ahh, terima kasih Mama, atas sepanjang hidupmu yang tak pernah henti mengalirkan kasih, dan pergimu yang wariskan kesadaran untuk kami bisa hidup lebih baik lagi. Semoga di alam sana, kini Mama sudah lebih bahagia.

Ya Allah, rahmatilah beliau selalu, aamiin ...



9 comments:

  1. memang susah ya merubah gaya hidup sehat sekarang ini.. akupun masih blm bisa 100% total di situ mbak.. apalagi harus mengganti makanan ke arah yg lebih sehat -__-.. terutama suami yg rada susah nih.. tapi pelan2, aku bakal ngerubah kebiasaan di keluarga.. semoga bisa :)

    ReplyDelete
  2. turut berduka cita ya mbk ats meninggalnya mama
    iya, aku jg lg berusha bwt hidup sehat nih mbk, cm masih sering lufa diri, hehe
    tengkiu share nya ya mbak

    ReplyDelete
  3. Terkadang memang kita suka lupa (apa pura-pura lupa) tentang keharusan menjaga kesehatan diri. Datanglah penyakit itu menyapa kita setelah berstadium lumayan tinggi. Postingan yang bagus memperingatkan kita semua agar selalu waspada menjaga kesehatan diri.

    ReplyDelete
  4. ulasannya kereenn
    lengkap banget dan dihubungka dg materi dokter Kristo
    salam sehat mbak aminn

    ReplyDelete
  5. aku juga harus janji hidup sehat nih mbak, udah mulai nambah umur

    ReplyDelete
  6. Wah bagus nih janjinya mengarah ke hal yang positif muantappp deh.

    ReplyDelete
  7. Hidup sehat itu harus di mulai dari sekarang juga tidak boleh di tunda-tunda lagi sehat itu mahal :) artikelnya keren lengkap sekali

    ReplyDelete
  8. Touching true story of your life, mom! Keep the spirit and be the Change! #IChooseToPrevent

    ReplyDelete
  9. Good sharing Mba Win, semoga Allah menjaga orang2 disekitat kita ya. Aamiin
    Belajar semua hal disini, menulis, antisipasi dan mencintai.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah singgah di Goresanku ya ^_^