Menulis status di facebook,
menulis status di BBM, menulis status di Whatsapp, menulis di twitter, menulis
di Path, menulis seklilas ungkapan-ungkapan pikiran dan hati sekarang nampaknya
sudah menjadi gaya hidup pengguna gadget dunia ya. Bahkan untuk para netizen
dari kalangan online shopper, menulis status di aplikasi-aplikasi gadget seperti
di atas adalah rutinitas yang sekaligus juga tuntutan profesi.
Saya mengagumi kepekaan khususnya
first founder penyedia aplikasi media sosial yang ada sekarang ini akan
kecenderungan orang untuk menulis. Betapa mengungkapkan buah pikiran dan
perasaan itu ternyata penting banget ya. Dan terbukti, setiap ruang menulis di
aplikasi-aplikasi manapun selalu terisi oleh tulisan para pemilik akunnya.
Menulis saat ini sepertinya sudah
jadi kebutuhan, tak hanya monolog berupa status-status curhatan, juga
catatan / jurnal-jurnal pribadi dan keluarga serta artikel-artikel bermanfaat, tapi orang-orang kini bercakap-cakap di dunia online pun sudah dengan bahasa tulisan.
Meskipun dibandingkan dengan
negara lain Indonesia masih dianggap negeri dengan budaya menulis yang masih
rendah (yang dimaksud budaya menulis disini adalah menulis karya-karya ilmiah,
sastra, dan sebagainya) tapi melihat kenyataan di lapangan maya yang riuh
dengan berbagai status dari beragam genre mulai curhatan alay, status laporan
pandangan mata, puisi cinta, sampai status politik yang ditulis juga oleh
orang-orang dari bermacam-macam profesi, usia dan gender saya merasa bangsa
kita punya potensi berbudaya menulis yang besar. Dan dari sudut pandangku, ini
aset yang bernilai tak terhingga. Mengapa ? karena dari aktivitas menulis,
terbuka pintu-pintu komunikasi dan informasi dunia.
Sebagai blogger amatir, saya
merasakan dunia blogging yang melekat dengan aktivitas menulis pun semakin bertumbuh baik secara
kuantitas maupun kualitasnya seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi.
Serupa penulis buku di dunia offline, blogger pun turut menyemarakkan dunia literasi kita di dunia maya. Melalui tulisan, para blogger membagi banyak hal kepada publik sesuai gaya dan karakternya masing-masing.
Serupa penulis buku di dunia offline, blogger pun turut menyemarakkan dunia literasi kita di dunia maya. Melalui tulisan, para blogger membagi banyak hal kepada publik sesuai gaya dan karakternya masing-masing.
Diperlakukan bak diary masa kecil
pada mulanya, kini blog tak hanya menjadi rumah virtual tempat mencatat curahan hati, ia bermetafora menjadi alat
yang dapat dijadikan ruang bisnis pemiliknya. Monetize blog, kini menjadi trend
baru di masyarakat dalam dunia advertising. Banyak brand (baik kecil maupun
besar) yang menggunakan jasa blogger untuk mempromosikan produk mereka.
Blogger menjadi mitra usaha yang
fleksibel karena ruang kerjasama yang ditawarkannya begitu luas mulai dari UMKM
hingga perusahaan/brand-brand “besar”. Dan keistimewaan para blogger tatkala
sedang merekomendasikan sebuah produk kepada pembacanya adalah ‘keunikannya’. Bahasa
tulisan blogger tak sekaku iklan biasa, tapi juga tak seringan testimony-testimony
produk di media. Bahasa blogger biasanya lebih berjiwa, bukan promosi yang kasar,
dan ini disukai oleh dunia branding yang semakin penuh persaingan saat ini.
Terkait dengan hal di atas,
mengingat kini Indonesia sebagai bagian dari masyarakat ekonomi ASEAN (MEA)
yang secara ekonomi dihadapkan pada situasi kompetitif dengan negara-negara
ASEAN lainnya, keberadaan para blogger patut dan pasti akan semakin diperhitungkan.
Dengan terbentangnya era
perdagangan bebas, saya kira blogger Indonesia sudah bisa berencana dimana akan
menempatkan posisinya. Terbayangkah bahwa sebentar lagi tulisan-tulisan kita
berupa puisi, artikel, atau bahkan advertorial post sekalipun akan dibaca dan
menjadi favorit netizen masyarakat ASEAN ? Terbayangkah nanti blogwalking
terjadi tak hanya antar sesama blogger dalam negeri tetapi juga dengan blogger
negara-negara ASEAN ? Terbayangkah sebentar lagi job-job review bisa jadi
berdatangan dari perusahaan-perusahaan luar negeri ?
Tapi, keadaan di atas juga bisa
berlaku sebaliknya. Bagaimana jika blogger-blogger “luar” jika mereka bekerja
lebih profesional lebih disukai brand-brand negeri kita ? Akankah blogger kita gigit
jari kalah bersaing di negeri sendiri ? Sayang sekali jika kesempatan ini
terlewatkan bukan ?, digulung oleh dinamika blogging blogger luar negeri yang misalnya
lebih oke secara kualitas dan kuantitas.
Untuk itu tuntutan menjadi
blogger yang profesional tak bisa dielakkan di era perdagangan bebas MEA ini.
Kekayaan kapabilitas harus dipacu dengan terus memperdalam ilmu, tak cuma
kemampuan bahasa asing, tapi juga kemampuan lain terkait blogging seperti
misalnya membuat infografis, coding, design dan sebagainya selain tentu saja
kualitas tulisan dimana “Content is The King” masih menjadi slogan utama para
blogger.
Betapa sebuah persembahan besar
untuk negeri saat dunia literasi anak negeri bisa menembus bahkan mewarnai
hingga merajai dunia literasi tingkat ASEAN bahkan Internasional. Saat ini, penulis-penulis
Indonesia seperti Okky Madasari, Salman Aditya, Leila S Chudori sudah berhasil go
internasional dengan karya-karya tulis mereka. Semoga kita para blogger
Indonesia lainnya bisa mengikuti jejak mereka ya. Bukan sekedar untuk eksis,
tapi lebih dari itu sebagai bagian dari bekerja untuk memuliakan kehidupan pemberian
Tuhan.
So, mungkinkah blogger Indonesia invasi dunia literasi ASEAN melalui MEA ? Kenapa enggak.
mau belajar menulis lebih baik lagi ah aku,belajar sama mbak winny
ReplyDeleteMenghadapi MEA memang perlu banyak inovasi.
ReplyDeleteUlasan yang bernas, Mba :)
Semoga anak negeri siap dan mantap melaju ke MEA ini ya Mba Win.
ReplyDeleteKita juga semangat belajar yuuukkss
Setuju mba Winny, suka quotes terakhirnya.. Semoga kita bisa menjadi blogger yang siap dengan MEA ini ya..
ReplyDeleteProfesionalitas yang dibackup dengan moral yang bagus akan menciptakan daya saing lestari.
ReplyDeleteSalam hangat dari Jombang
MEA ini memang punya dampak untuk berbagai macam kalangan ya mbak. Semoga sebagai blogger kita semakin profesional dan bisa ambil andil untuk mensukseskan MEA di Indonesia.
ReplyDeleteBener sekali Mba Winny, sebagai blogger kita harus siap ya utk menjadi yg terbaik dan kompetitif bila sudah masuk ranah MEA.
ReplyDeleteWow mbak dirimu serius banget nulisnya. Menghadapi Mea kita harus meningkatkan kualitas diri. Makanya saya kursus lagi
ReplyDeleteSuka tulisannya Winny, kritis dan mantep.
ReplyDeleteSetuju dengan opininya Evrina, Winny serius kalo nulis ^_^
Yeaaay, ternyata bisa lebih serius dibanding dirikuuuh. Hehehe
ReplyDeleteAnalisisnya mantap abis.
Kita kudu tingkatkan kualitas diri ya
Yeaaay, ternyata bisa lebih serius dibanding dirikuuuh. Hehehe
ReplyDeleteAnalisisnya mantap abis.
Kita kudu tingkatkan kualitas diri ya
Waah, keren, postingan Winny berbobot banget. Bunda jadi inget nih tahun 2014 pernah ikutan 10hari NonStopNgeblog tentang akan berlakunya MEA ini.
ReplyDeletesaya yakin bisa. Yuk! Blogger Indonesia, tidka perlu khawatir dengan MEA :)
ReplyDelete