Monday, July 20, 2015

Hari Raya di Rumah Nenek

Hari raya di rumah nenek - Judulnya duuh, kayak judul tugas mengarang bebas anak SD aja ya hehe. Tapi memang begitulah aura berlebaran hari ke tiga di kampung halaman Papa saya adalah nostalgia yang nggak pernah hilang. 

Sebenarnya rumah yang saya sebut rumah nenek itu sudah bukan rumah nenek saya lagi tapi sudah turun ke salah satu putranya yaitu paman saya. Tapi hari raya masa kecil hingga remaja saya yang selalu dilewatkan di sana membuat refleks pikiran dan hati saya selalu mengarah ke sebutan itu. Buat saya, rumah sederhana berhalaman luas, berjendela banyak dan berkolam besar itu tetap rumah Nenek.

Apalagi rumah itu hampir tak mengalami perubahan besar sesudah dimiliki paman saya. Paman  membiarkan rumah peninggalan Nenek masih serupa saat dihuni orang tuanya, Nenek dan Kakek saya. Kecuali pada  area kolam, area itu saat masih dimiliki oleh Nenek dan Kakek masih berupa kebun singkong dan tanaman dapur hidup, kini paman membuatkan di sekeliling kolam itu taman yang sangaaat indah. 

Setiap kali rombongan keluarga Papa datang, pasti kolam itulah yang pertama kali menarik perhatian. Dan saya selalu terharu, melihat  Papa turun dari mobil masih bisa memandang dan masuk ke rumah peninggalan ibu dan ayahnya dalam keadaan yang bagai masa kecilnya. Melihat Papa dan Paman berpelukan, saya membayangkan bagaimana mereka kakak beradik dahulu saling menyayang.

Meski ini rumah dari keluarga paling sederhana dari semua rumah saudara yang dikunjungi, tapi rumah Nenek adalah rumah keluarga favorit saya yang selalu saya rindukan. Bukan hanya karena berlimpahannya kenangan, lebih dari itu saya nyaman dengan segala kebersahajaan dan kerendah hatian keluarga Paman dan Bibi.

Di rumah Nenek, sebagaimana rumah-rumah lain yang sedang merayakan iedul fitri dan menerima tamu juga selalu menyajikan hidangan yang mengundang selera. Mungkin sedikit bedanya, di rumah Nenek tak pernah ada ketupat, tak ada opor ayam, tak ada kue-kue kering bermentega, apalagi permen ataupun bolu bika.

 Di rumah Nenek kami disuguhi makanan sehari-hari orang kebanyakan kita, makanan khas Sunda biasa. Kami makan siang dengan nasi putih, ayam goreng dengan potongan kecil-kecil, sambal cabe tomat,  sayuran lalapan , ikan asin, kerupuk dan tak ketinggalan (ehem) jengkol goreng. Nikmaaat banget. Percaya deh, kalau makan di rumah Nenek seperti ini mesti lupa timbangan. :-D

Halaman belakang dan depan yang luas juga buat anak-anak betah bermain-main dan para ayah betah ngobrol. Tapi yang paling membuat saya nyaman adalah kolam ikannya. Sejak dulu kolam ikan di rumah Nenek ditumbuhi bunga Teratai. Konon, bunga Teratai itu dibawa mendiang kakek saya dari danau Situ Raci, sebuah danau yang memiliki cerita menyedihkan. Sayang saya terlupa dari kisahnya. Yang pasti, saya susah beranjak dari pinggir kolam menikmati keindahannya. 

Namun rumah sesungguhnya bukanlah rumah yang terbuat dari pasir, kayu ataupun batu. Rumah sebenarnya adalah tempat di.mana orang-orang yang kita cintai ada di sana. Dan keluarga Paman dan Bibi saya adalah Rumah Nenek sesungguhnya. Bersama kesahajaan, keramah tamahan dan keikhlasan mereka saya merasa melihat kehidupan yang penuh kedamaian. Dan saat pulang saya merasa mendapat energi baru dari cinta yang saya telah dapatkan. 

Bagi saya, tiada hari raya seindah hari raya di rumah Nenek. 





Disambut kolam ikan kesayangan

Duduk dan berbincang di Golodog 
Fasad rumah Nenek
Kolam ikan dilihat dari arah belakang
Tanaman Anggrek peliharaan Bibi
Pintu masuk dari arah depan
Disambut penganan buatan Bibi dan keponakan saya 
Sagon 
Rangginang
Dodol Sirsak





Kakek dan Nenek

Keluarga Paman
Lemari jadul peninggalan Nenek
Bunga Anggrrk
Hidangan sederhana namun istimewa
Foto keluarga seru 
Tambah seruuu
Setelah shalat Isya di masjid sebelum pulang

6 comments:

  1. Rumah kakek neneknya lapaang mb....asri juga....serasa di villa.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Sulis, itu yg buat betah, lapang meski sangat sederhana.

      Delete
  2. rumahnya luas ya asyik untuk kumpul keluarga. Dulu kalau makan sagon aku aku sengaja sambil ngomong jadi nymebur-nyembur :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya itu yang paling sru dari makan sagon. Disembur-sembur

      Delete
  3. Alhamdulillah tahun ini masih bisa berkumpul di rumah nenek juga. Tapi kesan jadul rumahnya udah luntur ga kayak ini, soalnya udah dirombak.
    Dan yg paling bikin seneng karena rumahnya ada di seberang jalan doang.
    Selamat berlebaran teh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah sayang ya udah dirombak, tapi pastinya sekarang udah lebih kuat ya. Selamat lebaran juga Arif :-)

      Delete

Terima kasih sudah singgah di Goresanku ya ^_^