Saturday, January 11, 2014

Sejauh Asa





"Bagaimana bisa kamu membiarkannya terluka setelah segala yang dilakukannya padamu. Setidaknya kamu bisa menemuinya, katakan sesuatu sedikit saja, untuk menghargai segala upayanya. You're so heartless".

Namun mata Ana terus menatap ke arah kolam yang mengalir tenang, tak dihiraukannya ekspresi sahabat yang disayanginya itu. Ia hanya menghela nafas panjang dan menghembuskannya kembali perlahan seakan sedang melepaskan beban yang teramat berat.

"Wanita terhormat tak akan melakukannya Dee".

Perempuan berbalut scarf berwarna hijau pupus yang dipanggil Dee itu menatap Ana lekat.

"Wanita terhormat pun tak akan membiarkan hati seseorang terus mengharapkannya tanpa tahu sampai kapan ia harus menunggu kejelasan.".

"Kejelasan apa ? Apa yang harus kujelaskan ? Apa tak cukup jelas semua sikapku selama ini baginya ?". Ana  mencoba bertahan.

Dee mengernyitkan alisnya, dicarinya kejujuran pada bola mata sahabat cantiknya itu. Lirih ia berkata :

"Katakan kau tak mencintainya. Setidaknya, itu akan membuatnya pergi dari hidupmu."

Ana membalas tatapan Dee sesaat, sebelum ia jatuhkan pandangannya pada rerimbun mega yang bertautan di langit Kuta. Jauh, sejauh asanya.


4 comments:

  1. Luar biasa.. :D
    Entah cuma karangan atau nyata.. tapi aku suka larik-larik di atas..
    Dalem banget kalo dibaca, seperti sedang.. err.. dibawa pada situasi tersebut.
    Keren.. ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih mas Joddie, sebetulnya banyak yg ingin diedit, tapi sementara cukuplah dulu :D

      Delete

Terima kasih sudah singgah di Goresanku ya ^_^