Saturday, January 25, 2014

Hot Hazzelnut [GA Sabtu Merindu]

Tap tap tap tap tap
Kudengar lagu sepatuku
Memecah lengang di lorong yang bisu

Tiba-tiba sekelebat angin  menerpaku
Menggoda  tudungku nan merah jambu
Kuingat, ini warna kesukaanmu
Ahh, andai kamu melihatku ... 

Orang-orang bergegas lalu lalang
Anak-anak riang berkejaran
Trotoarpun jelma pentas musik jalanan
Ramai ...

Owh
Tapi rupanya tidak hatiku
Ia sesunyi petang dirundung hujan
Entah mengapa

Mungkin karena temperatur di kotaku
Ataukah karena kamu tak ada di sisiku ?

Ahh ...jangan
Tak usah hantuiku
Tak semua selalu tentangmu

Kumasuki kedai kopi itu
Secawan moccachino pasti kan menepis senyum manismu
Dan halaman-halaman novel ini sungguh kan menyibukkanku

Kupilih meja di dekat jendela
Bertaplak putih berenda-renda
Tidak, bukan karena ini sudut favorit kita
Aku hanya perlu ketenangan saja

Menit demi menit berganti
Tak seorangpun waitress menghampiri
Tak seperti dulu 
Kita selalu mengeluh :

 "Mengapa mereka terlalu cepat datang"

Kita jadi harus meredam suara
Lalu menjeda bicara

Kamu tahu ?
Waktu itu selalu
Kugeli memandang hela dan senyum gusarmu

"Pesan apa mbak ?"

Kutersentak !
Aih, sejak kapan dia disitu ?
Berselendang serbet biru dan sodorkan daftar menu
Aku tergagap, memesan kopiku buru-buru

"Mm ... hot hazzelnut aja ya"

Uppss. ..
Hazzelnut ?
Bukannya tadi kumau mocachinno ?
Tapi biarlah ...
Mungkin sedikit hazzelnut pahit kan membakar habis bayanganmu 

"Baik mbak, ditunggu sebentar ya"

Waitress itu berlalu
Dan akupun kembali kelu
Apakah kini kan selalu begini di setiap hari Sabtu ?

Kupandangi sekitarku
Dengan hati sendu
Tak ada yang mengusikku, tidak juga  kamu
Dulu kamu akan menarik daguku jika abaikan celotehmu

Tiba-tiba kuterkenang pendar di sayu matamu
Dan sedikit sungging di sudut bibir itu

Heii tak salah dengarkah aku ?
Ada seseorang memanggil-manggil dirimu

"Kamu kamu kamu kamu kamu kamu kamu ..."

Aduhai, darimanakah asal suara itu ?
Ahhh, ternyata dari dalam hatiku

Rindu ....










Saturday, January 11, 2014

Sejauh Asa





"Bagaimana bisa kamu membiarkannya terluka setelah segala yang dilakukannya padamu. Setidaknya kamu bisa menemuinya, katakan sesuatu sedikit saja, untuk menghargai segala upayanya. You're so heartless".

Namun mata Ana terus menatap ke arah kolam yang mengalir tenang, tak dihiraukannya ekspresi sahabat yang disayanginya itu. Ia hanya menghela nafas panjang dan menghembuskannya kembali perlahan seakan sedang melepaskan beban yang teramat berat.

"Wanita terhormat tak akan melakukannya Dee".

Perempuan berbalut scarf berwarna hijau pupus yang dipanggil Dee itu menatap Ana lekat.

"Wanita terhormat pun tak akan membiarkan hati seseorang terus mengharapkannya tanpa tahu sampai kapan ia harus menunggu kejelasan.".

"Kejelasan apa ? Apa yang harus kujelaskan ? Apa tak cukup jelas semua sikapku selama ini baginya ?". Ana  mencoba bertahan.

Dee mengernyitkan alisnya, dicarinya kejujuran pada bola mata sahabat cantiknya itu. Lirih ia berkata :

"Katakan kau tak mencintainya. Setidaknya, itu akan membuatnya pergi dari hidupmu."

Ana membalas tatapan Dee sesaat, sebelum ia jatuhkan pandangannya pada rerimbun mega yang bertautan di langit Kuta. Jauh, sejauh asanya.