Tuesday, January 14, 2020

Sesapa Mata, di Dalam Kereta


Doc. Akurat.co


Tap tap tap...
Suara flat shoes-ku masih terdengar jelas sekian detik yang lalu. 

Entah kenapa, serupa hipnotis yang habis waktunya, suara pintu kereta yang terbuka di hadapanku membuatku terjaga dan tiba-tiba aku sudah berada diantara kerumunan manusia sedang berebut masuk kereta dan mencari-cari tempat duduk yang sudah pasti hal yang fana di jam-jam pulang kerja. 

Stasiun Manggarai, sekilas kubaca deretan kata itu dari balik kaca jendela yang berembun ditimpa hujan lalu perlahan menghilang dari pandangan seiring kereta berjalan.

Jemariku bertumpu pada sebuah tiang menahan guncangan. 
Kereta penuh senja ini.

Kulihat seorang Ibu dan anaknya dalam pangkuan tertidur damai tepat di depanku. Di sebelahnya, seorang gadis dengan masker menutupi sebagian wajahnya dan sepasang headset di telinga nampak asyik menonton drama Korea kukira dari ponselnya. 

Sementara kiri kanan belakang dan segenap arah penjuru angin lainnya telah penuh dengan orang yang tak peduli kecuali stasiun tujuannya. 

Tiba-tiba seseorang menyodorkan scarf satin berwarna biru ke arahku. Dua detik pertama surpriseku, merasa familiar dengan barang dalam genggaman itu. Sebuah scarf, souvenir dari event yang baru saja kuliput dan seharusnya berada di dalam goodie bag-ku.  

"Scarf ini punyamu?  Tadi sepertinya jatuh di dekat pintu tap stasiun" ujarnya. 

Sepasang mata hitam kecoklatan di bawah rerimbun alis yang tebal menatapku lekat. Bagian depan rambutnya yang agak ikal menutupi sebagian parasnya yang oval. 

Hening... 
Antara kumeragu dengan scarf biru ataukah tatapan itu. 
Aku tergagap... 

"Oh ya terima kasih" .

Dia mengangguk dan tersenyum. Seorang Bapak di sebelahnya bergeser membuatnya bergerak bersisian denganku. Terkadang pergantian stasiun membuat kami berjarak, namun entah kenapa dia selalu kembali di sekitar. Menatapku. 

"Ahh kacau kamu ! Ge Er kamu. Orangnya mungkin sudah turun juga sejak tadi" kudengar suara hatiku terkekeh  mengejek mentertawakan kepandiranku. 

Upss... 
Kutepuk jidatku (dalam hati)  ... Ikut meledek keganjilan sepersekian detikku yang tak pernah kualami di kereta. Bagaimana bisa mengira dan berharap dia berotasi di porosku. Berkelipan bak Alpha Centauri di galaksiku.

Jelang stasiun Tanjung Barat sepertinya gelombang  penumpang tak mereda, tetap jejal dan menyesakkan udara.  Tapi kulihat seorang perempuan separuh baya di depan kananku tengah bersiap berdiri membebaskan tempat duduknya. 

Ujung mataku menyimak dan hati menanti. Namun nampaknya aku tak bisa berharap banyak karena seorang bapak bercambang lebat tepat di hadapan  perempuan itu sepertinya sudah lebih bersiap.

Dan akhirnya  pasrah.... 
Sabarlah badan letihku. Tak ada yang tak lelah di kereta ini bukan? 

Tiba-tiba seseorang menepuk pelan sisi punggung tanganku dan :

"Mbak, duduk disini"

Sepasang mata tajam dan rambut ikal tadi nampak mempersilakanku duduk di kursi penumpang yang kukira sudah tak available lagi. Gesture tubuhnya nampak menahan Bapak bercambang tebal itu. 

Hening... 
Antara kumeragu dengan tempat duduk kereta ataukah tatapannya itu?  
Kenapa dia masih ada di situ? Di dalam ruang pandangku?  

Aku balas menatapnya.
Mempertanyakan titahnya.
Dan ia mengangguk meyakinkanku.
Kursi itu untukku. 

....

"Terima kasih" ujarku.

Ada getar aneh dalam suaraku. 
Ahh kenapa berterima kasih saja harus terdengar fals suaraku? 

Dia tetap berdiri di antara jejal penumpang kereta.
Dan aku terduduk di antara bayangan kukuhnya.
Terdiam di titik nadir, dalam sibuk meredakan debur dada hingga stasiun terakhir. 


January 2020 





No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah singgah di Goresanku ya ^_^