Ribuan detik kuhabisi.
Jalanan lengang kutentang.
Oh, gelapnya tiada yang buka.
Adakah dunia mengerti ?
Miliaran panah jarak kita.
Tak jua tumbuh sayapku.
Satu-satunya cara yang ada.
Gelombang tuk ku bicara.
Tahanlah wahai waktu,
ada "selamat ulang tahun"
yang harus tiba tepat waktunya.
Untuk dia yang terjaga,
menantiku.
Tengah malamnya lewat sudah.
Tiada kejutan tersisa.
Aku terlunta, tanpa sarana.
Saluran tuk ku bicara.
Jangan berjalan, waktu.
Ada "selamat ulang tahun"
yang harus tiba tepat waktunya.
Semoga dia masih ada.
Menantiku.
Mundurlah, wahai waktu.
Ada "selamat ulang tahun"
yang tertahan tuk kuucapkan.
Yang harusnya tiba tepat waktunya.
Dan rasa cinta yang selalu membara.
Untuk dia yang terjaga.
Menantiku.
***
***
Aku sedang menebak-nebak, kira-kira prosesi apa yg tengah kamu siapkan.
Kamu selalu tergila-gila pada prosesi. Segala sesuatu harus dihantarkan dengan sempurna dan terencana.
Perayaan dan peringatan menyesakki kalender kita sepanjang tahun, dan tidak pernah kau bosan, bahkan kamu semakin ahli.
Malam ini kamu menantangku dengan stopwatch.
Teleponku akan berdering setengah jam lagi.
Sambil menunggu, izinkan aku berkelakar tentang kamu dan sayap.
Sejak kepindahanku ke negara lain kamu selalu terobsesi dengan segala makhluq bersayap.
Aku ingin percaya.
Wahai waktu, ada selamat ulang tahun yang harus tiba tepat pada waktunya. Kusedia, kuterjaga, menantimu.
Dengan caramu mengagungkan momentum, kamu membuatku ikut percaya betapa sakralnya peluk cium 14 February atau tiupan tahun baru yang harus tepat pukul 00.00.
Namun imanku pada arena itu luruh dalam satu malam.
Lihat detik itu, jarum jam itu, momentum yang tidak lagi berarti di detik pertama. Kamu lupa mengucapkan selamat ulang tahun.
Harusnya ini sudah terjadi lima menit yang lalu...
Lima menit yang lalu.
Aku tidak tahu kemalangan jenis apa yang menimpa kamu hingga kamu tidak bisa menghubungiku.
Mungkin matahari lupa ingatan, lalu keasyikan terbenam dan terlambat terbit.
Kiamat harus menyiapkan tanda-tanda baru jika masih ingin menjadi hari yang paling diantisipasi dengan misalnya mengadopsi absurditas yang terjadi malam ini.
Satu waktu nanti, saat kamu berhenti percaya bahwa manusia bisa punya sayap. Kemarin, besok, lusa, atau hari-hari sesudah itu, aku masih disini, menunggu kamu.
Mundurlah wahai waktu.
Ada selamat ulang tahun yang tertahan.
Yang harus tiba tepat waktunya.
Dan rasa cinta yang selalu membara.
Kusedia, kuterjaga, menantimu.
Rectoverso.
Dee_2009.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah singgah di Goresanku ya ^_^