Saturday, August 25, 2018

Jadikan Yang Kamu Sirikin Gurumu

Lho memang tanda lemah dan fakirnya kita sebagai manusia itu salah satunya cemburu koq. Iri,  dengki, berprasangka buruk,  nggak suka lihat orang lain lebih baik, lebih bagus, lebih cantik, lebih ganteng, lebih keren dsb apalagi kalau yang lebih2 itu saingan kita atau saingan keluarga, atau kelompok kita.  Intinya susah lihat orang lain senang,  senang lihat orang lain susah.

Jadi kalau lihat yang seperti itu gak usah heran atau dipertanyakan karena mungkin kita juga bakal seperti itu kalau...

Kalau kita merasa lebih baik, merasa lebih bisa,  merasa lebih bijaksana, merasa lebih tahu, merasa lebih segalanya (ini sadar ataupun tidak, walaupun banyak nggak sadarnya sih)

Lalu dari merasa2 lebih itu jadinya kita bisa  merasa lebih berhak juga  menerima segala kebagusan, kebaikan, kemuliaan, penghormatan, dan pengakuan.

Padahal sejatinya setiap kita ini apa siy?  Bisanya apa ya kita kalau tidak dibisakan oleh Tuhan. Ngetik saja sering typo, apalagi sampai menganalisis ini itu sing njelimet dan parahnya analisisnya hasil berasumsi bukan dari tabayun yang betul-betul tabayun alias Info valid kelas Ring 1 (ini ngomongin apasih 😁).

Ya pokoknya kita jadi sering membuang buang waktu untuk hal yang kurang penting tapi hasilnya malah merugikan diri sendiri.

Misalnya kita jadi gak bertambah ilmu,  jadi gak bertambah wise, jadi gak bertambah teman (malah nambah daftar akun yang mau di-unfollow apa di-unfriend) Wah ini apalagi ini jadi gak bertambah cantik n bertambah penghasilan #eh. Kan rugi ya kalau setiap peristiwa kita masalahin dan kita julidin ? Kapan bahagianya?

Katanya ya,  ini katanya. Kalau kita lihat ada orang atau fihak lain lebih itu (lebih cantik,  lebih ganteng,  lebih keren,  lebih pinter,  lebih kaya, lebih sukses) mendingan jadikan dia "guru". Tekan serendah-rendahnya ego. Ya namanya mau jadi murid harus mau merendah dong di hadapan guru. Konteksnya merendahkan hati, merendahkan ego, merendahkan keakuan.

Nah kalau sudah merasa "rendah", merasa fakir bakal muncul kemauan kuat buat belajar,  buat mencari tahu, buat berguru. Tentang apapun itu.  Lihat teman cantik, sholeh,  ganteng, keren,  sukses,kaya, dermawan,  bermanfaat buat orang banyak jadi termotivasi. "Eh dia bisa kayak gitu itu gimana ya ?". Nah mulai deh jadinya semangat buat jadi pribadi yang lebih baik.

Gak akan ada cerita cari-cari kekurangan atau kesalahan orang. Masa murid cari kesalahan guru. Guru gitu lho, kan fungsinya buat digugu dan ditiru.

Intinya yang indah,  bagus,  cantik,  keren itu daripada disirikin mending dijadikan guru kehidupan. Biar kita ikutan keren. Gimana? 

#BukanTentangAsianGames  tapi disambungin juga gapapa ding.
#PernikMalam


Jangan Hanya Mau Didengarkan tapi Harus Mau juga Mendengarkan

Jangan Hanya Mau Didengarkan tapi Harus Mau juga Mendengarkan

Paling senang saat Zahra pulang dan cerita pengalamannya menjalani PKKMB dan Student Day di kampusnya tiga hari ini.

Bali dan Udayana sungguh satu  pengalamannya yang luar biasa.

Sepulang kegiatan Student Day 2018 Universitas Udayana :

"Miii, tadi seruuu".

Sebagai mantan remaja ceria era keemasan, pikiranku segera menerjemahkan kata "seru"  itu adalah barisan kakak-kakak tingkat jurusan teknik nan keren tapi galak (galak sepanjang masa opspek aja siy)  berambut gondrong-gondrong yang sering dia ceritakan itu yang akan jadi subjek pembicaraan.

Tapi bukan, ternyata bukan itu.  Matanya berbinar-binar dan bibirnya tak berhenti tersenyum sepanjang bercerita.

Ada Nana dan Try yang orang Bali asli,  ada Dika yang orang Lombok,  ada Christy dari Medan,  ada Bunga dari Tangerang, ada Stephany dari Jember, Altaf dari Jakarta  dll.  Semua nama-nama itu segera menghangatkan hati sebagai biasanya aku mendengar semua sahabat anak-anak.

"Mi,  disini tuh aku seneeng, misalnya pas udah waktunya sholat, aku bilang sama mereka " Eh aku mau sholat dulu yaa. Trus si Try bilang OK, aku juga mau ke Pura dulu ya.  Si Nana yang jagain tas. Duduk aja dia mah kan hari ini dia gak perlu ke gereja.

Aku seneng Mi,  biarpun yang berkerudung cuma aku sama Bunga tapi aku gak merasa dipandang aneh sama mereka.

Aku bisa nanya sama Try makna nama-nama orang Bali dan dengan senang hati dia menjelaskannya. Aku jadi tahu, I itu buat anak laki-laki, Ni itu buat anak perempuan (I Made, Ni Made), atau I jadi Ida itu cowok juga (misal Ida Cokorda), Luh buat perempuan.

Kalau kayak Wayan, Gede, Putu itu buat anak pertama. Anak kedua ada yang pake Made, Nengah atau Kadek. Anak ketiga Komang atau Nyoman.

Terus aku nanya lagi, tapi Try koq namamu pake Dewa Ayu bukan Komang ?"
Jawab Try, "Itu lain lagi Ra. Ada juga nama berdasarkan Kasta. Trus Try sebutin istilah-istilah dalam urutan kasta (yang Zahra udah gak ingat lagi saking banyaknya yang dijelaskan dengan sepenuh hati oleh temannya).

Oya, anak ini gak berhenti cerita selama dia makan.

"Terus aku sama Christy juga saling bertanya Mi. Christy nanya gini :"Ra Kamu orang Sunda kan. Kalau nama-nama khas Sunda itu apa aja sih?  Aku bilang aja Asep, Agus, Cecep, Iwan, Elis,  Euis, Nani, terus apa lagi ya. Gak ada  urutan kelahirannya, sama kasta. Bener kan Mi? Pokoknya gitu deh.  Terus aku juga nanya kalau Christy suku Batak ya. Christy bilang Iya, tapi suku Batak itu ada 6. Nah aku lupa yang 6 itu apa aja Mi"

Ish,  anak ini biasa deh kalau lagi seneng gak mau berhenti cerita 😁

"Terus ya Mi, aku gemeess deh. Lucuuu . Di goodie bag kita tuh beda-beda isinya selain alat tulis dan topi. Di GB-ku ku kan ada mukena, di GB-nya Nana ada Al Kitab, Di punya Try ada selendang. Lucu kan, beda-beda isinya tapi kita akraaab banget. Mereka baik-baik dan suka saling nolong.

Bener ya kata umi sama kata narsum di acara Student Day itu juga,  kita jangan hanya mau didengarkan tapi harus mau mendengarkan. Di kampusku sejak aku masuk dan kenal teman-teman, kami benar-benar saling mendengarkan. Dengar tentang budaya, agama, kebiasaan kita masing-masing. Kita jadi langsung saling sayang Mi." Kata Zahra sambil terus makan.

Aku menatapnya riang, tapi dalam hati sungguh terharu. Alhamdulillah, Zahraku sedang berterima kasih. Bersyukur atas indahnya keberagaman di negeri  yang diciptakan Tuhan penuh warna ini.

Sejak TK hingga SMA dia mengecap pendidikan berbasis Islam sebagai pondasinya, tapi penghargaannya atas perbedaan di sekelilingnya adalah karunia yang kusyukuri. Kelak mungkin dia akan mengarungi dunia yang lebih luas. Kuharap kebijaksanaan dan kebeningan hati akan terus mengiringinya. Semoga Zahra selalu dikelilingi orang-orang yang baik dan sebaliknya selalu menjadi orang yang baik yang mau menaungi orang lain, siapapun itu,  aamiin.

Sepernik percakapan manis di jelang hari kemerdekaan.

Dirgahayu Indonesiaku ❤

Zahra dan teman2 pasca Student Day hari ke 3