Sunday, July 1, 2018

Cinta Tak Terucap Kata

"Inspiratif"

Tiba-tiba sepatah kata muncul di kolom komentar postingan instagramnya. Hanya satu kata,  singkat dan bukan hal yang baru sedang menanggapi caption sebuah foto yang diunggah Ilya kemarin. Namun wanita lembut itu tak dapat menahan debur hatinya saat menatap nama sang penulisnya. 

"Alfian" bisik hatinya. 

Ahh, sekejap ingatannya kembali ke sebuah taman raya di sebuah senja yang gerimis 7 tahun yang lalu. Tempat ia menemukan dua mata nan teduh itu sedang menatapnya penuh rindu. 

Pertemuan dan perbincangan sekilas namun meninggalkan jejak di sudut hatinya   bertahun-tahun. 

Ilya tahu lelaki bermata hujan itu telah mengikuti sosial medianya tujuh minggu yang lalu. Meski tak pernah meninggalkan tanda apapun, namun Ilya yakin Alfian mengawasinya dari kejauhan. Kenangan yang mereka berdua miliki terlalu indah untuk diabaikan, hanya saja dulu tiada sempat dan tempat untuk mengabadikan.

Ilya menghela nafasnya perlahan dan dalam. Diperhatikannya rerintik hujan di balik jendelanya.  Rerintik yang sama yang mengiringi saat Alfian memohon izinnya untuk boleh bertandang ke rumahnya saat itu.  

"Boleh aku main ke rumahmu?"

Fian bertanya dalam nada riang dan senyum itu, senyum yang tak pernah tertinggal di setiap mata mereka bersitatap di sejak awal pertemuan. 

"Iya,  Iya sangat boleh Fian. Bagaimana tidak boleh  jika setiap saat hanya kamu yang ada di pikiranku" 

Suara Ilya bergema di hatinya. Ya hanya di hatinya. Tak sampai ke lisannya. Lidahnya kelu, lengannya tiba-tiba terasa dingin dan kaku.

Tidak,  tidak mungkin ia bisa menerima Alfian di rumahnya. Bahkan di tempat manapun di dunia ini. Ilya terlalu takut. Perempuan berbibir delima itu takut pada garis hidupnya sendiri. Ia sadar ia tak berhak lagi atas segenap cinta lelaki yang tak pernah beranjak dari hatinya itu.

"Kita sudah bertemu, Dan aku tak bisa menemuimu lagi sesudah ini. Maafkan aku Fian"

Fian terpekur menatap horizon yang membentang di hadapan mereka berdua.
Kecewa.  Namun bagaimanapun kuatnya cintanya namun ia bukanlah seorang pemaksa. Ia sungguh tahu dan memahami posisinya sendiri dan kegelisahan Ilya.

Alfian menyadari mereka hanya bagaikan sepasang merpati yang terpisahkan oleh dinding semegah dan sekokoh  takdir.

Kini 7 tahun dari keheningan senja itu, dalam gerimis yang membasahi Yogya dan hati Ilya, sepatah kata di instagramnya telah meluluh lantak seluruh upaya perempuan itu untuk melupa.

Alfian masih ada untuknya, untuk cinta  tak sampai mereka. Namun Ilya lega, menyadari bahwa cinta justru nampak begitu indah saat ia tetap tak terucap kata-kata, tak tergapai rengkuhan raga. Namun terus berkelindan di udara yang mereka hirup bersama, di tempat dimana mereka dinaungi cahaya rembulan dan langit yang serupa.

Bogor, 1 Juli 2018