Tuesday, December 20, 2016

Dibalik Secarik Daluang



Dibalik secarik daluang - Selalu merasakan suasana berbeda setiap kali mengunjungi gedung museum. Begitu juga kali itu, saat melintasi gerbang Museum Textil Jakarta pada pagi hari di 2 Desember 2016 yang lalu bersama seorang teman blogger untuk menghadiri workshop doodle pada Daluang.

Dari jauh saya melihat beberapa orang sudah berkumpul di teras museum berarsitektur kuno itu. Salah seorang teman blogger yang sangat ramah menyambutku menghangatkan hatiku. Segera pandangan saya menyapu sekeliling, fasad museum yang didominasi cat berwarna putih pada dindingnya dan warna hijau pada kayu pintu-pintu dan jendelanya seolah mempersilakan saya untuk terbawa pada masa yang telah lalu.

Sambil menunggu dimulainya acara saya menyempatkan diri meliihat-lihat area museum yang di dalamnya digelar rupa-rupa karya dari kriya busana Indonesia yang memiliki usia sejarahnya yang begitu panjang. 

Apa itu Daluang ? Sesuatu yang akan menjadi media berkarya doodle dalam workshop itu menarik rasa ingin tahuku. 

Daluang ternyata adalah sebutan untuk kain kulit kayu di daratan Jawa (di Sulawesi Tengah kain kulit kayu ini dikenal dengan nama Fuya) yang telah ditemukan sejak ribuan tahun yang lalu. Mengalami proses yang panjang dan rumit dari mulai berupa kulit pohon hingga menjadi kain yang bertekstur halus dan tipis pada masa dimana masa kemajuan teknologi belum sampai. Diperkirakan, budaya mmengolah dan memproduksi Daluang telah dimulai sejak bangsa Austronesia melakukan perjalanan 6800 tahun yang lalu dari Cina Selatan menuju Macau dengan menempuh dua jalur yaitu jalur darat melewati Vietnam dan jalur laut melintasi Philipina.

Dalam perjalanan itu konon mereka membawa bibit pohon Saeh yang merupakan bahan dasar pembuatan Daluang dan peralatan pembuatan Daluang berupa batu yang disebut dengan batu Ike. Mungkin itu sebabnya terdapat persamaan yang ditemukan saat ini pada batu Ike di Sulawesi Tengah dengan batu Ike yang digunakan di Taiwan.

Di tanah asalnya, Daluang atau Fuya ini banyak digunakan sebagai pelindung tubuh alias pakaian meski jika mengingat teksturnya yang halus dan rapuh agak sulit bagi kita memahami bagaimana kulit kayu itu memenuhi kebutuhan orang-orang di masa lalu dalam melindungi tubuh mereka. Tetapi di Jawa berbeda, Daluang kebanyakan digunakan sebagai media menulis. Hal ini diketahui setelah ditemukannya naskah-naskah kuno yang ditulis di atas Daluang (Daluwang). 

Menurut data dari Kriya Indonesia saat ini para pengrajin Daluang menjualnya dalam bentuk lembaran, Harga di tingkat pengrajin berkisar antara 150 ribu hingga 350 ribu rupiah. Jika dibuat langsung dari kulit pohon Saeh harganya bisa lebih mahal lagi karena kualitasnya yang memang bagus. Harga yang cukup rendah mengingat telah langkanya kriya busana dari bahan kulit kayu seperti ini. 

Dan saat diperkenan menyentuh lembaran kecil daluang sebagai media untuk melukis di workshop doodle itu saya sangat takjub, ini kertas kecil teramat berharga, dibuat dengan cinta oleh tangan-tangan kreatornya yang kini jumlahnyapun telah banyak menyusut dan usia mereka rata-rata telah tua. 

Semoga karya kulit kayu berusia purba ini terus lestari di bumi Indonesia ya, aamiin. 

Di bawah ini rangkaian acara workshop doodle on Daluang di Museum Textil Jakarta :


  • Laporan kegiatan oleh Kepala Museum Seni DKI Jakarta Ibu Esti Utami 
  • Pengenalan Kartini Blue Bird oleh mbak Nova 
  • Penyerahan lukisan kepada : Asisten Deputi Bidang Kebudayaan DKI Jakarta – Bapak Usmayadi Rameli oleh mbak Tanti Amelia, kepada Prof. Sakamoto, ahli kertas dari Jepang oleh mbak Nova, Kartini Blue Bird dan kepada Kepala Mueseum Seni, Ibu Esti Utami oleh Astri Damayanti; Founder Kriya Indonesia 
  • Pembukaan workshop sekaligus penutupan pameran Beaten Bark oleh Asisten Deputi bidang Kebudayaan DKI Jakarta Bapak Usmayadi Rameli.
  • Menggambar doodle bersama seluruh peserta dengan mentor mbak Tanti Amelia






Penyerahan lukisan kepada : Asisten Deputi Bidang Kebudayaan DKI Jakarta – Bapak Usmayadi Rameli oleh mbak Tanti Amelia





Berfoto dengan background karya seni di Museum Textil Jkt.


Perangkat menggambar doodle





2 comments:

  1. Dmna saya bisa dapatkan bibit daluang, mohon ingomasi nya yulirangamphu@gmail.com

    ReplyDelete

Terima kasih sudah singgah di Goresanku ya ^_^