Merayakan cinta
Winny namaku
…
Tentu saja nama pemberian orang tuaku. Tak pernah seharipun tak berbahagia dengan nama itu. Bagaimana tidak senang, jika Mamaku dulu bilang nama itu diberikan karena ia merasa nama itu begitu cantik baginya dan lalu disematkannya untukku.
Tapi, lalu aku merasa
tak pantas menyandang nama itu. Ada banyak hal yang pernah singgah dalam hidup
masa kecilku yang membuatku merasa semakin “kecil” saja bahkan tak ada.
Duluu sekali, aku pernah
:
- Dibully; tak perlu kusebutkan rinci, tetapi badan kanak-kanakku pernah menjadi saksi bahwa ia pernah disakiti. Pemahaman dewasaku ingin tak mengingatnya lagi, tapi kadang kejadian-kejadian singkat itu membuat air matakku menetes lagi
- Pernah merasa dipandang sebelah mata oleh bebrapa teman. Ya mungkin itu hanya sekedar perasaan tak penting, sikap baperan yang tak asyik untuk ditanggapi. Tapi ditak acuhkan, disisihkan dari pergaulan, dianggap tak ada atau dijauhi hanya karena kecemburuan yang tak beralasan sungguh pernah membuatku merasa tak berarti.
- Merasa buruk; ya pernah merasa buruk karena semua itu. Pikirku, apa aku tak punya hal bagus untuk sedikit saja dihargai ?
Ada yang kumiliki
untuk bebas menangisi diri. Yang paling mudah kubisiki. Meski tak pernah
terucap dalam munajat, tapi aku yakin DIA Maha Memahami desir hatiku paling
dalam :
“Tuhan, aku ingin disayangi,
aku ingin banyak teman”.
Dan waktupun berlalu,
pengalaman hidup bergantian datang, dari yang manis dan indah hingga meletihkan
fisik, pikiran dan hati. sampai tak
terasa lensa pemahamanku sedikit demi sedikit berubah.
Bertemu banyak orang
yang berbeda latar belakang keluarga, pendidikan, profesi, karakter, suku,
budaya, agama serta pengalaman berorganisasi dengan bermacam-macam komunitas
membawaku pada optimisme baru. Apalagi setelah Allah karuniakanku suami dan
anak-anak yang baik, terbayang semua yang pernah kuinginkan dahulu, semua telah
tercukupi.
Tapi manusia memang
tak pernah puas, meski aktivitasku saat anak-anakku masih kecil lebih banyak di
rumah, aku menghibur diri dengan menulis.
Menulis apa saja meski hanya sebait puisi atau sederet opini, di atas
kertas, dalam sebuah buku yang menyatu dengan catatan anggaran keuangan keluarga
^_^.
Aku menulis di sela-sela kesibukanku sebagai ibu rumah tangga dengan tiga anak masih kecil-kecil, tanpa asisten rumah tangga dan sebagai bagian dari komunitas yang selalu penuh dengan kegiatan dan ragam acara. Maka hanya tengah malam atau saat anak-anak tertidur adalah kemesraanku bersama pena dan aksara.
Aku menulis di sela-sela kesibukanku sebagai ibu rumah tangga dengan tiga anak masih kecil-kecil, tanpa asisten rumah tangga dan sebagai bagian dari komunitas yang selalu penuh dengan kegiatan dan ragam acara. Maka hanya tengah malam atau saat anak-anak tertidur adalah kemesraanku bersama pena dan aksara.
Saat media sosial
mulai marak, sejak itu pula tempat menulisku bersalin rupa dan cara.
Tulisankupun tak lagi hanya diriku yang punya. Ia menjadi milik sesiapa yang
tersesat di belantara kataku.
Seorang sahabat
mengenalkanku pada aktivitas blogging pada saat aku baru saja meninggalkan kota
kelahiran tercinta. Meninggalkan Bandung, tempat orang tua kami (aku dan suami)
tinggal karena sebuah ujian yang menimpa keluarga bukanlah hal yang mudah, tapi
harus kami jalani. Tapi kepindahan itu tanpa kusadari menjadi titik balik
hidupku paling berarti karena di kota yang baru; Bogor aku dan keluarga
menemukan banyak hal yang lebih baik.
Aktivitas menulisku
yang semula hanya sebagai tempat luahan rasa lelah semakin lama semakin
menemukan jalannya. Aku bertemu banyak orang, aku bergabung dengan banyak
komunitas, menemukan berlimpahan pengalaman dan pembelajaran baru yang
karenanya aku mulai berani memilih jalanku. Hal yang tak bisa kulakukan saat masih
di Bandung dulu.
Berkembangnya dinamika
sosial media pada tahun 2000anpun sedikit demi sedikit mendorongku pada
cita-cita baru, bahwa dalam lingkup tugas dan peranku sebagai istri dan ibu
ternyata aku tak hanya bisa menimba ilmu, bahkan dengannya aku masih bisa
berbagi. Ya, berbagi kebaikan melalui tulisan.
Bahwa tulisan adalah
salah satu kekuatan kebaikan semakin sering kurasakan saat satu persatu
keajaiban datang. Semisal saat aku mengangkat kisah perjuangan dan kesulitan
sebuah keluarga, begitu besar dan cepat respon pembaca yang diberikan. Bantuan
segera datang dari teman-teman facebook yang bahkan tak kukenal, apalagi
keluarga yang mendapat bantuan. Dan satu
masalahpun terselesaikan. Hal-hal yang bisa jadi jika dilakukan sendirian akan
sulit dilakukan.
Saat semangat menulis
di blog sedang berkobar-kobar, tiba-tiba ada secuil keinginan yang meliuk-liuk
berkelipan. Aku ingin menulis buku. Ya buku. Entah kenapa rasanya sejarah
menulisku ingin kuhiasi dengan menulis di lembaran kertas itu, diterbitkan oleh
penerbit atas namaku.
Bukan, bukan untuk kepentingan
eksistensi atau romantisme seorang
penulis online, melainkan hatiku membenarkan apa yang selalu dihembus-hembuskan
seorang blogger senior yang pada usia sepuhnya produktif sekali menelurkan buku
tanpa berkurang aktivitasnya di dunia blogging dan tentu kegiatannya di dunia
nyata, bahwa tidak semua orang suka membaca di media online, buku masih menjadi
media yang dicintai banyak orang dan kalangan di era serba internet ini. Dan
lebih dari itu, menulis bukupun sama bisa menjadi ladang ibadah kita.
Tapi keinginan itu
selalu terpupus kesibukanku yang lain, ditambah dengan cerita beberapa teman bahwa
menerbitkan buku ternyata tak sesederhana yang dibayangkan. Tak hanya sekedar
menulis naskah, tapi juga harus menawarkannya ke pihak penerbit dan menunggu berbulan-bulan
jawabannya. Jika diterima alhamdulillah, semua proses akan diteruskan oleh penerbit kecuali menyangkut revisi naskah.
Jika tetap ingin menerbitkan buku, masih bisa dengan jalan memprosesnya di penerbit indie, dengan konsekuensi seluruh biaya produksi, cetak dan distribusi kita sendiri yang menanggung begitu juga dengan proses promosi dan penjualan kita sendiri yang harus mengupayakan. Saya mulai bertanya-tanya dalam hati :
Jika tetap ingin menerbitkan buku, masih bisa dengan jalan memprosesnya di penerbit indie, dengan konsekuensi seluruh biaya produksi, cetak dan distribusi kita sendiri yang menanggung begitu juga dengan proses promosi dan penjualan kita sendiri yang harus mengupayakan. Saya mulai bertanya-tanya dalam hati :
”Kamu sanggup Win ?
Kalau kamu memaksakan diri, memangnya tulisanmu begitu pentingnya untuk
orang-orang ? Coba periksa lagi niatmu, cek lagi. Untuk apa kamu menulis buku ?
Kalau ingin berbagi, bukankah kamu sudah melakukannya di blog dan media sosial
lainnya ?”.
Lalu perlahan
keinginan itu mulai tenggelam. Mengingat begitu panjang dan rumitnya jalan,
saya memilih untuk menjalani saja tugas-tugas yang memang harus diprioritaskan.
Betul, ada banyak jalan untuk menebar kebaikan. Apalagi tulisanku masih sering
muncul dalam buku-buku antology dimana kami para bloggers berkolaborasi dalam
satu buku tertentu. Cukup banyak buku antology dimana aku terlibat di dalamnya
dan itu membuatku sangat bersyukur.
Hingga tak sampai
setahun berlalu, saat menerbitkan buku sudah tak ada lagi dalam pikiranku,
tiba-tiba sebuah pesan online menyapaku. Seorang editor dari sebuah perusahaan penerbit
besar menawarkan kerjasama untuk menerbitkan buku bertema kecantikan. Ya, ditawari
untuk menerbitkan buku, aku hanya tinggal menulis sesuai dengan visi dan misiku
tentang kesehatan dan kecantikan alami. Aku juga diberi keleluasaan untuk
menentukan konsep tulisan, lamanya waktu
menulis dan illustrasi yang diinginkan. Masya Allah, sungguh Allah Maha
Mendengar bahkan sederik asa yang hampir luntur.
Selama 3,5 bulan aku
menekuri laptop yang mendadak diberikan suami sebagai tanda supportnya untuk
karya tulisku yang pertama berupa buku dan 4 bulan kemudian buku itu sudah
terdistribusi tanpa halangan berarti ke seluruh toko buku – toko buku besar di
Indonesia.
Tuhan, sesederhana inikah keajaiban kuasaMU ? Segala puji bagiMU. Alhamdulillah.
Tuhan, sesederhana inikah keajaiban kuasaMU ? Segala puji bagiMU. Alhamdulillah.
Usia cantik kata
orang, usia dimana setiap wanita yang telah menapaki panjang dan berat perannya
menemukan mutiara hikmahnya. Ada banyak hal berharga yang kupikir baik menjadi
pegangan, setidaknya untukku dan karenanya selalu juga kuwasiatkan kepada
anak-anakku; yaitu :
- Selalu berbaik sangkalah, kepada siapapun, pada hal apapun. Biasakanlah mengubah perasaan negatif menjadi positif.
- Ikut bahagia jika melihat keberhasilan orang lain dan berempati pada kesulitan orang lain.
- Jangan iri, jangan dengki. Jika melihat kelebihan orang lain, jadikan mereka guru hidupmu. Tiru upaya dan kerja kerasnya sehingga bisa menjadi sebaik itu. Tinggalkan keburukannya.
- Tidak lagi menuntut diberi, mulailah bercita-cita ingin lebih banyak berbagi
- Dan cukuplah Allah sebagai penolong
Winny namaku …
Nama pemberian orang tuaku.
Sosok-sosok yang selalu menjadi orang pertama yang ingin kuberi tahu semua
pencapaianku untuk membahagiakan mereka. Tapi kini Mama tak bermukim lagi di dunia
sedang Papapun terpisah kota. Aku hanya bisa menyematkan nama mereka dalam setiap hal yang aku bisa. Dalam
blog, dalam buku, dalam lukisan, dalam do’a – do’a.
Aku ingin berterima
kasih pada mereka, pada semua orang yang telah banyak menyokong bahkan termasuk kepada mereka dari masa lalu yang pernah menyakitiku karena dari semua itulah aku telah mendapatkan
banyak pembelajaran.
Usia cantik kata
orang.
Di usiaku sekarang aku hanya ingin melintasi sisanya
dengan cinta. Hanya ingin
merayakan usiaku dengan mensyukuri seluruh yang telah kuterima ; ialah kesehatan,
bisa berbagi melalui tulisan di blog, menelurkan
buku solo pertama, dan bisa mengerjakan hobi melukisku sambil masih tetap
diberi kesempatan untuk bisa memandang dan berkumpul bersama keluarga yang amat
kucintai.
![]() |
Sebagian karyaku |
Semoga menjadi nikmat
Ilahi yang berterusan, sampai akhir waktu. Aamiin
Winny namaku … Terima
kasih Tuhan…
selalu kagum sama yg bisa gambar/lukis ... tetap menginspirasi ya mbak ... :-*
ReplyDeleteHuaaa, senang melihat karya mbak Winny di USIA cantik nya. Semoga sehat dan makin sukses ya mbak. Berbahagia selalu bersama keliarga. Hug n kiss
ReplyDeleteSemakin ke sini semakin tenang dan adem aja ya, mbak.
ReplyDeleteHidup sehat dan damai di usia cantik.
Mbaaa...tulisannya kok gak nongol2 yaa? Hanya beberapa foto2 aja?
ReplyDeletekyknya fotonya ada bnayak mbak..hehe
DeleteWuih keren. Doodlingnya manual. Bikin ngiri. Hehe... btw, baru tahu kalo Teh Winny anaknya 4. Samaan kita. Good luck. Tulisan nya cakeeep.
ReplyDeleteSukaaaaaa
ReplyDeleteMbak winny memang jago merangkai kata
Semoga menang ya mbak
tapi memang cantik mbak, tinggal poles sedikit hemm, tapi yg penting hati kita ya selalu heppy
ReplyDeletefyuh aku juga pernah dibully, sekarang aku balas dengan karya :D
ReplyDeletesemangat teh winny, karya-karya mu semakin cantik di usia cantik (*.*)
Rentetan kesabaran yang panjang ya Mbak. Proud of you! Kesan pertama kenal Mbak Winny adalah cantik luar dalam. Setelah sama sama ikut berbagai event, baru tau bhw mbak Winny care banget dengan kulit wajahnya dan ihlas mau berbagi ilmu kecantikan.Haha...Beda banget sama saya. Makanya saya jadi semangat nih! Kalau yg muda saja sudah demikian, apalagi usia saya yang jauh di atas Mbak Winny? :)
ReplyDeleteLupakan masa lalu.
ReplyDeleteHidup di masa kini. Daaaannn. Mbaj ucapkan selamat ya penerbitan bukunya. Menjadi inspirasi. Agar mbak semangat menulis. Salam buat keluarga ya winny yang manis dan berwajah lembut
hmmm sedu dan tersentuh setiap buliran kata, ttp jd Mak adem ya mak syg :*
ReplyDeleteBaca tulisan mba Winny selalu bikin adem perasaan.. keren deh :)
ReplyDeletembaa akuh padamuu...multi talent sekali dirimu.
ReplyDeletemoga di usia cantik ini makin adem maknyes n glowing kinclong yaaa
sukses buat lombanya :)
Winny... Kamu hebatbih, kayak kupu-kupu yang bermetamorfosis begitu indahnya. Cantik rupanya, cantik hatinya, cantik pula karyanya. Hebaaaaat
ReplyDeletekisahnya inspiratif mba... jadi bikin semangat...
ReplyDeletesukses buat llmbanya..
kisahnya inspiratif mba... jadi bikin semangat...
ReplyDeletesukses buat llmbanya..
Teh Winny, baiklah aku mau juga wasiatnya ya, insyaallah akan ku pegang ,
ReplyDeleteSemoga di Usia Cantik ini selalu berbahagia ya
Keren banget tulisan mba winny. Mba winny, semoga sehat terus ya. prestasi dan karya terus berkibar :)
ReplyDeleteAh manisnya, merayakan cinta, aku suka ini. Nulisnya lagi dalam suasana hati yang amazing kayanya, hehehe.
ReplyDeleteSukses lombanya yaa
Wih seru banget ya @.@
ReplyDeletesemoga bahagia selalu ya mbak .... semoga menjadi keluarga yang sakinah
ReplyDelete