Wednesday, November 23, 2016

Merayakan Cinta



Merayakan cinta


Winny namaku … 

Tentu saja nama pemberian orang tuaku. Tak pernah seharipun tak berbahagia dengan nama itu. Bagaimana tidak senang, jika Mamaku dulu bilang nama itu diberikan karena ia merasa nama itu begitu cantik baginya dan lalu disematkannya untukku. 

Tapi, lalu aku merasa tak pantas menyandang nama itu. Ada banyak hal yang pernah singgah dalam hidup masa kecilku yang membuatku merasa semakin “kecil” saja bahkan tak ada. 

Duluu sekali, aku pernah :

  • Dibully; tak perlu kusebutkan rinci, tetapi badan kanak-kanakku pernah menjadi saksi bahwa ia pernah disakiti. Pemahaman dewasaku ingin tak mengingatnya lagi, tapi kadang kejadian-kejadian singkat itu membuat air matakku menetes lagi
  • Pernah merasa dipandang sebelah mata oleh bebrapa teman. Ya mungkin itu hanya sekedar perasaan tak penting, sikap baperan yang tak asyik untuk ditanggapi.  Tapi ditak acuhkan, disisihkan dari pergaulan, dianggap tak ada atau dijauhi hanya karena kecemburuan yang tak beralasan sungguh pernah membuatku merasa tak berarti.
  • Merasa buruk; ya pernah merasa buruk karena semua itu. Pikirku, apa aku tak punya hal bagus untuk sedikit saja dihargai ?

Lalu aku memeluk diriku, tak mau bertahan di sisi lemahku lagi, mulai membaca diri sendiri sambil menghiba pada tempat curhatku paling setia dan rahasia. Buku diary ? bukan, aku memang punya buku diary, buku cantik hadiah Mamaku bersampul biru dan berkunci. Tapi aku terlalu sayang untuk mencoretinya dengan keluh kesahku. 

Ada yang kumiliki untuk bebas menangisi diri. Yang paling mudah kubisiki. Meski tak pernah terucap dalam munajat, tapi aku yakin DIA Maha Memahami desir hatiku paling dalam :

“Tuhan, aku ingin disayangi, aku ingin banyak teman”.

Dan waktupun berlalu, pengalaman hidup bergantian datang, dari yang manis dan indah hingga meletihkan fisik, pikiran dan hati.  sampai tak terasa lensa pemahamanku sedikit demi sedikit berubah. 

Bertemu banyak orang yang berbeda latar belakang keluarga, pendidikan, profesi, karakter, suku, budaya, agama serta pengalaman berorganisasi dengan bermacam-macam komunitas membawaku pada optimisme baru. Apalagi setelah Allah karuniakanku suami dan anak-anak yang baik, terbayang semua yang pernah kuinginkan dahulu, semua telah tercukupi. 

Tapi manusia memang tak pernah puas, meski aktivitasku saat anak-anakku masih kecil lebih banyak di rumah, aku menghibur diri dengan menulis.   Menulis apa saja meski hanya sebait puisi atau sederet opini, di atas kertas, dalam sebuah buku yang menyatu dengan catatan anggaran keuangan keluarga ^_^. 

Aku menulis di sela-sela kesibukanku sebagai ibu rumah tangga dengan tiga anak masih kecil-kecil, tanpa asisten rumah tangga dan sebagai bagian dari komunitas yang selalu penuh dengan kegiatan dan ragam acara. Maka hanya tengah malam atau saat anak-anak tertidur adalah kemesraanku bersama pena dan aksara. 

Saat media sosial mulai marak, sejak itu pula tempat menulisku bersalin rupa dan cara. Tulisankupun tak lagi hanya diriku yang punya. Ia menjadi milik sesiapa yang tersesat di belantara kataku.

Seorang sahabat mengenalkanku pada aktivitas blogging pada saat aku baru saja meninggalkan kota kelahiran tercinta. Meninggalkan Bandung, tempat orang tua kami (aku dan suami) tinggal karena sebuah ujian yang menimpa keluarga bukanlah hal yang mudah, tapi harus kami jalani. Tapi kepindahan itu tanpa kusadari menjadi titik balik hidupku paling berarti karena di kota yang baru; Bogor aku dan keluarga menemukan banyak hal yang lebih baik.

Aktivitas menulisku yang semula hanya sebagai tempat luahan rasa lelah semakin lama semakin menemukan jalannya. Aku bertemu banyak orang, aku bergabung dengan banyak komunitas, menemukan berlimpahan pengalaman dan pembelajaran baru yang karenanya aku mulai berani memilih jalanku. Hal yang tak bisa kulakukan saat masih di Bandung dulu.

Berkembangnya dinamika sosial media pada tahun 2000anpun sedikit demi sedikit mendorongku pada cita-cita baru, bahwa dalam lingkup tugas dan peranku sebagai istri dan ibu ternyata aku tak hanya bisa menimba ilmu, bahkan dengannya aku masih bisa berbagi. Ya, berbagi kebaikan melalui tulisan.

Bahwa tulisan adalah salah satu kekuatan kebaikan semakin sering kurasakan saat satu persatu keajaiban datang. Semisal saat aku mengangkat kisah perjuangan dan kesulitan sebuah keluarga, begitu besar dan cepat respon pembaca yang diberikan. Bantuan segera datang dari teman-teman facebook yang bahkan tak kukenal, apalagi keluarga yang mendapat bantuan.  Dan satu masalahpun terselesaikan. Hal-hal yang bisa jadi jika dilakukan sendirian akan sulit dilakukan. 

Saat semangat menulis di blog sedang berkobar-kobar, tiba-tiba ada secuil keinginan yang meliuk-liuk berkelipan. Aku ingin menulis buku. Ya buku. Entah kenapa rasanya sejarah menulisku ingin kuhiasi dengan menulis di lembaran kertas itu, diterbitkan oleh penerbit atas namaku.

Bukan, bukan untuk kepentingan eksistensi  atau romantisme seorang penulis online, melainkan hatiku membenarkan apa yang selalu dihembus-hembuskan seorang blogger senior yang pada usia sepuhnya produktif sekali menelurkan buku tanpa berkurang aktivitasnya di dunia blogging dan tentu kegiatannya di dunia nyata, bahwa tidak semua orang suka membaca di media online, buku masih menjadi media yang dicintai banyak orang dan kalangan di era serba internet ini. Dan lebih dari itu, menulis bukupun sama bisa menjadi ladang ibadah kita.

Tapi keinginan itu selalu terpupus kesibukanku yang lain, ditambah dengan cerita beberapa teman bahwa menerbitkan buku ternyata tak sesederhana yang dibayangkan. Tak hanya sekedar menulis naskah, tapi juga harus menawarkannya ke pihak penerbit dan menunggu berbulan-bulan jawabannya. Jika diterima alhamdulillah, semua proses akan diteruskan oleh penerbit kecuali menyangkut revisi naskah. 

Jika tetap ingin menerbitkan buku, masih bisa dengan jalan memprosesnya di penerbit indie, dengan konsekuensi seluruh biaya produksi, cetak dan distribusi kita sendiri yang menanggung begitu juga dengan proses promosi dan penjualan kita sendiri yang harus mengupayakan. Saya mulai bertanya-tanya dalam hati :

”Kamu sanggup Win ? Kalau kamu memaksakan diri, memangnya tulisanmu begitu pentingnya untuk orang-orang ? Coba periksa lagi niatmu, cek lagi. Untuk apa kamu menulis buku ? Kalau ingin berbagi, bukankah kamu sudah melakukannya di blog dan media sosial lainnya ?”.

Lalu perlahan keinginan itu mulai tenggelam. Mengingat begitu panjang dan rumitnya jalan, saya memilih untuk menjalani saja tugas-tugas yang memang harus diprioritaskan. Betul, ada banyak jalan untuk menebar kebaikan. Apalagi tulisanku masih sering muncul dalam buku-buku antology dimana kami para bloggers berkolaborasi dalam satu buku tertentu. Cukup banyak buku antology dimana aku terlibat di dalamnya dan itu membuatku sangat bersyukur. 

Hingga tak sampai setahun berlalu, saat menerbitkan buku sudah tak ada lagi dalam pikiranku, tiba-tiba sebuah pesan online menyapaku. Seorang editor dari sebuah perusahaan penerbit besar menawarkan kerjasama untuk menerbitkan buku bertema kecantikan. Ya, ditawari untuk menerbitkan buku, aku hanya tinggal menulis sesuai dengan visi dan misiku tentang kesehatan dan kecantikan alami. Aku juga diberi keleluasaan untuk menentukan konsep tulisan, lamanya  waktu menulis dan illustrasi yang diinginkan. Masya Allah, sungguh Allah Maha Mendengar bahkan sederik asa yang hampir luntur. 

Selama 3,5 bulan aku menekuri laptop yang mendadak diberikan suami sebagai tanda supportnya untuk karya tulisku yang pertama berupa buku dan 4 bulan kemudian buku itu sudah terdistribusi tanpa halangan berarti ke seluruh toko buku – toko buku besar di Indonesia.

Tuhan, sesederhana inikah keajaiban kuasaMU ? Segala puji bagiMU. Alhamdulillah.





Usia cantik kata orang, usia dimana setiap wanita yang telah menapaki panjang dan berat perannya menemukan mutiara hikmahnya. Ada banyak hal berharga yang kupikir baik menjadi pegangan, setidaknya untukku dan karenanya selalu juga kuwasiatkan kepada anak-anakku; yaitu :

  • Selalu berbaik sangkalah, kepada siapapun, pada hal apapun.  Biasakanlah mengubah perasaan negatif menjadi positif.
  • Ikut bahagia jika melihat keberhasilan orang lain dan berempati pada kesulitan orang lain.
  • Jangan iri, jangan dengki. Jika melihat kelebihan orang lain, jadikan mereka guru hidupmu. Tiru upaya dan kerja kerasnya sehingga bisa menjadi sebaik itu. Tinggalkan keburukannya.
  • Tidak lagi menuntut diberi, mulailah bercita-cita ingin lebih banyak berbagi
  •  Dan cukuplah Allah sebagai penolong

Winny namaku … 

Nama pemberian orang tuaku. Sosok-sosok yang selalu menjadi orang pertama yang ingin kuberi tahu semua pencapaianku untuk membahagiakan mereka. Tapi kini Mama tak bermukim lagi di dunia sedang Papapun terpisah kota. Aku hanya bisa menyematkan nama mereka dalam setiap hal yang aku bisa. Dalam blog, dalam buku, dalam lukisan, dalam do’a – do’a. 

Aku ingin berterima kasih pada mereka, pada semua orang yang telah banyak menyokong bahkan termasuk kepada mereka dari masa lalu yang pernah menyakitiku karena dari semua itulah aku telah mendapatkan banyak pembelajaran.

Usia cantik kata orang. 

Di usiaku sekarang aku hanya ingin melintasi sisanya dengan cinta. Hanya ingin merayakan usiaku dengan mensyukuri seluruh yang telah kuterima ; ialah kesehatan,  bisa berbagi melalui tulisan di blog, menelurkan buku solo pertama, dan bisa mengerjakan hobi melukisku sambil masih tetap diberi kesempatan untuk bisa memandang dan berkumpul bersama keluarga yang amat kucintai. 


Sebagian karyaku




Semoga menjadi nikmat Ilahi yang berterusan, sampai akhir waktu. Aamiin

Winny namaku … Terima kasih Tuhan… 







22 comments:

  1. selalu kagum sama yg bisa gambar/lukis ... tetap menginspirasi ya mbak ... :-*

    ReplyDelete
  2. Huaaa, senang melihat karya mbak Winny di USIA cantik nya. Semoga sehat dan makin sukses ya mbak. Berbahagia selalu bersama keliarga. Hug n kiss

    ReplyDelete
  3. Semakin ke sini semakin tenang dan adem aja ya, mbak.
    Hidup sehat dan damai di usia cantik.

    ReplyDelete
  4. Mbaaa...tulisannya kok gak nongol2 yaa? Hanya beberapa foto2 aja?

    ReplyDelete
  5. Wuih keren. Doodlingnya manual. Bikin ngiri. Hehe... btw, baru tahu kalo Teh Winny anaknya 4. Samaan kita. Good luck. Tulisan nya cakeeep.

    ReplyDelete
  6. Sukaaaaaa
    Mbak winny memang jago merangkai kata
    Semoga menang ya mbak

    ReplyDelete
  7. tapi memang cantik mbak, tinggal poles sedikit hemm, tapi yg penting hati kita ya selalu heppy

    ReplyDelete
  8. fyuh aku juga pernah dibully, sekarang aku balas dengan karya :D
    semangat teh winny, karya-karya mu semakin cantik di usia cantik (*.*)

    ReplyDelete
  9. Rentetan kesabaran yang panjang ya Mbak. Proud of you! Kesan pertama kenal Mbak Winny adalah cantik luar dalam. Setelah sama sama ikut berbagai event, baru tau bhw mbak Winny care banget dengan kulit wajahnya dan ihlas mau berbagi ilmu kecantikan.Haha...Beda banget sama saya. Makanya saya jadi semangat nih! Kalau yg muda saja sudah demikian, apalagi usia saya yang jauh di atas Mbak Winny? :)

    ReplyDelete
  10. Lupakan masa lalu.
    Hidup di masa kini. Daaaannn. Mbaj ucapkan selamat ya penerbitan bukunya. Menjadi inspirasi. Agar mbak semangat menulis. Salam buat keluarga ya winny yang manis dan berwajah lembut

    ReplyDelete
  11. hmmm sedu dan tersentuh setiap buliran kata, ttp jd Mak adem ya mak syg :*

    ReplyDelete
  12. Baca tulisan mba Winny selalu bikin adem perasaan.. keren deh :)

    ReplyDelete
  13. mbaa akuh padamuu...multi talent sekali dirimu.
    moga di usia cantik ini makin adem maknyes n glowing kinclong yaaa
    sukses buat lombanya :)

    ReplyDelete
  14. Winny... Kamu hebatbih, kayak kupu-kupu yang bermetamorfosis begitu indahnya. Cantik rupanya, cantik hatinya, cantik pula karyanya. Hebaaaaat

    ReplyDelete
  15. kisahnya inspiratif mba... jadi bikin semangat...

    sukses buat llmbanya..

    ReplyDelete
  16. kisahnya inspiratif mba... jadi bikin semangat...

    sukses buat llmbanya..

    ReplyDelete
  17. Teh Winny, baiklah aku mau juga wasiatnya ya, insyaallah akan ku pegang ,
    Semoga di Usia Cantik ini selalu berbahagia ya

    ReplyDelete
  18. Keren banget tulisan mba winny. Mba winny, semoga sehat terus ya. prestasi dan karya terus berkibar :)

    ReplyDelete
  19. Ah manisnya, merayakan cinta, aku suka ini. Nulisnya lagi dalam suasana hati yang amazing kayanya, hehehe.
    Sukses lombanya yaa

    ReplyDelete
  20. semoga bahagia selalu ya mbak .... semoga menjadi keluarga yang sakinah

    ReplyDelete

Terima kasih sudah singgah di Goresanku ya ^_^