Sejak Mama berpulang 5 tahun yang lalu, aku, adik-adikku, segenap keluarga hampir tak pernah lagi melihat senyuman Papa.
Senyuman itu pergi seiring kepergian Mama dan setiap bertemu aku tak tahu kapan ia akan kembali.
Ya, kepergian Mama telah membuat Papa sangat terpukul. Papa yang walaupun memang pribadi yang tenang namun bisa tertawa terbahak-bahak pabila Mama ada di dekatnya. Papa yang walau seorang yang pendiam tapi bisa bercanda dan melucu di hadapan kami jika Mama besertanya.
Tapi itu dulu bertahun-tahun yang lalu, sampai Mama jatuh sakit dan akhirnya pergi.
![]() |
Wajah lelah Papa saat istirahat di penginapan pesantren cucunya Fahri |
Segala cara tak bisa mengembalikan kebahagiaan Papa rupanya. Saat liburan keluarga, saat cucu-cucu menginap dan bermain di rumahnya, saat kerabat dekat atau jauh mengunjunginya, saat anak-anak membelikan sesuatu untuknya, saat menantu-menantu mengajaknya bersenda.
Papa tetap bergeming, lebih senang diam di dalam kamarnya. Tidak ada lagi gadget tempat beliau browsing atau berkomunikasi dipegangnya. Papa hanya shalat, mengaji, dan membaca saja, atau sesekali ke luar kamar untuk makan, membaca koran dan memeriksa keadaan rumah sebentar lalu kembali ke kamar.
Sudah tak ada keinginan pergi kemana-mana, kalaupun pergi ke suatu tempat selalu tak hendak berlama-lama. Kami anak menantu dan cucu yang semula mengajak Papa untuk melupakan kesedihannya dengan mengunjungi saudara-saudara Papa, atau ke tempat-tempat wisata jadi iba sendiri, pikiran dan hati Papa rupanya ada di tempat lain, walaupun sudah tak pernah protes lagi sebagaimana beliau dulu selalu cepat-cepat mengajak Mama pulang jika berkunjung ke manapun.
Ya Papa memang orang rumahan, apalagi setelah pensiun. Lebih suka mengerjakan apa saja di rumah dibanding jalan-jalan ke luar. Lebih senang membaca, menulis atau memperbaiki barang yang rusak di rumah.
Tapi setelah Mama tiada sifat tak betahan Papa di tempat orang semakin nyata. Namun kini tanpa suara. Terserah anak mau pulang jam berapa. Tapi ini yang membuat aku semakin berduka. Aku lebih suka diburu-buru Papa asal memang itu kemauannya. Aku lebih suka dicerewetin Papa asal memang itu keinginannya. Aku cuma ingin melihat Papa menunjukkan keinginannya, kesukaannya, kesenangannya, kebahagiannya.
Kasihan Papa. Betapa sesunyi itu hati yang ditinggal kekasih. Sekeras apapun kami putri-putrinya menghiburnya tak pernah bisa mengganti rasanya jika Mama ada dalam pandangan matanya.
Tapi aku percaya waktu akan menyembuhkan segala luka.
Ini tahun ke lima sejak kepergian Mama, dan aku senang mulai melihat sesungging senyum Papa dalam beberapa kesempatan terutama saat berkumpul keluarga.
![]() |
Papa berbincang dengan adik bungsunya dan keponakannya yang tinggal di desa. |
![]() |
Paman saya senang guyon, dan lihat reaksi Papa ^_^ |
Ini tahun kelima sejak kepergian Mama, dan Papa bersedia memenuhi permintaan kami putri-putrinya untuk berfoto di studio bersama.
Ini tahun kelima aku merasa benar-benar bahagia melihat senyuman itu lagi di bibirnya.
Ya, aku bahagia melihat senyuman Papa.
Winny sayang Papa.
![]() |
Three angels of my Papa |
![]() |
Bersama anak menantu dan cucu |
![]() |
Senang saat sadar aku duduk sedekat ini dengan Papa saat berfoto bersama. Ssttt Papa senyuum kan ? ^_^ |
![]() |
True love, till the end of time |
Senang nya bisa kumpul bersama keluarga ya mbak, semoga bisa ketemu di lebaran yg akan dtg ya mbak :)
ReplyDelete