Friday, October 16, 2015

Hijabku, Nyaman di Hati



Hijabku nyaman di hati - Berjilbab, aku memulainya sejak duduk di kelas 3 SMA. Kalau ingat prosesnya, ada sedih ada senang. Sedihnya, dulu berjilbab nggak semudah remaja-remaja sekarang, ada tantangan dari orang-orang di sekitar bahkan dari orang tua, keluarga besar dan guru sendiri. Senangnya, ternyata tantangan-tantangan itu bisa dilalui dengan baik, tanpa drama yang terlalu melesat ataupun menukik. Kuncinya harus sabar. Ya apalagi, untuk menjalani sesuatu yang baik kita memang perlukan kesabaran bukan.

Dulu, anak gadis berjilbab itu dicuriga, jangan-jangan kepalanya botak, jangan-jangan stress, jangan-jangan ikut-ikut pengajian radikal. Dulu anak gadis berjilbab juga harus siap dikucilkan, dipandang aneh, digunjingkan teman bahkan bisa sampai disuruh pindah sekolah. Jadi, kalau bukan anak pesantren, perempuan yang dalam kesehariannya pake jilbab itu dianggap salah kostum hehe.



Tapi, sekian lama mendapat perlakuan orang yang beberapa kurang berkenan di hati, itu membuat paradigmaku bertransformasi, bukan cuma tentang berjilbab yang notabene merupakan bagian dari bersyari’at saja tapi juga sudut pandangku tentang beragama, tentang berakhlaq pada sesama.

Sejenak masa pernah kaku memandang orang lain yang belum berjilbab adalah orang-orang yang belum mendapat hidayah. Bangga dengan kesanggupan diri melaksanakan perintah berhijab. Lama-lama malu hati, siapa aku lancang menilai hati orang lain, mengaku-aku amal shalih sebagai hebatku padahal tiada daya dan upayaku bisa berlaku jika tanpa perkenan Allah ya *istighfar.

Bukan hak kita memandang rendah muslimah  lain dengan hijabnya yang berbeda style dengan kita atau bahkan mereka yang belum berhijab,  teringat pengalaman diri sendiri yang dulu ogah berjilbab hanya karena merasa dikondisikan oleh kakak kelas yang sudah berjilbab lebih dahulu. Ya mungkin itu kejelekanku juga yang kurang suka kalau orang terkesan memaksaku untuk melakukan sesuatu meskipun sesuatu itu baik. Aku nggak suka berbuat apalagi selevel berjilbab yang bernilai ibadah karena desakan seseorang.

Berbeda saat aku menemukannya sendiri, menemukan pengetahuan lewat sebuah buku yang khusus membahas tentang jilbab dan lalu hatiku tersentuh, bahkan tentangan dari keluargapun aku mau hadapi. Mungkin itu yang disebut hidayah. Mungkin. Yang kurasakan, saat memutuskan sesuatu sesuai kata hati meskipun beresiko, tapi hati terasa damai.


Memakna Hijab


Di awal masa berjilbab, aku ke sekolah meski memakai kerudung tapi rokku masih sebatas lutut karena tak diizinkan membeli rok panjang. Akhirnya terpaksa untuk menutupi kaki aku memakai kaus kaki berukuran panjang yang kubeli dari uang tabunganku. That’s my school outfit few years ago. Tapi di luar waktu sekolah, aku lebih bebas memilih model baju yang sesuai.

Sebagai newbie di bidang perhijaban (halah), aku cenderung nyontek model berjilbab orang. Masalahnya waktu itu model jilbab nggak seperti sekarang yang sangat beragam dari jenis kain sampai modelnya. Jadinya, hasil contekanku ya cuma segitu-gitunya, model baju gamis atau rok panjang dan kemeja serta kerudung segi tiga menutup hingga ke dada. Fashion style yang bertahan terus hingga aku kelar kuliah hingga menikah.

Setelah menikah dan sibuk dengan buah hati, aku mulai mencari style kerudung yang nyaman di kepala dan nyaman di hati. Kerudung bergo model terusan atau jilbab yang mirip mukena tapi berukuran lebih pendek adalah pilihanku karena alasan kepraktisan. Cukup lama juga aku memakai model kerudung macam ini sampai lama-lama bisnis hijab booming dan model-model kerudung bertebaran, terutama di era moncernya dunia online baik blog maupun media sosial. Aku jadi punya referensi aneka model hijab yang beragam. Walaupun, ujung-ujungnya tetap kembali pada prinsip, bahwa nggak semua style cocok buat diri kita ya. Tetap, akhirnya aku pantes-pantesin sendiri kerudungku jauh dari tutorial-tutorial berhijab yang aku lihat, yang dipikir-pikir ini sih apa bedanya sama style dulu awal aku pake jilbab, yaitu si kerudung segi tiga, xixixi.

Yup, yang penting buatku berjilbab bukan sekedar mode, buatku berjilbab adalah tanggung jawab. Saat aku memilihnya sebagai pakaian keseharianku bertahun-tahun lalu maka seketika itu juga aku memikul tanggung jawab. Tanggung jawab untuk terus berupaya menjadi pribadi yang baik, karena mau nggak mau pasti ada juga orang yang akan menilai keberadaanku melalui pakaian yang kukenakan walaupun menjadi orang yang baik jangan juga karena untuk dinilai orang. Merugi sekali menurutku kalau sudah pamrih pujian ataupun takut celaan orang yang sama lemah dan fananya dengan kita ya. 

Terakhir, aku memakai hijabku sesuka hati selama (menurutku) tak berlebihan dan sebisanya sesuai aturan.  

So, ini hijabku, nyaman di kepala, nyaman pula di hati. 

Model jilbab ternyamanku tetep yang bentuk segi tiga ini



























15 comments:

  1. waaa dari dulu udah make ya mba...aku juga sebenarnya tapi bongkar pasang :v
    kerdus kalo kata orang bilang xD
    semoga skrg bener2 nyaman akunya seperti mbak :*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa, udah make dari jaman SMA, tapi sampe sekarang ya tetep masih belajar. Belum sempurna nih hijabnya. Saling do'a ya Chaa ...

      Delete
  2. aku pdhl besar dan sekolah di aceh dulu... di sana wajib pake jilbab dr smp.. tp ttp aja, di luar sekolah aku diem2 buka :D.. dpn ortu sih make ;p.. ampe skr, ortu mikirnya aku pake jilbab, pdhl cm di tempat kerja aja.. di luar itu ttp blm bisa... huhhft... emg susah bgt mba.. prlu hidayah yg lbh kuat kyknya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya gapapa mb Fanny yang penting jangan berhenti belajar ya. Kita biasanya enggan melakukan sesuatu karena nggak tahu nilainya, nggak tahu bahwa betapa sesuatu itu sangat berharga

      Delete
  3. Aku paling suka pake jilbab instan, praktis, apalagi punya anak kecil giniih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kalo punya anak kecil pengennya yang praktis-praktis ya

      Delete
    2. Iya kalo punya anak kecil pengennya yang praktis-praktis ya

      Delete
  4. Berjilbab lebih cantik,aman, dan sesuai ajaran agama.
    Salam hangat dari Jombang

    ReplyDelete
  5. Aku juga pernah pakai jilbab ngikutin tutorial, eh bukannya rapi malah ribet sendiri.. hahaha..

    ReplyDelete
  6. Zaman aku SMA ada satu temenku yg jilbaban trus sering kena bully. Pas kuliah, malah yg ga pake jilbab yg kena bully. Duuhh banget! xD


    Sukses kontesnya ya mbak :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak asyik banget ya bully-bullyan, padahal orang ga jadi berubah *sikap hatinya karena bully malah makin menjauh.
      Makasih do'anya mb Intan

      Delete
  7. Aku paling suka paris segiempat biasa mbak ga pake ribet lah pokoknya. Yg penting nyaman n menutupi dada walaupun blm sempurna bgt si hehhehe...tp terus belajar insyaallah

    ReplyDelete
  8. MBa Winny sudah cakep, hijabnya nyaman jadi enak dipakai ya. Mba

    ReplyDelete

Terima kasih sudah singgah di Goresanku ya ^_^