Hijabku nyaman di hati - Berjilbab,
aku memulainya sejak duduk di kelas 3 SMA. Kalau ingat prosesnya, ada sedih ada
senang. Sedihnya, dulu berjilbab nggak semudah remaja-remaja sekarang, ada
tantangan dari orang-orang di sekitar bahkan dari orang tua, keluarga besar dan
guru sendiri. Senangnya, ternyata tantangan-tantangan itu bisa dilalui dengan
baik, tanpa drama yang terlalu melesat ataupun menukik. Kuncinya harus sabar.
Ya apalagi, untuk menjalani sesuatu yang baik kita memang perlukan kesabaran
bukan.
Dulu, anak
gadis berjilbab itu dicuriga, jangan-jangan kepalanya botak, jangan-jangan stress, jangan-jangan ikut-ikut pengajian radikal. Dulu
anak gadis berjilbab juga harus siap dikucilkan, dipandang aneh, digunjingkan
teman bahkan bisa sampai disuruh pindah sekolah. Jadi, kalau bukan anak
pesantren, perempuan yang dalam kesehariannya pake jilbab itu dianggap salah
kostum hehe.
Tapi, sekian lama mendapat perlakuan orang yang beberapa kurang berkenan di hati, itu membuat paradigmaku bertransformasi, bukan cuma tentang berjilbab yang notabene merupakan bagian dari bersyari’at saja tapi juga sudut pandangku tentang beragama, tentang berakhlaq pada sesama.
Sejenak masa pernah kaku memandang orang lain yang belum berjilbab adalah orang-orang yang belum mendapat hidayah. Bangga dengan kesanggupan diri melaksanakan perintah berhijab. Lama-lama malu hati, siapa aku lancang menilai hati orang lain, mengaku-aku amal shalih sebagai hebatku padahal tiada daya dan upayaku bisa berlaku jika tanpa perkenan Allah ya *istighfar.
Bukan hak kita memandang rendah muslimah lain dengan hijabnya yang berbeda style dengan kita atau bahkan mereka yang belum berhijab, teringat pengalaman diri sendiri yang dulu ogah berjilbab hanya karena merasa dikondisikan oleh kakak kelas yang sudah berjilbab lebih dahulu. Ya mungkin itu kejelekanku juga yang kurang suka kalau orang terkesan memaksaku untuk melakukan sesuatu meskipun sesuatu itu baik. Aku nggak suka berbuat apalagi selevel berjilbab yang bernilai ibadah karena desakan seseorang.
Berbeda saat aku menemukannya sendiri, menemukan pengetahuan lewat sebuah buku yang khusus membahas tentang jilbab dan lalu hatiku tersentuh, bahkan tentangan dari keluargapun aku mau hadapi. Mungkin itu yang disebut hidayah. Mungkin. Yang kurasakan, saat memutuskan sesuatu sesuai kata hati meskipun beresiko, tapi hati terasa damai.
Memakna Hijab
Di awal masa berjilbab, aku ke sekolah meski memakai kerudung tapi rokku masih sebatas lutut karena tak diizinkan membeli rok panjang. Akhirnya terpaksa untuk menutupi kaki aku memakai kaus kaki berukuran panjang yang kubeli dari uang tabunganku. That’s my school outfit few years ago. Tapi di luar waktu sekolah, aku lebih bebas memilih model baju yang sesuai.
Sebagai newbie di bidang perhijaban (halah), aku cenderung nyontek model berjilbab orang. Masalahnya waktu itu model jilbab nggak seperti sekarang yang sangat beragam dari jenis kain sampai modelnya. Jadinya, hasil contekanku ya cuma segitu-gitunya, model baju gamis atau rok panjang dan kemeja serta kerudung segi tiga menutup hingga ke dada. Fashion style yang bertahan terus hingga aku kelar kuliah hingga menikah.
Setelah menikah dan sibuk dengan buah hati, aku mulai mencari style kerudung yang nyaman di kepala dan nyaman di hati. Kerudung bergo model terusan atau jilbab yang mirip mukena tapi berukuran lebih pendek adalah pilihanku karena alasan kepraktisan. Cukup lama juga aku memakai model kerudung macam ini sampai lama-lama bisnis hijab booming dan model-model kerudung bertebaran, terutama di era moncernya dunia online baik blog maupun media sosial. Aku jadi punya referensi aneka model hijab yang beragam. Walaupun, ujung-ujungnya tetap kembali pada prinsip, bahwa nggak semua style cocok buat diri kita ya. Tetap, akhirnya aku pantes-pantesin sendiri kerudungku jauh dari tutorial-tutorial berhijab yang aku lihat, yang dipikir-pikir ini sih apa bedanya sama style dulu awal aku pake jilbab, yaitu si kerudung segi tiga, xixixi.
Yup, yang penting buatku berjilbab bukan sekedar mode, buatku berjilbab adalah tanggung jawab. Saat aku memilihnya sebagai pakaian keseharianku bertahun-tahun lalu maka seketika itu juga aku memikul tanggung jawab. Tanggung jawab untuk terus berupaya menjadi pribadi yang baik, karena mau nggak mau pasti ada juga orang yang akan menilai keberadaanku melalui pakaian yang kukenakan walaupun menjadi orang yang baik jangan juga karena untuk dinilai orang. Merugi sekali menurutku kalau sudah pamrih pujian ataupun takut celaan orang yang sama lemah dan fananya dengan kita ya.
Terakhir, aku memakai hijabku sesuka hati selama (menurutku) tak berlebihan dan sebisanya sesuai aturan.
So, ini hijabku, nyaman di kepala, nyaman pula di hati.
![]() |
Model jilbab ternyamanku tetep yang bentuk segi tiga ini |
waaa dari dulu udah make ya mba...aku juga sebenarnya tapi bongkar pasang :v
ReplyDeletekerdus kalo kata orang bilang xD
semoga skrg bener2 nyaman akunya seperti mbak :*
Iyaa, udah make dari jaman SMA, tapi sampe sekarang ya tetep masih belajar. Belum sempurna nih hijabnya. Saling do'a ya Chaa ...
Deleteaku pdhl besar dan sekolah di aceh dulu... di sana wajib pake jilbab dr smp.. tp ttp aja, di luar sekolah aku diem2 buka :D.. dpn ortu sih make ;p.. ampe skr, ortu mikirnya aku pake jilbab, pdhl cm di tempat kerja aja.. di luar itu ttp blm bisa... huhhft... emg susah bgt mba.. prlu hidayah yg lbh kuat kyknya...
ReplyDeleteIya gapapa mb Fanny yang penting jangan berhenti belajar ya. Kita biasanya enggan melakukan sesuatu karena nggak tahu nilainya, nggak tahu bahwa betapa sesuatu itu sangat berharga
DeleteAku paling suka pake jilbab instan, praktis, apalagi punya anak kecil giniih
ReplyDeleteIya kalo punya anak kecil pengennya yang praktis-praktis ya
DeleteIya kalo punya anak kecil pengennya yang praktis-praktis ya
DeleteBerjilbab lebih cantik,aman, dan sesuai ajaran agama.
ReplyDeleteSalam hangat dari Jombang
Salam hangat jg dari Bogor pakdhe
DeleteAku juga pernah pakai jilbab ngikutin tutorial, eh bukannya rapi malah ribet sendiri.. hahaha..
ReplyDeleteAhaha samaaa mbak Woro
DeleteZaman aku SMA ada satu temenku yg jilbaban trus sering kena bully. Pas kuliah, malah yg ga pake jilbab yg kena bully. Duuhh banget! xD
ReplyDeleteSukses kontesnya ya mbak :))
Gak asyik banget ya bully-bullyan, padahal orang ga jadi berubah *sikap hatinya karena bully malah makin menjauh.
DeleteMakasih do'anya mb Intan
Aku paling suka paris segiempat biasa mbak ga pake ribet lah pokoknya. Yg penting nyaman n menutupi dada walaupun blm sempurna bgt si hehhehe...tp terus belajar insyaallah
ReplyDeleteMBa Winny sudah cakep, hijabnya nyaman jadi enak dipakai ya. Mba
ReplyDelete