Keuntungan Punya ART Part Time

Keuntungan punya ART part time - Sejak menikah dan berbuah hati, terutama setelah pindah rumah ke Bogor, boleh dikata saya nggak pernah sengaja mencari asisten rumah tangga (ART). Hampir semua yang pernah bekerja di rumah, datang mengajukan diri untuk membantu. Entah mungkin karena populasi wanita yang berprofesi ART di sini banyak ya, sehingga rumah mana aja yang memerlukannya hampir pasti mendapatkannya.

Sistem kerja ART di lingkungan perumahan saya beragam, ada yang menginap ada yang bekerja harian (istilah kami di sini untuk ART seperti ini adalah “pulang hari”). Kebanyakan di antara mereka adalah ART yang bekerja dengan tipe ke dua, ialah pulang hari, karena tempat tinggal mereka berdekatan dengan rumah-rumah tempat mereka bekerja.

Jujur, saya tipe orang yang kurang nyaman dengan jenis ART yang menginap. Dulu saat baru menikah alasannya karena rumah kami kecil, rasanya nggak punya privacy sama sekali kalau ART sampai menginap. Setelah pindah rumah beberapa kali, kebiasaan itu terbawa. Saya tetap lebih nyaman dengan ART “pulang hari”, terutama karena saya full housewife, bukan wanita yang berkarir di luar rumah, meskipun ada ART tugas memasak dan mengasuh anak tetap saya yang handle, jadi untuk apa ART yang full time kan ?

Buat saya, keuntungan punya ART part time begini, saya jadi masih punya me time di rumah sendiri, tanpa jengah merasa ada yang mengawasi. Masih bisa berkreasi mengerjakan hobi atau ke luar rumah sesekali tapi rumah tetap bersih dan rapi.

Selama punya ART seperti ini, alhamdulillah terasa sekali nikmatnya punya waktu luang untuk menulis, untuk mengurus tanaman, untuk mengajak main anak-anak dsb. Tapi di sisi lain, kadang muncul perasaan bersalah, misalnya jika ada hal-hal di dalam rumah yang jadi masalah justru karena kehadiran ART itu. 

Seperti kebiasaan salah satu ART saya yang pelupa, yang kalau ditanya di mana ia menyimpan sesuatu yang kami anggota keluarga mencarinya lalu dia bilang “lupa” padahal dia yang membenahinya, atau menyimpan baju seragam secara acak, atasannya di mana bawahannya di mana, jadilah setiap pagi anak-anak ribut cari pasangan bajunya, atau hasil setrikanya yang kurang rapi terutama pada baju model kemaja jadinya saya harus setrika ulang kemeja suami deh karena garis setrikaan Bibi yang “aneh”  -hehe.

Tapi bagaimanapun saya berterima kasih, saya banyak sekali terbantu dengan keberadaan mereka selama ini. Hanya saja, sekarang nampaknya saya harus kembali pada ritme yang padat setelah ART saya yang sekarang (Bibi) mundur karena ada masalah dengan tetangga saya.

Jadi ceritanya,  ART saya terakhir ini bekerja di dua rumah, pagi sampai siang di rumah saya, siang sampai sorenya di rumah tetangga saya itu. Karena sesuatu hal, sesuatu hal yang membuat tetangga saya gusar pada Bibi, sedang Bibi juga sepertinya tak bisa mengatasinya, akhirnya dia memutuskan berhenti bekerja dari rumah tetangga saya itu. Masalahnya, berhubung rumah saya dan tetangga ini berdekatan, jadinya Bibi pun nggak berani lagi datang ke rumahku, padahal secara pribadi saya dan Bibi tak ada masalah.

Saya nggak ceritakan persoalannya dengan tetanggaku itu apa ya, yang terpenting sekarang saya harus mengerjakan semuanya sendiri lagi. Dan sudah tiga hari ini saya mulai beraktivitas dengan tambahan pekerjaan yang biasanya dikerjakan Bibi. Aduhai, rasanya ya ternyata hehehe.  Saya baru benar-benar bisa menulis postingan inipun saat tengah malam.

Etapi, serius lho, biarpun capek tapi ngerasain lagi kerja tanpa ART itu nikmaaat sekali. Ya gapapa kalau ini dianggap menghibur diri, memang koq hihi. Tapi betulan badan jadi rasa enteng, seliweran ke sana ke mari kayak angkot di Bogor itu bikin badan jadi berkeringat, bikin ngos-ngosan yang berasa abis nge-gym, ini jadi semacam penebus buatku yang malas olah raga.

Tadi yang dibilang nikmat syekali itu apalagi pas liat semua akhirnya kelar, lihat rumah rapi, lantai berkilapan, jemuran melambai-lambai ditiup angin, tanaman segar habis disiram, peralatan makan dan masak berjajar rapi dan bersih di rak dapur, kamar-kamar rapi yang ranjangnya rasa ngedip-ngedip ngajakin bobo’.

Oh, tapi saya kan belum masak ? Nah, untungnya setiap habis mengantar anak-anak sekolah saya selalu mampir ke warung sayuran, jadi bahan-bahan masakan sih sudah ada, tinggal nunggu eksekusinya aja. Selesai urusan cuci mencuci, setrika menyetrika saya uyel-uyelan di dapur sama daging ayam dan wortel, iris bawang, rajang seledri dll, terus siapin 3 kotak makanan anak-anak dan mengisinya dengan nasi plus ikan dan sayurnya. Udah gitu langsung mengantarnya ke sekolah (waktu ada Bibi, yang mengantar makan sian anak-anak ya Bibi lah).

Fhieww .... habis nganter maksi anak-anak ke sekolah baru terasa capeknya, kalau udah begini saya rereshing sejenak. Nengok blog atau mampir di file word saya yang selalu stand by di atas meja. Kalau sempat dan sedang ada ide saya mengetik sebentar sampai waktu jemput Rahma tiba (jam 14.00).

Intinya, sesudah nggak ada ART manajemen waktu harus diubah lagi dan sebisanya disiplin deh kalau nggak mau besoknya keteteran. Jika saat ada Bibi saya punya 2 waktu saat pagi sekitar jam 9an dan malam hari untuk menulis, sekarang saya hanya punya waktu malam hari saja, karena saat pagi sampai malam sehabis isya’ waktu saya habis untuk mengurus keluarga.

Kebayangnya gimanaa gitu ya, riweuh banget, padahal sih nggak segitunya juga, Cuma memang kalau dipake buat nulis yang full konsentrasi saya belum bisa, karena pasti terpotong urusan ini itu. Makanya amannya menulis malam hari aja, pokoknya asal yang bungsu udah tidur saya merdeka deh buat menulis.

Pas lagi asyik-asyiknya menikmati masa jomblo tanpa ART, dateng deh beberapa tawaran kandidat asisten baru dari tetangga yang berhasil bikin saya galau lagi. Tuuh kan bener, hilang satu tumbuh tiga. Belum seminggu kehilangan mantan Bibi udah ada aja yang mau ngisi kekosongan posisinya. Padahal saya udah sok idealis memotivasi diri sendiri untuk tabah tanpa ART. 

Sambil menimbang-nimbang untuk menerima atau tidak kembali punya asisten, ini list saya tentang keuntungan punya ART part time :

1. Jam kerja setengah hari ART part time membuat kita jadi punya privacy lebih di setengah hari dan sepenuh malam sesudahnya, 
2. Adanya ART meski part time membuat saya masih punya waktu untuk bersama anak-anak dengan lebih fokus, nggak disambi-sambi dengan pekerjaan lain.
3. Adanya ART meski part time membuat saya masih punya kesempatan untuk mengerjakan hobi saya menulis, berkebun, atau sekedar menjahit baju anak yang bermasalah. .
4. Biaya gaji dan akomodasi ART part time lebih ringan daripada ART yang full time (penting, hehe).
5. Saat sedang  mudik, rumah jadi ada yang merawat dan jika tiba waktunya pulang rumah dalam keadaan bersih dan nyaman. 
6. Tempat lain berbagi. Adanya ART part time ibarat punya saudara baru buat kita ingat untuk menyisihkan sebagian rejeki juga untuk kebutuhan hidupnya dan keluarganya.
7. Tempat belajar ikhlas, karena keberadaan orang lain di rumah kita dengan segala kelebihan dan kekurangannya terutama kekurangnnya buat kita jadi punya kesempatan belajar sabar dan menerima.

Nah, tujuh hal di atas mungkin bisa juga jadi bahan pertimbangan teman-teman untuk punya ART "pulang hari" seperti saya. Oya, malah ada satu lagi keuntungan pernah punya ART part time, kayak gini nih, bahkan saat dia udah berhenti kerja di rumah aja, saya jadi punya bahan ngeblog lagi deh, asyik kan ^_^ 

So, terima ART part time lagi ? siapa takut ...

Credit