Thursday, September 3, 2015

Hati-Hati dengan Cara Pengolahan Makanan Cepat Saji

Hati-hati dengan cara pengolahan makanan siap saji - Seperti pikiran dan kegiatan para ibu biasanya, setiap pagi sudah duduk manis di benak, rencana akan masak apa untuk keluarga hari ini. Dan pagi tadi, saya sendiri setelah mengantar anak-anak ke sekolah langung mengarahkan kendaraan untuk berbelanja bahan masakan ke warung langganan. Selain memasak, ada makanan yang sudah dipesan Rahma bungsu saya malam sebelumnya untuk membuatkannya spagheti kesukaannya untuk makan siangnya di sekolah. Oya, karena anak-anak sekolah di full day school dimana jam belajar di sekolahnya baru usai sore hari, saya harus menyiapkan dan mengantar makan siang mereka setiap hari.

Karena keinginan Rahma lain dari kakak-kakaknya dan hanya satu porsi kecil, maka khusus untuk spaghety pesanannya saya berencana membelinya saja di sebuah food store ala franchise yang menjual ayam goreng crispy, burger dan spaghetty cepat saji yang sudah cukup dikenal dan selalu ramai pembeli setiap harinya di pinggir jalan raya tak jauh dari tempat saya tinggal. Yang saya tahu, brand mereka sudah cukup banyak cabangnya di kota Bogor yang menurut saya karena memang rasa ayam goreng crispynya cukup enak tak jauh dari rasa ayam goreng crispy brand-brand besar dan terkenal lainnya yang sudah lebih dulu eksis.

Selesai memasak sekitar jam 9.30 pagi saya segera ke food store itu untuk membeli spaghetty, kebetulan masih pagi saat itu hanya saya dan seorang bapak yang di belakang saya yang antri di depan customer service sekaligus kasirnya.

Saya memesan dua porsi spaghetty karena ini untuk pertama kalinya saya membeli spaghetty di tempat ini, khawatir tidak cukup untuk makan siang Rahma yang senang saling berbagi maksi dengan teman-temannya. Setelah membayar harganya, saya diminta menunggu selama 8 menit oleh CS/kasirnya karena spaghetty akan dimasak dulu dan sayapun menyanggupinya sambil tetap berdiri di depan kasir.

Karena tempatnya tak terlalu besar, sekitar 2 x 4 meter di mana antara letak kasir, ettalase display tempat ayam goreng crispy disajikan dan dapur saling berdekatan, maka saya bisa melihat pegawai-pegawainya bekerja menyediakan pesanan konsumen.

Awalnya saya melihat tak ada yang aneh, saya hanya sedikit gimana gitu karena sang “koki” koq terlihat santai mengerjakan pesanan saya padahal saya masih harus pulang ke rumah dan menyiapkan serta mengantar maksi ke sekolah anak-anak. Si mbak sempat memindah-mindahkan lagu di Hpnya yang tersambung ke sound system di sebelahnya. Lalu dia mengambil dua genggam spaghetty beku terbungkus plastik dan dua buah saus spaghetty yang terbungkus plastik juga dari dalam lemari pendingin. Lalu dengan santainya  membawanya ke arah kompor yang di atasnya tampak sudah diletakkan panci berisi air.

Tiba-tiba saya merasa aneh saat melihat mbak itu mulai memasukkan dua spaghetty beku dan dua bungkus sausnya ke dalam air yang mungkin sudah mulai panas LENGKAP DENGAN PLASTIK-PLASTIKNYA. 

Saya segera berkata dalam nada tanya, :

”Mbak, itu plastik spaghetti sama sausnya nggak dibuka dulu ?”.

Dan nggak mengerti dengan jawaban si mbak yang berkata :

“Iya Bu, tapi kan nanti plastiknya diganti“

Saya lalu menjawab lagi :

“Nggak mbak, itu masaknya jangan sampai plastiknya masuk ke rebusan air panas. Bahaya lho mbak”.

“Nanti juga plastiknya dibuka bu, diganti” si mbak masih ngeyel.

“Iya mbak, tapi tolong jangan masak spaghetty sama plastik-plastiknya ya. Maaf mbak itu bisa bikin kanker lho”

Saya kurang tahu apakah jawaban saya itu tepat, tapi minimal saya mencoba menjelaskan bahaya memasukkan bahan plastik atau memasak makanan di dalam plastik apalagi plastik tipis biasa yang sama sekali tidak foodgrade dan agar mereka juga mengerti kenapa saya minta plastiknya dibuka dulu.

Tapi, alih-alih membuka plastiknya, si mbak malah terus mempertahankan alasannya memasukkan spaghetty dan sausnya bersama plastiknya.

“Kalau plastiknya dibuka nanti sausnya ke mana-mana dong”.

Jujur, saya gagal paham dengan jawaban itu, tentu saja saus akan “ke mana-mana” kalau plastiknya dibuka dan di masak di air rebusan itu tapi maksud saya kan bukan itu. Tapi juga saya tak ingin berdebat, maka berusaha tetap sopan (bagaimanapun mereka hanya pelaksana, menurut pendapat saya kalaupun mau complain saya harusnya menyampaikannya kepada managernya atau ownernya agar mereka mengedukasi juga cara mengolah makanan yang baik dan aman untuk kesehatan) lalu saya meminta kepada mbak-mbak itu untuk membeli spaghettynya mentahan saja. Dan lagi sayapun sudah membayarnya bukan, nggak bisa dibatalkan dan minta kembali uang.

“Kalo gitu gapapa mbak, biar nanti saya masak spaghettynya di rumah aja. Tolong dibungkus mentahnya aja ya”. 

Syukurlah mereka tak complain apa-apa atas sikap saya, dan dengan (keliatannya) masih bingung mereka membungkus spaghetty beku mentah dan sausnya beserta sambal plus kejunya itu lalu menyerahkannya kepada saya dengan sopan pula.

Di sepanjang perjalanan ke rumah, saya berpikir Iya ya, gimana dengan gerai-gerai  makanan lain ? gak cumai gerai makanan cepat saji maksud saya. Di tempat makan manapun, kita sebagai konsumen mendapatkan resiko-resiko tak terduga berkaitan dengan cara pengolahan makanan yang salah yang bisa jadi membahayakan kesehatan kita.

Yang pasti, saya nggak berani lagi beli khususnya spaghetty di tempat itu. Lebih baik prepare sendiri aja. Jadi serem, teringat dulu saya suka lihat tukang chuanky dekat rumah saya di Bandung kalau ada pembeli yang minta ditambah dengan mie instan itu mie instan dicemplungin juga sama plastik-plastinya ke dalam panci rebusan air chuankynya. Nanti kalau mienya sudah lembut, plastiknya diangkat dan dibuka dimasukkan ke dalam mangkoknya. Alamak kasihannya yang beli chuanky itu sesudahnya.

Jangan tanya soal makanan-makanan berbahaya macam bakso tikus, mie ayam celeng, jajanan anak-anak berpewarna dan berpengawet di mana-mana bahkan di emperan sekolah-sekolah sekalipun, permen bernarkoba, dsb. Di gerai-gerai makanan yang nampak terjaga pun nampaknya masih sangat kurang pengetahuan tentang makanan dan pengolahannya yang aman dan sehat.
Saya ingat di lingkungan saya sekarang menjamur banyak sekali  gerai makanan minuman yang berbasis franchise.

Ternyata di atas maraknya bisnis kuliner kita, dibutuhkan edukasi yang terus menerus, berkelanjutan dan luas tentang cara mengolah makanan yang baik dan benar mengingat jika hal ini tak diperhatikan bisa membahayakan kesehatan masyarakat luas yang kadang beberapa sama kurang tahunya tentang soal ini. Apalagi nggak semua penjual makanan dapurnya terlihat dari luar oleh konsumen kan.


Bersyukur, masih ada waktu ke saatnya mengantar maka siang anak-anak. Selain menyiapkan bekal nasi dan lauknya untuk kakaknya Rahma, saya juga memasak spaghetty bawaan dari gerai tadi untuk Rahma di dapur sendiri. Lebih aman, lebih tenang. Semoga bisa selalu memberikan yang terbaik untuk keluarga selagi saya bisa, aamiin.

Spaghetty beku ini yang tadinya mau dimasaka dengan plastik-plastiknya

Kemasan plastik tempat spaghetty yang sebelumnya akan dimasak dengan plastiknya
Sama-sama cara pengolahan dan pengemasan yang salah ya. 

Di dapur saya lepaskan spaghetty dari plastiknya dan saya masukkan ke dalam panci berisi rebusan air yang sudah panas

Air sudah mendidih dan spaghetty mulai melembut dan mengembang

Saus spaghetty tidak saya panaskan, hanya disiapkan saja di piring seperti ini

Spaghetty panas dicampur dan diaduk bersama saus spaghettynya

Makan siang Rahma sudah siap diantar ke sekolah

35 comments:

  1. Iya ya, lebih baik bilang ke manajer atau owner nya biar mengedukasi lagi karyawannya.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak bagaimanapun manajer dan atau owner harus bertanggung jawab ya sama mutu produknya

      Delete
  2. wuaaa parno ya Mak lihatnya. Mamak saya pernah lihat langsung penjual gorengan yang dengan sembunyi sembunyi memasukkan segenggam pipet ke minyak goreng yang mendidih, sejak itu mamak gak pernah beli gorengan disana -_-", sekarang lebih berhati hati memang beli makanan instan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Allah, pipet ? buat apa itu pipet dimasukkan ke minyak goreng ? astaghfirulaahal adziim

      Delete
  3. waduh serem banget sih. aku bacanya aja langsung ngilu kebayang :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sayang gak aku foto ya kejadiannya. Gak enak juga sih. Pokoknya bingung aja

      Delete
  4. wuahhh... jd pelajaran jg nih mak jd jangan menganggap kalau kita beli makanan cepat saji itu mreka masak dgn benar. mending bikin aja yaa klo gtu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sementara ini begitu ya mbak Jade, lebih aman masak sendiri. Tapigimana kalo kita lagi dalam keadaan darurat lagi d luar gitu ya

      Delete
  5. Ih ngeriii. Mungkin maksudnya biar gak susah misahin dua spaghetti. Tapi kek gitu kan gak sehat, ya harusnya mending dikira-kira. --"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah kalo masalahnya males misahin gitu berarti salah si mbaknya ya ? Tapi manajer tetep harus tahu ya biar gak diulang lagi. Iya deh nanti aku ke sana lagi nanya siapa manajernya. Tapi aku liatnya kayaknya di situ pegawai semua, secara itu kan cuma gerai kecil biasa di pelataran minimarket gitu.

      Delete
  6. Waduh ngeri banget. Lebih parah lg lontong yg dimasak pake plastiknya. Di tempatku banyak. Aku mw mkn tkt

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu lontong yang dimasak pake plastik juga bahaya ya. Aduh dulu aku pernah makan lontong kayak gitu karena gak tahu ...hikss

      Delete
  7. wah ini saya mau langsung bilang ke ownernya ini sih, kasian pelanggan2 lain, kok ya serem sih mbak, apa semuanya begitu ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya harusnya begitu, tapi di gerai itu kayaknya pegawai semua deh Ev, karena itu gerai kecil di pinggir jalan di pelataran satu minimarket. Ownernya mungkin di rumah atau di kantornya aja,

      Delete
  8. waaaaa serem... makasih ya mba Winny udah sharing, jadi lebih waspada dan hati-hati untuk makan di luar..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, harus lebih hati-hati. Kalo bisa nengok ke dapurnya cek aja hehe

      Delete
  9. Si embak aneh deh cara masaknya. Ngga ngerti apa ya bahaya plastik

    ReplyDelete
  10. Aku selalu masak spageti sendiri teh Winny, karena meragukan yang seperti ini :(( duh, kok ya makin nekad aja ituuu...

    Tolong dilaporkan ke YLKI saja deh, tempat makan itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mak Tanti, aku biasanya bikin sendiri, iwaktu itu rasa tanggung aja sih, yang minta dibikinin cuma c bungsu yg porsinya dikit. Sedang aku kan udah masak juga buat yg lain. Wah tau gitu gak lagi-lagi deh mak.

      Delete
  11. iya ya bener2 sekali..bungkusnya kan nggak aman..tapi menagapa aku sering beli makanan yg dibungkus seperti ini ya..hiks baru nyadar lagi aku mak setelah sadar dan tak sadar lagi T_T

    ReplyDelete
    Replies
    1. Walah kenapa atuh mak Dwi hehehe ...sadar hush sadar ...xixixi

      Delete
  12. Wah3x harus dilaporin tuh ke Ownernya, ciyus n beneran gak bener tuh si Mbak. Emang plastik dimasukkin sekalian itu maksudnya apa sih, ya? Apa gak mau report? Tapi plastik pembungkus ya KUDU atuh dibuka dan dibuang. Aaarrgggh laporin aja mbak langsung kejadiannya, tanggal, hari, dan siapa pelayannya. Gitu, biar gak semakin merajalela tuh si Mbaknya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kayaknya gak mau repot deh bunda. Aku juga ragu ini apa memang kesalahan si mbaknya apa memang SOPnya begitu dari owner

      Delete
  13. aku tahu itu gerai makanan apaaa
    lhoo kok gitu sih cara masaknya? males ribet kayaknya ya.
    etapi mak, dia memang cuma pegawai. bisa jadi cara praktis spt itu yg diajarkan oleh sang atasan, makanya dia keukeuh dg cara itu supaya si bumbu enggak kemana2. hadeuhh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu mak aku gak tau apa ini kelalaian si mbaknya apa memang seperti itu diajarin bossnya.

      Delete
  14. Wah masa SOPnya gitu, ya? Harus lebih hati-hati kalau beli makanan di luar, ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haruuus hati-hati, biarpun tampilan tempat kuliner itu keren, lucu, unyu-unyu gimana juga tetep harus hati-hati.

      Delete
  15. bahaya banget itu masak makanan dengan plastiknya

    ReplyDelete
  16. Walah ternyata penyajiannya seperti itu? Serem amattt....
    Kalau gitu aku kudu hati2 deh Mbak, makasih banyak untuk sharingnya

    ReplyDelete
  17. Bener, Mak. Ngeri liat banyak pedagang makanan yang gak peduli soal pengolahannya. Makananya mungkin bergizi. Pengolahannya itu yang bikin ngurut dada. Aku dulu paling suka makan Cuanki. Sekarang mah udah ilfil duluan liatnya. Anak-anakku juga udah ngerti sekarang mah. Tiap ada yang lewat, biasanya pada pengen. Sekarang mah enggak. Malah anak ke-3 yang baru 3 tahun, kalo tukang cuanki lewat, sering teriak, "Mah, emam cuanki teh awonnya?" Wkwkwkwk...

    ReplyDelete
  18. waduuhh kalo ga liat cara masaknya kita ga tau ya mba, mana anak saya suka makan cuanki pake mie instan, tapi saya ga pernah merhatiin abangnya masukin pake bungkusnya ga ya ke rebusan airnya, nanti saya liat..makasih ya mba untuk sharingnya :)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah singgah di Goresanku ya ^_^