Hati-hati dengan cara pengolahan makanan siap saji - Seperti pikiran dan kegiatan para ibu biasanya, setiap pagi
sudah duduk manis di benak, rencana akan masak apa untuk keluarga hari ini. Dan
pagi tadi, saya sendiri setelah mengantar anak-anak ke sekolah langung
mengarahkan kendaraan untuk berbelanja bahan masakan ke warung langganan.
Selain memasak, ada makanan yang sudah dipesan Rahma bungsu saya malam
sebelumnya untuk membuatkannya spagheti kesukaannya untuk makan siangnya di
sekolah. Oya, karena anak-anak sekolah di full day school dimana jam belajar di
sekolahnya baru usai sore hari, saya harus menyiapkan dan mengantar makan siang
mereka setiap hari.
Karena keinginan Rahma lain dari kakak-kakaknya dan hanya
satu porsi kecil, maka khusus untuk spaghety pesanannya saya berencana
membelinya saja di sebuah food store ala franchise yang menjual ayam goreng
crispy, burger dan spaghetty cepat saji yang sudah cukup dikenal dan selalu ramai
pembeli setiap harinya di pinggir jalan raya tak jauh dari tempat saya tinggal.
Yang saya tahu, brand mereka sudah cukup banyak cabangnya di kota Bogor
yang menurut saya karena memang rasa ayam goreng crispynya cukup enak tak jauh dari
rasa ayam goreng crispy brand-brand besar dan terkenal lainnya yang sudah lebih
dulu eksis.
Selesai memasak sekitar jam 9.30 pagi saya segera ke food
store itu untuk membeli spaghetty, kebetulan masih pagi saat itu hanya saya dan
seorang bapak yang di belakang saya yang antri di depan customer service
sekaligus kasirnya.
Saya memesan dua porsi spaghetty karena ini untuk pertama
kalinya saya membeli spaghetty di tempat ini, khawatir tidak cukup untuk makan
siang Rahma yang senang saling berbagi maksi dengan teman-temannya. Setelah
membayar harganya, saya diminta menunggu selama 8 menit oleh CS/kasirnya karena
spaghetty akan dimasak dulu dan sayapun menyanggupinya sambil tetap berdiri di
depan kasir.
Karena tempatnya tak terlalu besar, sekitar 2 x 4 meter di mana antara letak kasir, ettalase display tempat ayam goreng crispy disajikan dan dapur saling berdekatan, maka saya bisa melihat pegawai-pegawainya bekerja menyediakan pesanan konsumen.
Karena tempatnya tak terlalu besar, sekitar 2 x 4 meter di mana antara letak kasir, ettalase display tempat ayam goreng crispy disajikan dan dapur saling berdekatan, maka saya bisa melihat pegawai-pegawainya bekerja menyediakan pesanan konsumen.
Awalnya saya melihat tak ada yang aneh, saya hanya sedikit gimana
gitu karena sang “koki” koq terlihat santai mengerjakan pesanan saya padahal
saya masih harus pulang ke rumah dan menyiapkan serta mengantar maksi ke
sekolah anak-anak. Si mbak sempat memindah-mindahkan lagu di Hpnya yang tersambung
ke sound system di sebelahnya. Lalu dia mengambil dua genggam spaghetty beku
terbungkus plastik dan dua buah saus spaghetty yang terbungkus plastik juga
dari dalam lemari pendingin. Lalu dengan santainya membawanya ke arah kompor yang di atasnya
tampak sudah diletakkan panci berisi air.
Tiba-tiba saya merasa aneh saat melihat mbak itu mulai
memasukkan dua spaghetty beku dan dua bungkus sausnya ke dalam air yang mungkin
sudah mulai panas LENGKAP DENGAN PLASTIK-PLASTIKNYA.
Saya segera berkata dalam
nada tanya, :
”Mbak, itu plastik
spaghetti sama sausnya nggak dibuka dulu ?”.
Dan nggak mengerti dengan jawaban si mbak yang berkata :
“Iya Bu, tapi kan nanti plastiknya diganti“
Saya lalu menjawab lagi :
“Nggak mbak, itu masaknya jangan sampai plastiknya masuk ke rebusan air
panas. Bahaya lho mbak”.
“Nanti juga plastiknya dibuka bu, diganti” si mbak masih
ngeyel.
“Iya mbak, tapi tolong jangan masak spaghetty sama plastik-plastiknya ya.
Maaf mbak itu bisa bikin kanker lho”
Saya kurang tahu apakah jawaban saya itu tepat, tapi minimal
saya mencoba menjelaskan bahaya memasukkan bahan plastik atau memasak makanan di dalam plastik
apalagi plastik tipis biasa yang sama sekali tidak foodgrade dan agar mereka
juga mengerti kenapa saya minta plastiknya dibuka dulu.
Tapi, alih-alih membuka plastiknya, si mbak malah terus mempertahankan alasannya memasukkan spaghetty dan sausnya bersama plastiknya.
Tapi, alih-alih membuka plastiknya, si mbak malah terus mempertahankan alasannya memasukkan spaghetty dan sausnya bersama plastiknya.
“Kalau plastiknya dibuka nanti sausnya ke mana-mana dong”.
Jujur, saya gagal paham dengan jawaban itu, tentu saja saus
akan “ke mana-mana” kalau plastiknya dibuka dan di masak di air rebusan itu tapi
maksud saya kan bukan itu. Tapi juga saya tak ingin berdebat, maka berusaha
tetap sopan (bagaimanapun mereka hanya pelaksana, menurut pendapat saya kalaupun
mau complain saya harusnya menyampaikannya kepada managernya atau ownernya agar
mereka mengedukasi juga cara mengolah makanan yang baik dan aman untuk
kesehatan) lalu saya meminta kepada mbak-mbak itu untuk membeli spaghettynya
mentahan saja. Dan lagi sayapun sudah membayarnya bukan, nggak bisa dibatalkan
dan minta kembali uang.
“Kalo gitu gapapa mbak, biar nanti saya masak spaghettynya di rumah
aja. Tolong dibungkus mentahnya aja ya”.
Syukurlah mereka tak complain apa-apa atas sikap saya, dan
dengan (keliatannya) masih bingung mereka membungkus spaghetty beku mentah dan
sausnya beserta sambal plus kejunya itu lalu menyerahkannya kepada saya dengan
sopan pula.
Di sepanjang perjalanan ke rumah, saya berpikir Iya ya,
gimana dengan gerai-gerai makanan lain ?
gak cumai gerai makanan cepat saji maksud saya. Di tempat makan manapun, kita
sebagai konsumen mendapatkan resiko-resiko tak terduga berkaitan dengan cara pengolahan
makanan yang salah yang bisa jadi membahayakan kesehatan kita.
Yang pasti, saya nggak berani lagi beli khususnya spaghetty di tempat itu. Lebih baik prepare sendiri aja. Jadi serem, teringat dulu saya suka lihat tukang chuanky dekat rumah saya di Bandung kalau ada pembeli yang minta ditambah dengan mie instan itu mie instan dicemplungin juga sama plastik-plastinya ke dalam panci rebusan air chuankynya. Nanti kalau mienya sudah lembut, plastiknya diangkat dan dibuka dimasukkan ke dalam mangkoknya. Alamak kasihannya yang beli chuanky itu sesudahnya.
Yang pasti, saya nggak berani lagi beli khususnya spaghetty di tempat itu. Lebih baik prepare sendiri aja. Jadi serem, teringat dulu saya suka lihat tukang chuanky dekat rumah saya di Bandung kalau ada pembeli yang minta ditambah dengan mie instan itu mie instan dicemplungin juga sama plastik-plastinya ke dalam panci rebusan air chuankynya. Nanti kalau mienya sudah lembut, plastiknya diangkat dan dibuka dimasukkan ke dalam mangkoknya. Alamak kasihannya yang beli chuanky itu sesudahnya.
Jangan tanya soal makanan-makanan berbahaya macam bakso
tikus, mie ayam celeng, jajanan anak-anak berpewarna dan berpengawet di mana-mana
bahkan di emperan sekolah-sekolah sekalipun, permen bernarkoba, dsb. Di
gerai-gerai makanan yang nampak terjaga pun nampaknya masih sangat kurang
pengetahuan tentang makanan dan pengolahannya yang aman dan sehat.
Saya ingat di lingkungan saya sekarang menjamur banyak sekali gerai makanan minuman yang berbasis franchise.
Saya ingat di lingkungan saya sekarang menjamur banyak sekali gerai makanan minuman yang berbasis franchise.
Ternyata di atas maraknya bisnis kuliner kita, dibutuhkan edukasi
yang terus menerus, berkelanjutan dan luas tentang cara mengolah makanan yang baik dan benar mengingat jika hal ini tak diperhatikan
bisa membahayakan kesehatan masyarakat luas yang kadang beberapa sama kurang
tahunya tentang soal ini. Apalagi nggak semua penjual makanan dapurnya terlihat
dari luar oleh konsumen kan.
Bersyukur, masih ada waktu ke saatnya mengantar maka siang
anak-anak. Selain menyiapkan bekal nasi dan lauknya untuk kakaknya Rahma, saya
juga memasak spaghetty bawaan dari gerai tadi untuk Rahma di dapur sendiri. Lebih
aman, lebih tenang. Semoga bisa selalu memberikan yang terbaik untuk keluarga
selagi saya bisa, aamiin.
![]() |
Spaghetty beku ini yang tadinya mau dimasaka dengan plastik-plastiknya |
![]() |
Kemasan plastik tempat spaghetty yang sebelumnya akan dimasak dengan plastiknya Sama-sama cara pengolahan dan pengemasan yang salah ya. |
![]() |
Di dapur saya lepaskan spaghetty dari plastiknya dan saya masukkan ke dalam panci berisi rebusan air yang sudah panas |
![]() |
Air sudah mendidih dan spaghetty mulai melembut dan mengembang |
![]() |
Saus spaghetty tidak saya panaskan, hanya disiapkan saja di piring seperti ini |
![]() |
Spaghetty panas dicampur dan diaduk bersama saus spaghettynya |
![]() |
Makan siang Rahma sudah siap diantar ke sekolah |
Iya ya, lebih baik bilang ke manajer atau owner nya biar mengedukasi lagi karyawannya.. :)
ReplyDeleteIya mbak bagaimanapun manajer dan atau owner harus bertanggung jawab ya sama mutu produknya
Deletewuaaa parno ya Mak lihatnya. Mamak saya pernah lihat langsung penjual gorengan yang dengan sembunyi sembunyi memasukkan segenggam pipet ke minyak goreng yang mendidih, sejak itu mamak gak pernah beli gorengan disana -_-", sekarang lebih berhati hati memang beli makanan instan.
ReplyDeleteYa Allah, pipet ? buat apa itu pipet dimasukkan ke minyak goreng ? astaghfirulaahal adziim
Deletewaduh serem banget sih. aku bacanya aja langsung ngilu kebayang :(
ReplyDeleteSayang gak aku foto ya kejadiannya. Gak enak juga sih. Pokoknya bingung aja
Deletewuahhh... jd pelajaran jg nih mak jd jangan menganggap kalau kita beli makanan cepat saji itu mreka masak dgn benar. mending bikin aja yaa klo gtu..
ReplyDeleteSementara ini begitu ya mbak Jade, lebih aman masak sendiri. Tapigimana kalo kita lagi dalam keadaan darurat lagi d luar gitu ya
DeleteIh ngeriii. Mungkin maksudnya biar gak susah misahin dua spaghetti. Tapi kek gitu kan gak sehat, ya harusnya mending dikira-kira. --"
ReplyDeleteNah kalo masalahnya males misahin gitu berarti salah si mbaknya ya ? Tapi manajer tetep harus tahu ya biar gak diulang lagi. Iya deh nanti aku ke sana lagi nanya siapa manajernya. Tapi aku liatnya kayaknya di situ pegawai semua, secara itu kan cuma gerai kecil biasa di pelataran minimarket gitu.
DeleteWaduh ngeri banget. Lebih parah lg lontong yg dimasak pake plastiknya. Di tempatku banyak. Aku mw mkn tkt
ReplyDeleteNah itu lontong yang dimasak pake plastik juga bahaya ya. Aduh dulu aku pernah makan lontong kayak gitu karena gak tahu ...hikss
Deletewah ini saya mau langsung bilang ke ownernya ini sih, kasian pelanggan2 lain, kok ya serem sih mbak, apa semuanya begitu ya?
ReplyDeleteIya harusnya begitu, tapi di gerai itu kayaknya pegawai semua deh Ev, karena itu gerai kecil di pinggir jalan di pelataran satu minimarket. Ownernya mungkin di rumah atau di kantornya aja,
Deletewaaaaa serem... makasih ya mba Winny udah sharing, jadi lebih waspada dan hati-hati untuk makan di luar..
ReplyDeleteIya, harus lebih hati-hati. Kalo bisa nengok ke dapurnya cek aja hehe
Deletehah??? seremmm amaaaatttt... :v
ReplyDeleteAmat aja gak serem ya Cha hehe
DeleteSi embak aneh deh cara masaknya. Ngga ngerti apa ya bahaya plastik
ReplyDeleteKayaknya belum ngerti mbak
DeleteAku selalu masak spageti sendiri teh Winny, karena meragukan yang seperti ini :(( duh, kok ya makin nekad aja ituuu...
ReplyDeleteTolong dilaporkan ke YLKI saja deh, tempat makan itu
Iya mak Tanti, aku biasanya bikin sendiri, iwaktu itu rasa tanggung aja sih, yang minta dibikinin cuma c bungsu yg porsinya dikit. Sedang aku kan udah masak juga buat yg lain. Wah tau gitu gak lagi-lagi deh mak.
Deleteiya ya bener2 sekali..bungkusnya kan nggak aman..tapi menagapa aku sering beli makanan yg dibungkus seperti ini ya..hiks baru nyadar lagi aku mak setelah sadar dan tak sadar lagi T_T
ReplyDeleteWalah kenapa atuh mak Dwi hehehe ...sadar hush sadar ...xixixi
DeleteWah3x harus dilaporin tuh ke Ownernya, ciyus n beneran gak bener tuh si Mbak. Emang plastik dimasukkin sekalian itu maksudnya apa sih, ya? Apa gak mau report? Tapi plastik pembungkus ya KUDU atuh dibuka dan dibuang. Aaarrgggh laporin aja mbak langsung kejadiannya, tanggal, hari, dan siapa pelayannya. Gitu, biar gak semakin merajalela tuh si Mbaknya.
ReplyDeleteIya kayaknya gak mau repot deh bunda. Aku juga ragu ini apa memang kesalahan si mbaknya apa memang SOPnya begitu dari owner
Deleteaku tahu itu gerai makanan apaaa
ReplyDeletelhoo kok gitu sih cara masaknya? males ribet kayaknya ya.
etapi mak, dia memang cuma pegawai. bisa jadi cara praktis spt itu yg diajarkan oleh sang atasan, makanya dia keukeuh dg cara itu supaya si bumbu enggak kemana2. hadeuhh
Nah itu mak aku gak tau apa ini kelalaian si mbaknya apa memang seperti itu diajarin bossnya.
DeleteWah masa SOPnya gitu, ya? Harus lebih hati-hati kalau beli makanan di luar, ya.
ReplyDeleteHaruuus hati-hati, biarpun tampilan tempat kuliner itu keren, lucu, unyu-unyu gimana juga tetep harus hati-hati.
Deletebahaya banget itu masak makanan dengan plastiknya
ReplyDeleteBetul sekali
DeleteWalah ternyata penyajiannya seperti itu? Serem amattt....
ReplyDeleteKalau gitu aku kudu hati2 deh Mbak, makasih banyak untuk sharingnya
Bener, Mak. Ngeri liat banyak pedagang makanan yang gak peduli soal pengolahannya. Makananya mungkin bergizi. Pengolahannya itu yang bikin ngurut dada. Aku dulu paling suka makan Cuanki. Sekarang mah udah ilfil duluan liatnya. Anak-anakku juga udah ngerti sekarang mah. Tiap ada yang lewat, biasanya pada pengen. Sekarang mah enggak. Malah anak ke-3 yang baru 3 tahun, kalo tukang cuanki lewat, sering teriak, "Mah, emam cuanki teh awonnya?" Wkwkwkwk...
ReplyDeletewaduuhh kalo ga liat cara masaknya kita ga tau ya mba, mana anak saya suka makan cuanki pake mie instan, tapi saya ga pernah merhatiin abangnya masukin pake bungkusnya ga ya ke rebusan airnya, nanti saya liat..makasih ya mba untuk sharingnya :)
ReplyDelete