Thursday, August 20, 2015

Rumah Impian, Rumah Kita

Hanya bilik bambu tempat tinggal kita

Tanpa hiasan, tanpa lukisan

Beratap jerami, beralaskan tanah

Namun semua ini punya kita

Memang semua ini milik kita sendiri



Hanya alang-alang pagar rumah kita

Tanpa anyelir tanpa melati

Hanya bunga bakung tumbuh di halaman

Namun semua itu punya kita
Memang semua itu milik kita



...



Rumah Kita, lirik lagu milik grup band God Bless yang pernah jaya di zamannya ini sederhana dalam menggambarkan kesederhanaan itu sendiri tentang rumah. Gambaran tempat tinggal yang damai, yang tak peduli dengan segala keterbatasan, yang selalu manis dalam ingatan karena ia milik sendiri yang dianugrahkan Tuhan.

Lagu ini enak didengar dan liriknya manis, tapi sejujurnya jika saya sang pemilik rumah yang diceritakan, tentu saya tak akan membiarkannya tanpa hiasan dan tanpa lukisan, karena saya menyukai keindahan. Dan jika halaman rumah saya hanya ditumbuhi rumput dan bunga Bakung, pastilah akan saya lebih semarakkan dengan rona bunga-bunga lain karena saya mencintai keasrian.

Bagi saya rumah bukan sekedar sarang untuk tempat berkumpul dan berteduh, lebih dari itu rumah adalah tempat berkreasi, mengekspresikan khayal imaji, tempat bersenang-senang dalam warna dan cahaya, sekaligus tempat merenung, tempat melabuhkan lelah dan penat dalam naungan yang menentramkan. 

Bagi saya, rumah adalah tambatan hati.


Rumah dan Denah

Rumah yang saya dan keluarga tinggali sekarang di kota hujan Bogor adalah rumah yang dibeli dalam keadaan sudah jadi dan pernah ditinggali oleh pemilik sebelumnya selama bertahun-tahun. Sebelumnya, kami sekeluarga tinggal di kota kelahiran saya di Bandung.

Tapi, meskipun dibeli dalam keadaan bagus, dalam arti kondisi rumah cukup prima karena baru mengalami renovasi saat kami kemudian membelinya, tapi tetaplah ia bukan rumah hasil karya sendiri. Bukan rumah yang dirancang berdasarkan kebutuhan dan kesukaan diri dan keluarga sendiri. Padahal rumah yang kami tinggalkan di Bandung dulu adalah hasil desain saya pribadi yang saya masih sangat sayangi. Saat memutuskan akan pindah karena sesuatu hal, saya jadi harus ekstra berpikir lagi tentang bagaimana menata rumah saya yang baru di Bogor nanti.

Karena senang menata rumah, saya juga jadi senang menggambar sketsa denah rumah baru jauh hari sebelum waktu kepindahan. Dengan menggambar denah ini saya jadi bisa membayangkan apa yang akan saya lakukan nanti dengan ruang-ruang yang ada di rumah yang baru.

Menggambar denah calon rumah baru memang sudah jadi seperti kebiasaan buat saya setiap kali akan pindah. Maka itu juga yang terjadi dengan rencana kepindahan saya ke Bogor. Setelah memutuskan rumah mana yang akan dibeli, selama prosesnya saya benar-benar mencari tahu seberapa luas bangunan dan tanah rumah yang baru hingga tata letak ruangan-ruangannya baik dari informasi si pemilik rumah lama maupun memotret ruangan-ruangannya secara langsung. Selama belum sampai ke hari H kepindahan, saya bisa setiap hari memandangi denah rumah yang saya gambar beserta rencana penempatan barang-barangnya.

Dari tabloid rumah seperti ini saya belajar membuat denah dengan menggunakan skala
Doc. Pribadi


Hal ini sangat penting untuk saya, karena saya sangat suka dengan segala yang berhubungan dengan home design. Senang dan puas rasanya bisa menata seisi rumah sesuai ilustrasi di benak saya, menyusun setiap posisi furniture dan segala perniknya persis serupa apa kata hati saya.

Saya tak memiliki background pendidikan di bidang arsitektur ataupun desain, tapi beruntungnya saya karena di sekeliling kita banyak dijual majalah ataupun tabloid-tabloid tentang rumah. Di rumah saya sendiri berlangganan koran dan tabloid, tapi hanya tabloid tentang rumah dan desain yang saya tak pernah membuangnya. Tabloid-tabloid tentang rumah edisi lama masih tersimpan baik sampai sekarang. 

Sebagian koleksi tabloid Rumahku
Doc. Pribadi



Begitu juga dengan smartphone saya, di galerynya banyak tersimpan foto-foto design interior maupun eksterior dari berbagai gaya yang saya suka.  Dengan itu semua saya belajar mengatur rumah secara efektif dan fungsional tanpa melupakan sisi estetikanya.

Meskipun dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada, tapi mengatur rumah dan seisinya dengan baik membuat saya yakin bahwa bagaimanapun keadaannya kita bisa membuat rumah terasa lebih nyaman.


Rumah yang Alami

Rumah, bukanlah rumah bagi saya jika tak menghadirkan alam menjadi bagiannya. Tanaman, air dan hewan adalah entitas yang harus ada jika tak ingin rumah kita gersang dan kesepian.

Saya tak sedang membicarakan rumah mewah dengan taman-taman berair mancur megah ataupun binatang-binatang peliharaan dengan biaya perawatan mahal. Tidak.

Sesederhana apapun rumah kita, jika di pekarangannya dan atau di setiap sudutnya kita persilakan tanaman dan bunga mengisinya pastilah mereka akan membalasnya dengan keteduhan, kesejukan dan kenyamanan. Tanaman bunga dan pepohonan akan mengundang kupu-kupu dan burung-burung berkeliaran. Tak hanya itu, mereka jugalah yang hadirkan wewangian alami yang jauh lebih menenangkan dari sekedar aroma therapy.


Ruang terbuka hijau serta kolam memberikan rasa rileks yang baik sebagai penawar stress dan kelelahan.
 Doc. Gambar Rumah


Dulu sampai sekarang, jika saya mudik ke kampung halaman. Selain rumah orang tua dan keluarga, saya selalu sengaja datang ke rumah yang saya kenal hanya karena ingin menikmati pekarangan rumahnya yang penuh dengan tanaman berbunga. Jika ada bunga dari jenis baru yang saya suka saya tanpa sungkan akan meminta bibitnya.

Memasukkan unsur alam ke dalam interior maupun eksterior rumah membuat rumah menjadi manusiawi. Saya percaya, semakin banyak ruang terbuka hijau disediakan di dalam rumah, semakin memberi kelegaan dan ketentraman kepada anggota keluarga. 


Rumah Impian

Rumah impian saya bukan rumah yang bergaya simply modern tapi juga bukan yang bercorak detail klasik. Di mata saya, rumah yang indah dan nyaman itu adalah rumah yang bernuansa Shabby Chic. Meski sederhana, rumah ala Shabby Chic berkesan hangat dan ceria. Sangat pas untuk keluarga dengan ayah bekerja, ibu rumah tangga dan anak-anak yang masih sekolah seperti keluarga saya.

Saya suka rumah yang lega dan terang, dengan pagar, pintu dan jendela berwarna putih. Dindingnya dilapisi wallpaper bermotif bunga-bunga berwarna pastel, serta dapur dengan sink yang menghadap ke taman belakang yang hijau dan berpohon besar untuk tempat anak-anak bermain ayunan.

Di rumah ala Shabby Chic saya merasa menemukan impian masa kecil saya saat di masa itu masih senang bermain rumah-rumahan. Saat di di usia sekanak-kanak itu saya acapkali sudah berkhayal mengurus rumah tangga. Aiih kecepetan tuanya ya saya hehehe

Ruang keluarga ala Shabby Chic yang berkesan hangat
Doc. Decorator Files 

Fabrics for your Shabby  Chic home
Ruang tidur yang nyaman dengan bunga di mana-mana
Doc.    Decorator Files

Cool Shabby Chic Decorating
Dapur & ruang makan yang menyatu namun tetap terasa lapang dengan sink berjendela yang menghadap ke arah taman.
Doc. Decorator Files 

Jikapun saya mendapatkan rumah yang belum sesempurna impian saya, saya hanya akan membuatnya paling tidak mendekati suasananya. Dan sepanjang sekian kali mencoba, meskipun banyaaak sekali kekurangannya tapi saya bersyukur dan selalu bahagia dengan hasilnya.

Tentu saja kegemaran saya menata rumah tak akan berhenti sampai di sini. Selama saya masih sehat dan berkemampuan, saya akan terus memperbaiki tatanannya baik dari lay out maupun dekorasinya. Semua itu tak lain agar keluarga bisa merasa nyaman jika sedang berada di rumah.

Ruang tamu kami
Doc. Pribadi


Ruang keluarga
Doc. Pribadi


Tapi lebih dari semua impian itu, saya bersyukur selama ini telah memiliki rumah yang bisa menjadi tempat berteduh yang membahagiakan saya dan keluarga. Bahagia dengan apa yang ada, asalkan bisa berkumpul bersama. Seperti rumah yang diceritakan God Bless kepada kita ; "Rumah Kita"

"Coz home is where the heart is"


Lebih baik di sini, rumah kita sendiri

Segala nikmat dan anugerah yang Kuasa

Semuanya ada di sini

Rumah Kita








14 comments:

  1. Sekarang lagi ngehits shabby chic ya mak,kok kita sehati ya hehehe....saya juga koleksi majalah rumah lo hehehe,suka aja kalo lagi nganggur lihat2 gambar sambil menghayal xixixixi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah harus toast nih kita mbak hehehe. Iya shabby chic sedang hitz sukaaa banget sama desain gaya ini.

      Delete
  2. Rumah mbak winny hommy banget deh..tembok nya ijo lagi warna kesukaannku..
    Jadi pengen main ke rumah.mbak winny ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aiih mbak Muna suka warna ijo juga ? Toooz lagiii xixixi.
      Waduh seneng banget klo mbk Muna dateng ke rumah. Ditunggu yaa

      Delete
  3. semoga bisa punya rumah impian sesuai harapan ya mbak

    ReplyDelete
  4. Rumahku istanaku ya mbak..baiti jannati..yang penting berkah..semoga jadi kenyataan\
    btw aku juga suka ngumpulin buku2 denah2 rumah pdhl entah kapan punya xD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener Cha, yg penting berkah.

      Nah, buku/majalah/tabloid ttg rumah itu jangan sampai dibuang Cha. Menurutku ilmu ttg rumah itu hal yg selalu up to date yg bisa berguna kapan aja. :-)

      Delete
  5. Dekorasi shabby chic lagi ngehits banget ya, mak. Sering liat di pinterest juga. Moga kesampaian punya rumah impian, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya shabby chic banyak yg suka ya mak Ila.

      Aamiinn terima kasih do'anya yaa

      Delete
  6. Rumahnya rapi mba, nyaman bgt :) tanaman emg terapi hati yaa, setuju bgt, berkutat sebentar aja d pekarangan rmh bikin hepi loh, hehe. Rmh shabby chic sll nyaman, smg terwujud impiannya mba Winny

    ReplyDelete
  7. Iya mba Shabby Chic selalau nyaman buatku.
    Terima kasih do'anya mbak Ratih :-)

    ReplyDelete
  8. mbak..ruang keluargamu bikin iri...asik dan adem dengan warna ijonya :)

    ReplyDelete
  9. aku juga suka tuh mba rumah yang dipenuhi dengan berbagai tanaman

    ReplyDelete

Terima kasih sudah singgah di Goresanku ya ^_^