Masjid Agung Bandung - Sekitar
pukul 3.30 pagi hari Rabu kemarin tim mudik keluarga Suherlan tiba di gerbang tol
Bandung, alhamdulillah. Masih ada waktu untuk sahur, suami langsung mengarahkan
mobil ke restoran sunda favoritnya jika berada di Bandung ‘Laksana’. Sayang,
destinasi kami ternyata tutup akhirnya kami memutar menuju resoran ‘Ampera’ di seberangnya
yang sebenarnya makanannya enak-enak juga menurut saya.
Selesai
sahur, tiba-tiba ada request untuk shalat shubuh di Masjid Agung. Mesjid yang
biasa kami orang Bandung menyebutnya seperti itu sebelum sekarang dikenal
sebagai Masjid Raya Bandung.Tanpa berpikir lagi, semua tak ada yang tak
sepakat. Saya sendiri sangat akrab dengan mesjid itu saat sebelum menikah.
Selain Mesjid Salman ITB, Masjid Raya termasuk yang cukup sering saya kunjungi
untuk mengaji atau sekedar bertemu teman-teman. Dulu, selain untuk tempat
shalat, mesjid adalah tempat favorit saya untuk belajar (materi perkuliahan),
untuk “ngadem” membaca/mendengar orang mengaji atau sekedar untuk
curhat-curhatan dengan teman. Saya bisa menghabiskan membaca sampai dua buku baru jika berada di dalamnya seorang diri, tapi saya juga bisa betah berlama-lama ngobrol dengan sahabat, menjadi pendengarnya yang baik hanya karena nyaman berada di dalam semua mesjid itu.
Tak
sampai setengah jam mobil kami sampai ke pelataran sebelah kanan pekarangan
Mesjid Raya. Suasana shubuh yang syahdu tiba-tiba menyergap. Saya hirup
dalam-dalam udara Masjid Agungku, suasana mesjid di manapun memang selalu menyentuh.
Saya berusaha capture beberapa spot sebelum akhirnya dengan terburu-buru kami
menuju tempat wudhu karena shalat shubuh berjamaah sudah dimulai.
Saya
mengucap salam ke arah kanan dan menyapu ruangan yang begitu luas dengan
pandangan sebelum menutup salam. Sepertinya saya baru shalat di tempat shalat
jamaah wanita, ada serupa mimbar di depan saya namun dalam ukuran pendek, tapi
entah kenapa di sekitar saya bergeletakkan para pria dalam lelap.
Saya
berdzikir tapi mata saya juga tak henti menjelajah segenap ruangan. Di mesjid
ini tersebar tiang-tiang berdiameter lebar. Suara teduh seorang penceramah
sedang menyampaikan taujih terdengar agam dari arah depan. Arah depan yang tak
bisa saya jangkau dengan penglihatan karena jaraknya cukup jauh dari tempat
saya barusan sembahayang. Saya lalu teringat saat masa SD hingga SMP duduk
seperti ini menyimak ceramah shubuh di mesjid dekat rumah. Rasanya saya tak
keberatan mengulang masa itu meski harus mencatat ceramah dengan jemari rusuh sebagai
tugas dari sekolah hehehe.
Begitu syahdunya, sampai saya lupa untuk membidik
ruangan dalam mesjid dengan kamera.
Asyik
dengan lamunan, tak sadar suami sedang memperhatikan dalam senyuman. Sedikit
malu saya lalu beranjak dari sajadah dan bergabung dengan anak-anak yang sudah ribut
di teras mesjid mencari-cari alas kakinya. Alhamdulillah, lega mendapati alas
kaki kami masih berjajar di tempatnya, setelah mendengar di sebelah saya
seorang bapak berasal dari luar kota kehilangan sendalnya. Fyuhh, masih ada aja
kejadian seperti ini. Kasihan, semoga setelah ini urusan sang bapak dimudahkan.
Saya
lalu mengikuti langkah suami dan anak-anak menuju taman. Sebuah taman yang
dirancang sangat artistik oleh sang walikota Bandung Ridwan Kamil yang fenomenal itu. Taman yang segera mencuri
perhatian. Tanaman-tanaman tanpa bunga namun berdaun aneka rupa dan warna
menghiasi setiap sudut dan sepanjang langkah kaki kami. Si sulung Zahra
berbisik di telinga :
“Mi, foto-foto yuk”
Ah ya,
sekarang saya ingat lagi dengan kamera smartphone saya yang saya simpan. Segera saya mengeluarkannya
dari saku dan mengambil beberapa shoot dengan gadis remajaku yang hobi banget
wefie dengan ibunya ini. Sampai-sampai saya tersadar, itupun karena mendengar
suara teriakan. Teriakan anak-anak yang bermain bola di lapangan masjid raya.
Saya lalu mengarahkan pandangan ke arah teriakan-teriakan riang itu, dan saya melihat hamparan karpet hijau membentang
luas sejauh mata memandang bersambungan dengan horizon langit shubuh yang masih kelam namun begitu gemintang. Masya Allah, indahnya.
Orang-orang
lalu lalang di karpet tebal itu, dan begitupun dengan keluarga saya. Saya
sendiri penasaran, tapi tak tahan dengan rasa dingin dari embun yang menyelubungi
permadani hijau itu. Setelah foto-foto sebentar, saya segera mengenakan lagi
sepatu dan lebih memilih berjalan-jalan menyusuri taman.
Ada
beberapa hasil karya seni yang saya lihat bertebaran di taman mesjid raya ini,
di anatara tugu peraturan publik berupa semacam tiang namun terdiri dari
kubus-kubus yang seolah disimpan bertumpuk berwana merah terang. Ada juga pagar
tinggi berbaris-baris di sepanjang batas pekarangan masjid sebelah timur yang komposisi
wana catnya dari kejauhan terbaca tulisan :”Bandung”.
Saya
juga suka dengan bentuk kursi-kursi dan lampu-lampu tamannya yang bergaya eropa
kuno yang yang menebar di sepanjang trotoar mengelilingi bangunan mesjid.
Nampaknya, design eksterior masjid berikut trotoar dan jalanannya terkoneksi
dengan design bangunan dan kursi serta lampu taman yang ada di seberangnya di
jalanan sepanjang gedung Merdeka.
Hal-hal
lucu terjadi saat anak-anak melihat gedung Merdeka ini, mereka tertawa cekikikan
karena teringat tayangan televisi favorit mereka di sepanjang bulan ramadhan
ini yaitu :”Preman Pensiun”. Mereka menunjuk-nunjukkan jarinya ke arah gedung
Merdeka sambil menyebut nama tokoh-tokoh ‘Preman Pensiun’ yang sering mengocok
perut mereka.
“Iiih di situ kan
kantornya Pipiiit, hahaha”
“Komar mana yaaa ?”
J)))))
“Kang Muuus, Ceu
Edoh manaaa hahahaha ?”
Aah
senangnya bisa membawa krucil ke tempat ini. Semoga masih banyak waktu kami
untuk menjelajah kota kelahiran ini di lain hari. Bagaimanapun kami harus
segera ke rumah Papa hingga akhirnya kami berpamitan pada masjid raya kebanggaan
kotaku :”Mesjid Raya Bandung”
“Assalamu’alaikum
Masjid Agung Bandung”
![]() |
Mesjid Raya dari kejauhan, sejenak saat kami baru saja sampai |
![]() |
Menyempatkan capture foto keluarga dengan background Mesjid Raya |
![]() |
Krucils |
![]() |
Rahma senderan tangan di menara masjid (seolah-olah) hehehe |
![]() |
Faishal dan Zahra |
![]() |
Tugu Peraturan (Dilarang foto-foto lebay katanya :))) |
![]() |
Segaaaar |
![]() |
Enjoy the landscape |
![]() |
Zahra |
![]() |
Zahra lagi |
![]() |
Abaikan muka belum mandinya |
Waalaikumsalam dari Cikampek mbak :)
ReplyDeletewah, mudik yang menyenangkan ya mbak sekalian wisata religi :)
ReplyDelete