Meski sering saling menelpon bertanya kabar, tapi dulu telpon-telponan dengan Mama saat Ramadhan jelang mudik selalu buat rasa rindu makin meluap-luap. Dan lalu saya akan begitu saja mudah tercekat karena haru dalam perbincangan apapun isi pembicaraan. Suara Mama itu, luar biasa magnetnya. Buat saya mau balik ke masa kecil dan mengulang semua kebersamaan.
Mama tak punya banyak tema obrolan. Kalau ditelpon, Mama hanya acap bertanya :
”Kapan ke Bandung ?”
Dan saya harus menahan tekanan suara agar tetap bisa menghibur hati Mama meski janji pulang Bandung harus dijeda waktu.
Saat Mama mulai sakit-sakitan, dan saya lebih sering pulang menemuinya adalah masa-masa indah lainku bersama Mama. Saya tahu perasaan itu, seorang ibu sejujurnya ingin selalu melihat anak-anaknya dari dekat. Tanpa disadarinya, hati ibu selalu merindukan anaknya meski mereka tak jauh. Lalu bagaimana jika anak-anak telah berkeluarga dan tinggal di kota yang berkilo-kilo meter jauhnya ?
Saat itu karena seringnya saya pulang ke Bandung (seminggu sekali) tanpa membawa suami dan anak-anak supaya saya bisa fokus merawat Mama yang sedang sakit membuat saya merasa kembali ke masa kanak-kanak. Bisa berbincang dan terawa di kamar beliau berjam-jam adalah pengalaman hebat. Tak pernah terbayang itu adalah kesempatan terakhirku bersamanya. Yang saya tahu, saya bahagia melihat Mama tertawa.
Rumah Bandung itu sejarah panjang kami sekeluarga. Mengunjunginya bermakna menapak-tilasinya. Sungguh terperas hati saat saya memandang dari kejauhan wajah Papa yang menua. Dulu, wajah dan sosok itu membuat saya sangat bangga menjadi putrinya Melihat beberapa fotonya, saya dan adik-adik sontak setuju kalau Papa mirip Roy Marteen ahahaha. Sayang fotonya yang kami bilang mirip aktor itu tak sempat saya simpan.
Papa seorang yang berkerpibadian tenang dan cenderung serius. Agenda pulang kampung biasanya akan lebih banyak dihabiskan bersama Mama. Saya tak yakin apakah Papa kesepian atau tidak jika saya atau bersama keluarga datang, karena anak-anak mereka yang perempuan semua lebih condong bercurhat dengan Mama. Papa selalu sibuk, ada saja yang dikerjakannya meski sudah pensiun. Perhatian Papa kepada kami putri-putrinya selalu dalam senyap namun sangat terasa.
Setelah Mama sakit, kesibukan Papa berubah wujud. Lebih sigap mengantar jemput Mama berobat ke mana saja tempat. Menjadi ahli nutrisi Mama dan sekaligus perawat. Dulu mereka senang travelling bersama, setelah Mama sakit mereka masih senang wisata dokter dan pengobatan alternatif. Dan saat-saat terindah bagiku itu adalah saat memandang Papa menyuapkan obat ke mulut Mama di pembaringannya. Allahu, sungguh saya merasa waktu berhenti saat itu hanya untuk mengusap air mata.
Sekarang Mama sudah tiada, dan Papa tak mengubah janji setia. Setiap ke rumah Bandung selalu mencium aroma yang sama. Aroma cinta Mama dan Papa. Papa tak perkenankan siapapun memindahkan barang-barang yang dahulu ditata Mama. Bahkan kaca mata Mama masih tersimpan rapi di lemari. Jika seorang cucunya memainkannya, Papa akan segera mengembalikannya ke tempatnya. Meletakkannya persis serupa dahulu Mama biasa menyimpannya. Ahh baru saya sadari dari mana sifat mello dan sentimentil saya bermula.
Dan hari raya nanti adalah lebaran ke empat bersama Papa di rumah dan Mama di pusara. Tapi itu tak masalah, dimanapun mereka berada Papa dan Mama selalu bersama, dan sama terbawa ke manapun saya pergi ataupun berhuni. Di pikiran dan hati saya mereka memang tak pernah terpisahkan.
Sekarang saya tak bisa menelpon Mama lagi dan bertanya :
”Mama mau oleh-oleh apa ?”
Tapi saya masih bisa melakukannya kepada Papa dan memeluk Papa belahan jiwanya. Di degup jantung Papa, saya bisa mendengar bisikan Mama :
“Mama sayang Winny”
tetap sempatkan ke Badnung buat lebaran ya
ReplyDeleteSelalu mbak Lid, masih ada Papa dan adik saya di Bandung. Mbak Lid mudik ke mana ?
DeleteMak Winny, tulisanmu mengalir santai tapi sendunya kerasa banget. Aura kangen akan sang mama, bikin aq juga kangen mamaku. Jg jd soft reminder utk menelp mamaku malam ini. Selagi aq diberi kesempatan utk dengarkan suaranya. Thanks for this posting. Salam hormat utk Papamu yg setia, dan doaku utk alm. Mamamu Mak, smg Allah memberinya kelapangan dan nikmat kubur ya... Aamiin
ReplyDeleteYa Allah mbak Al, terima kasih atas tutur manismu dan salam serta do'a untuk Mama Papaku. Semoga yang lebih baik untuk mbak Alaika dan keluarga, aamiin. Titip salam hormatku juga buat Mamamu ya mbak.
DeleteMeski tak ada lagi moment seperti dulu, semoga mamanya bahagia disana mbak :)
ReplyDeleteSelagi aq diberi kesempatan utk dengarkan suaranya. Thanks for this posting. Salam hormat utk Papamu yg setia, dan doaku utk alm. Mamamu Mak, smg Allah memberinya kelapangan dan nikmat kubur ya... Aamiin
ReplyDeleteMau nangis aja, ah 😢😢
ReplyDelete