Tuesday, July 28, 2015

Cilok Bumbu Kacang Ala Buitenzorg

Cilok bumbu kacang ala Buitenzorg - Demi Giveawaynya pakde Cholik, kali ini saya buatkan resep asli asal Bandung yang merupakan kependekkan dari kata Aci dicolok (tepung tapioka/kanji/aci/ yang dicolok (ditusuk).

Cilok ini di Bandung merupakan jajanan favorit banyak orang karena paduan rasa gurih dan kenyal dari ciloknya serta rasa manis pedas dari bumbu kacangnya

Jangan Panik Kala Anak Sakit

Jangan panik kala anak sakit - Sejak pulang dari mudik lebaran, Rahma sudah 3 hari ini naik turun suhu badannya. Awalnya saya mengira mungkin ini karena dia sangat kelelahan. Biasanya, gejala demam yang disebabkan daya tahan tubuh yang turun karena kelelahan begini hanya berlangsung selama satu dua hari saja.

Tapi perkiraan saya kurang tepat, sampai hari ketiga Rahma masih demam, malah selain gejala pusing sekarang ditambah dengan keluhan nyeri sendi bahu dan dada (ulu hati). Dokter memperkirakan ada infeksi karena ketahuan ada kelenjar getah bening di bagian paha Rahma yang membengkak.

Friday, July 24, 2015

Kredit GoGo Solusi Masalah Keuangan Kita

Kredit GoGo solusi masalah keuangan kita - Menghadapi tahun ajaran baru, banyak  orang tua yang harus melakukan pengeluaran lebih banyak untuk keperluan sekolah anaknya. Apalagi, seiring berjalannya waktu di mana rata-rata semua harga kebutuhan lain melonjak naik, akhirnya berpengaruh juga pada biaya sekolah anak.

Beruntung bagi mereka yang memiliki penghasilan tetap ataupun tabungan yang cukup untuk keperluan ini, tapi bagaimana dengan mereka yang bernasib sebaliknya ? Terutama para pengusaha atau pedagang kecil yang tidak memiliki penghasilan tetap ?.

Thursday, July 23, 2015

Tempat di Mana Hatimu Berada


Tempat dimana hatimu berada - Sudah di rumah Bogor, tapi pikiran masih terbawa suasana Iedul Fitri kemarin, malam ini saya hanya teringat satu idiom yang sering saya baca :”Home is where the heart is”. Kita jauh-jauh mudik, hanya karena satu alasan, ingin pulang ke rumah, bertemu ayah dan ibu kita, ingin bertemu sanak saudara, bertemu keluarga.

Tak masalah, apakah mudik hanya bagian dari tradisi lebaran di Nusantara atau tidak, tapi mudik atau tidak mudik semua orang tak ada yang tak ingin dekat dan berkumpul dengan keluarganya bukan ?.  Bagaimana tidak, keluarga adalah teman hidup sejak mula terlahir ke dunia. Mengisi kenangan dan sejarah hidup kita. Seburuk atau sebaik apa, keluarga tetap bagian hidup kita.

Meski tak semua orang memulai hari-hari, bulan-bulan dan tahun-tahun pertama hidupnya bersama keluarga kandungnya, tak terhitung orang yang menjalani masa-masa kecilnya bersama orang yang bahkan tak mengenalnya, tiada jalinan darah ataupun silsilah, namun kesamaan cara menjalani proses sebagaimana  yang lainnya telah menjadikan mereka pun memiliki cita rasa berkeluarga  yang sama.

 Mengapa orang rela “menestapa diri” dalam kemacetan dan kelelahan yang panjang hanya untuk pulang ke rumah ?  Karena di rumah ada orang-orang yang hadir di hatinya.

Sepanjang masa kecil hingga sebelum menikah, sudah tiga kali saya mengikuti ayah dan ibu saya berpindah-pindah rumah. Mulai dari Jl. Jakarta Bandung, Jl. Muararajeun Baru Bandung hingga Jl. Kopo Bandung. Begitu pula pasca menikah hingga saat sini sudah tiga kali pula saya berpindah rumah (Jl. Katapang Bandung, Jl. Kopo Bandung hingga menempati rumah yang sekarang di Jl. Ciomas Bogor. Meski semua rumah yang saya tempati berturut-turut itu memiliki model yang tak serupa, luas bangunan dan luas tanah yang tak sama, jarak dengan rentang yang berbeda, tapi seingat saya semua miliki rasa yang sama.

Rasa di mana hati ingin cepat pulang saat sedang di manapun berada.  Rasa di mana hati betah saja meski rumah hanya dihias sehelai taplak meja, rasa di mana hanya sekepal nasi hangat tanpa laukpun terasa lezat saja. Rasa di mana selalu ingin melindungi dan menjaga meski harta benda sedikitpun tiada.

Ya, karena rumah sesungguhnya bukanlah sekedar materi pasir, semen dan batu, apalagi sekedar cat, gordyn ataupun pagar kayu. Rumah sebenarnya adalah di manapun orang-orang yang kita sayangi berada.  Jadi saat kita ingin pulang sejatinya kita ingin bertemu mereka yang dicinta. Tak peduli bagaimana dan di mana, rumah adalah tempat di mana keluarga kita berada.

Bayangkan rumah tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa saudara, tanpa suami , tanpa anak-anak kita.  Tak peduli semegah seindah apa, pasti kita akan segera meninggalkannya. Mencari ke manapun tempat mereka berada. Atau setidaknya, biarkan mereka tetap berkumpul di dalam ingatan kita. Itu semua karena, :”Rumah adalah tempat di mana hati kita berada”. Cause home is where your heart is.






Tuesday, July 21, 2015

Sedihlah Namun Tetaplah Sabar

Sedihlah,  namun tetaplah sabar

Akan ada saatnya di dalam hidupmu kau merasa sedih, terpuruk dan merasa terasing. Entah karena apa, tapi sadarlah bahwa tak selamanya kita berada di puncak-puncak tangga, yang diperkenan untuk tetap bersemayam selamanya. Bukankah kita berputar di lingkaran yang fana ?

Mungkin suatu hari kau akan sakit, atau tertimpa sesuatu yang menyesakkan hati. Mungkin kegembiraanmu hilang dan senyummu pun pudar. Namun itu tak harus membuat langit semangatmu runtuh. Zaman bisa berubah, pun orang-orang tak selamanya bersikap sama. Jadi bersedihlah, namun tetaplah sabar.

Monday, July 20, 2015

Hari Raya di Rumah Nenek

Hari raya di rumah nenek - Judulnya duuh, kayak judul tugas mengarang bebas anak SD aja ya hehe. Tapi memang begitulah aura berlebaran hari ke tiga di kampung halaman Papa saya adalah nostalgia yang nggak pernah hilang. 

Sebenarnya rumah yang saya sebut rumah nenek itu sudah bukan rumah nenek saya lagi tapi sudah turun ke salah satu putranya yaitu paman saya. Tapi hari raya masa kecil hingga remaja saya yang selalu dilewatkan di sana membuat refleks pikiran dan hati saya selalu mengarah ke sebutan itu. Buat saya, rumah sederhana berhalaman luas, berjendela banyak dan berkolam besar itu tetap rumah Nenek.

Sunday, July 19, 2015

Tips Ngeblog di Perjalanan

Tips ngeblog di perjalanan - Di sepertiga akhir bulan Ramadhan yang lalu, saya mengikuti tantangan blogpost selama 15 hari berturut-turut di sebuah komunitas menulis yang saya join di dalamnya. Alasan saya menjawab tantangan itu karena melihat tujuannya baik, yaitu melatih konsistensi menulis dan itu sangat penting bagi seorang penulis.

Saat tantangan ini dimulai, saya sudah tahu konsekuensinya, yaitu harus tetap bisa update tulisan di saat hari raya iedul fitri dan hari-hari di sekitarnya yang pastinya full kesibukan khas lebaran. Secara, saya tetap gak boleh meninggalkan kewajiban mengurus kebutuhan suami dan anak-anak khususnya selama di tempat mudik kan. Tapi saya coba bersikap tenang, yang penting lakukan persiapan yang baik, soal inspirasi tulisan saya yakin ada di manapun dan kapanpun.

Selain packing baju, alat mandi, oleh-oleh dan sebagainya, saya juga mempersiapkan gadget, perangkat untuk tetap bisa ngeblog selama di perjalanan seperti berikut :

1. Smartphone mungil saya merek Samsung G-18262 yang sudah saya isi dulu sebelum mudik dengan full kuota internet. Smartphone ini nanti akan menjadi gadget utama saya menulis di perjalanan.

2. Siapkan aplikasi apa saja yang dibutuhkan untuk memudahkan kita ngeblog di perjalanan. Saya sendiri menggunakan aplikasi ini :

  • Browser, tentu saja browser adalah aplikasi paling penting bagi saya di dalam smartphone untuk keperluan apapun. Hampir seluruh aplikasi bisa diakses melalui browser. 


  • Note Everything (NE) agar bisa membuat draft tulisan tanpa harus khawatir ada kejadian publish sebelum waktunya. Ya kadang saat saya menulis di aplikasi blognya langsung, bisa tak sengaja tersentuh panel publish saat masih asyik menulis di draft. Dengan NE ini saya lebih tenang. Anda bisa mengunduh aplikasi NE ini ataupun aplikasi note lain di android dengan tujuan seperti yang saya sebutkan.

  • Blogger (Blogspot) dan WP (word press) tergantung platform apa yang digunakan. Jika sudah selesai menulis dan melakukan self editing salin dan tempelkan (copy paste) tulisan dari NE ke aplikasi blog ini. Lalu tambahkan gambar yang sudah disiapkan dari gallery foto di gadget anda. Khusus blogspot, biasanya saya edit foto dan edit yang lain dari blogspot yang bukan aplikasi dari android, melainkan dari browser karena tampilan blogger di browser sama dengan tampilannya di laptop sehingga lebih mudah melakukan editing. 


3. Charger sebagai perangkat penting pengisi daya gadget kita. Tanpanya, kegiatan menulis kita akan terhambat.

4. Power Bank, adalah hal penting lain perangkat yang diperlukan agar bisa tetap update tulisan di blog. Power bank ibarat penyambung nyawa gadget kita pabila sudah kehabisan dayanya. Untuk itu pilihlah power bank dengan daya  yang cukup untuk keperluan menulis kita. Saya sendiri menggunakan power bank dengan daya 1200 MaH.

5. Laptop / Notebook sekarang tak lagi menjadi perangkat utama ngeblog di perjalanan tapi saya tetap membawanya. Saat waktu senggang atau kondisi di perjalanan memungkinkan laptop beserta perangkat internetnya tentu saja akan berguna untuk kita cek tampilan akhir postingan kita di blog atau menambah perbaikan (editing) yang terlewat saat ngeblog di smartphone.

Demikian tips ngeblog di perjalanan ala saya. Dan postingan ini saya tulis di perjalanan menuju rumah saudara saya di dalam kota untuk bersilaturahmi.  Upss, dengan catatan di perjalanan itu kita bukan yang jadi pengemudinya ya. Kalau sedang jadi sopir boleh tunda dulu ngeblognya hehehe. Selamat ngeblog :-)



Saturday, July 18, 2015

Cinta Sempurna Asma

Cinta sempurna Asma - Menikmati sisa hari sepulang dari keliling silaturahmi keluarga, sambil cuci lalu setrika baju saya menonton satu film yang lama saya ingin menontonnya; Assalamualaikum Beijing yang merupakan adaptasi dari novel yang berjudul sama karya seorang penulis yang saya kagumi Asma Nadia. Saya belum membaca novelnya, tapi sesudah ini pasti saya akan kepikiran terus untuk memilikinya.

Saya kira ini film cinta biasa (ya saya memang penggemar kisah-kisah roman apalagi roman religius) tapi ternyata ini melebihi ekspektasi saya. Ada dialog-dialog yang menyentuh di beberapa scene-nya, tak hanya tentang cinta, tapi juga tentang hakikat beragama.

Lebaran Ceria

Lebaran ceria - Ada yang bilang, berlebaran itu gampang, yang susah itu beridul fitri. Karena berlebaran hanya pemenuhan keinginan jasad. Dibukanya pagar yang semula terkunci dari sejak ba'da sahur hingga saat magrib tiba kadang membuat kita lupa akan makna puasa sepenuh bulan sebelumnya. 

Sedang beridul fitri mengajak orang untuk tak kembali membuat kesalahan. Menghimbau kita untuk meneruskan kebiasaan baik yang sudah disemai saat ramadhan. 

Friday, July 17, 2015

Napak Tilas

Napak tilas - Saya tak berasal dari kota sepenuhnya, tapi juga bukan asli desa segenapnya. Darah saya campuran keduanya. Tak heran kalau saya betah-betah aja berada di suasana mana saja. Tapi khusus untuk menggalau, dulu saya lebih mencari suasana pedesaan. Untungnya rumah saya juga tak jauh dari pesawahan. Jadi kalau ngambek-ngambek dikit ya larinya ke sana. Jangan khawatir, saya nggak sampai nyanyi lagu India koq J))

Setelah menikah, saya lebih sering lagi menemukan suasana desa, karena suami saya berasal dari sebuah kampung yang masih alami, tempat di mana penduduknya mendapat air minum dari mata air di pegunungunan di sana, tempat di mana gigi saya bisa gemeletuk karena kedinginan, tempat di mana orang-orang saling menolong dan membantu begitu saja tanpa mengharapkan balasan.

Thursday, July 16, 2015

Tips Perjalanan Malam

Tips perjalanan malam - Menjelang hari-hari besar seperti hari raya iedul fitri, acara mudik adalah satu hal dari sekian banyak tradisi masyarakat kita sekian lama. Mengunjungi kampung halaman untuk bersilaturahmi kepada orang tua dan keluarga sudah menjadi kebiasaan turun temurun yang membahagiakan.

Namun demikian, sudah menjadi kemafhuman publik pula, bahwa untuk tradisi tahunan ini, orang harus siap dengan kondisi jalanan yang menjemukan, terutama disebabkan karena kemacetan. Berpanas-panas di jalan meski di dalam mobil pribadi sungguh tak nyaman. Apalagi jika ada penumpang kendaraan yang lekas-lekas ingin ke toilet, suasana bepergian semakin menegangkan 😥

Masjid Agung Bandung

Masjid Agung Bandung - Sekitar pukul 3.30 pagi hari Rabu kemarin tim mudik keluarga Suherlan tiba di gerbang tol Bandung, alhamdulillah. Masih ada waktu untuk sahur, suami langsung mengarahkan mobil ke restoran sunda favoritnya jika berada di Bandung ‘Laksana’. Sayang, destinasi kami ternyata tutup akhirnya kami memutar menuju resoran ‘Ampera’ di seberangnya yang sebenarnya makanannya enak-enak juga menurut saya.

Selesai sahur, tiba-tiba ada request untuk shalat shubuh di Masjid Agung. Mesjid yang biasa kami orang Bandung menyebutnya seperti itu sebelum sekarang dikenal sebagai Masjid Raya Bandung.Tanpa berpikir lagi, semua tak ada yang tak sepakat. Saya sendiri sangat akrab dengan mesjid itu saat sebelum menikah. 

Tuesday, July 14, 2015

Mudik ke Awal

Mudik ke awal - Di hari-hari dalam lingkaran hari raya Iedul Fitri seperti sekarang ini, apalagi yang lebih memenuhi pikiran kebanyakan keluarga di Indonesia khususnya selain dari baju/ kue lebaran, mudik, ketupat, opor ayam serta silaturahmi keluarga ya. Tak ada hari raya tanpa semua hal itu rasanya. Sudah sejak lama umat Islam di negeri ini mengkhidmati hari rayanya dengan tradisi yang indah ini.

Dalam sebuah keluarga biasanya sang ibulah yang semakin sibuk mengalokasi anggaran dan mengurusi semua kebutuhan keluarga. Bagi yang biasa mendapat tunjangan hari raya dari tempat bekerja (THR), tentu sudah terbayang rencana apa yang akan dieksekusi dengan uang tunjangan itu dalam rangka merayakan hari lebaran, lain halnya dengan pekerja serabutan yang harus lebih mengetatkan usaha dan perencanaan keuangan sejak jauh-jauh hari demi memenuhi hak keluarga di moment istimewa ini.

Persembahanmu


Jika hidup adalah sebuah perjalanan, maka ada jarak-jarak tertentu dalam sepanjang masa itu dimana kita berjumpa cerita-cerita yang berbeda.

Setiap cerita,akan menyimpan kisahnya tersendiri dalam laci-laci sejarah, yang hanya dapat ditemui pemiliknya pada sebuah ruang yang disebut kenangan.

Tiada sesiapa yang dapat membuka dan merenggutnya, karena kunci kenangan tersimpan dan terabadi di rumah terindahmu sendiri, ialah hatimu.

Seorang sahabat baik, telah membuatkan sebuah video keluarga kami untukku di masa yang lalu. Hingga hari ini, masih tersimpan dengan baik file-nya, dan akan selalu kujaga sesuai permintaannya.

Setiap membuka video ini, tak hanya kenangan tentang keluargaku yang berkelindan di hatiku, namun demikian juga dirinya, sang penggubahnya.

Kusematkan tagline untuk video ini :
Home is where the heart is


Karena rumah bagiku adalah dimana hatiku berada, ialah keluargaku.


Terima kasih atas karya yang indah ini.
Sederhana, namun berkesan di hati.

Life is Journey






Monday, July 13, 2015

Di Degup Jantung Papa

Setiap akhir ramadhan, bayangan biasanya sudah mendahului berangkat ke kampung halaman. Angan-angan tentang hari raya di sana sudah berkelindan di mata. Biasanya, perasan-perasaan begini membuat persiapan pulang kampung jadi menyenangkan. Kangen Mama Papa dan rencana bertemu mereka jadi ecstasy belanja dan packing perbekalan untuk mudik.

Meski sering saling menelpon bertanya kabar, tapi dulu telpon-telponan dengan Mama saat Ramadhan jelang mudik selalu buat rasa rindu makin meluap-luap. Dan lalu saya akan begitu saja mudah tercekat karena haru dalam perbincangan apapun isi pembicaraan. Suara Mama itu, luar biasa magnetnya. Buat saya mau balik ke masa kecil dan mengulang semua kebersamaan.

Mama tak punya banyak tema obrolan. Kalau ditelpon, Mama hanya acap bertanya :

”Kapan ke Bandung ?

Dan saya harus menahan tekanan suara agar tetap bisa menghibur hati Mama meski janji pulang Bandung harus dijeda waktu.

Saat Mama mulai sakit-sakitan, dan saya lebih sering pulang menemuinya adalah masa-masa indah lainku bersama Mama. Saya tahu perasaan itu, seorang ibu sejujurnya ingin selalu melihat anak-anaknya dari dekat. Tanpa disadarinya, hati ibu selalu merindukan anaknya meski mereka tak jauh. Lalu bagaimana jika anak-anak telah berkeluarga dan tinggal di kota yang berkilo-kilo meter jauhnya ?

Saat itu karena seringnya saya pulang ke Bandung (seminggu sekali) tanpa membawa suami dan anak-anak supaya saya bisa fokus merawat Mama yang sedang sakit membuat saya merasa kembali ke masa kanak-kanak. Bisa berbincang dan terawa di kamar beliau berjam-jam adalah pengalaman hebat. Tak pernah terbayang itu adalah kesempatan terakhirku bersamanya. Yang saya tahu, saya bahagia melihat Mama tertawa.

Rumah Bandung itu sejarah panjang kami sekeluarga. Mengunjunginya bermakna menapak-tilasinya. Sungguh terperas hati saat saya memandang dari kejauhan wajah Papa yang menua. Dulu, wajah dan sosok itu membuat saya sangat bangga menjadi putrinya Melihat beberapa fotonya, saya dan adik-adik sontak setuju kalau Papa mirip Roy Marteen ahahaha. Sayang fotonya yang kami bilang mirip aktor itu tak sempat saya simpan.

Papa seorang yang berkerpibadian tenang dan cenderung serius. Agenda pulang kampung biasanya akan lebih banyak dihabiskan bersama Mama. Saya tak yakin apakah Papa kesepian atau tidak jika saya atau bersama keluarga datang, karena anak-anak mereka yang perempuan semua lebih condong bercurhat dengan Mama. Papa selalu sibuk, ada saja yang dikerjakannya meski sudah pensiun. Perhatian Papa kepada kami putri-putrinya selalu dalam senyap namun sangat terasa.

Setelah Mama sakit, kesibukan Papa berubah wujud. Lebih sigap mengantar jemput Mama berobat ke mana saja tempat. Menjadi ahli nutrisi Mama dan sekaligus perawat. Dulu mereka senang travelling bersama, setelah Mama sakit mereka masih senang wisata dokter dan pengobatan alternatif. Dan saat-saat terindah bagiku itu adalah saat memandang Papa menyuapkan obat ke mulut Mama di pembaringannya. Allahu, sungguh saya merasa waktu berhenti saat itu hanya untuk mengusap air mata.

Sekarang Mama sudah tiada, dan Papa tak mengubah janji setia. Setiap ke rumah Bandung selalu mencium aroma yang sama. Aroma cinta Mama dan Papa. Papa tak perkenankan siapapun memindahkan barang-barang yang dahulu ditata Mama. Bahkan kaca mata Mama masih tersimpan rapi di lemari. Jika seorang cucunya memainkannya, Papa akan segera mengembalikannya ke tempatnya. Meletakkannya persis serupa dahulu Mama biasa menyimpannya. Ahh baru saya sadari dari mana sifat mello dan sentimentil saya bermula.

Dan hari raya nanti adalah lebaran ke empat bersama Papa di rumah dan Mama di pusara. Tapi itu tak masalah, dimanapun mereka berada Papa dan Mama selalu bersama, dan sama terbawa ke manapun saya pergi ataupun berhuni. Di pikiran dan hati saya mereka memang tak pernah terpisahkan.

Sekarang saya tak bisa menelpon Mama lagi dan bertanya :

”Mama mau oleh-oleh apa ?

Tapi saya  masih bisa melakukannya kepada Papa dan memeluk Papa belahan jiwanya. Di degup jantung Papa, saya bisa mendengar bisikan Mama :

“Mama sayang Winny