Papa bisa tinggalkan Nana sekarang Pa.
"Wowww" ....
Hanya itu yang kuucapkan, meski apa yang buncah di dadaku mungkin melebihi letusan Gunung Merapi. Kupandangi sepeda mini yang selalu kuinginkan dan selalu kumohon-mohonkan penuh hiba kepada Mama dan Papa sejak berbulan-bulan yang lalu. Tak kusangka, sesuatu yang ditilam plastik lebar bergambar di kamarku tadi malam adalah sepeda yang kuimpikan.
Dan kini Papa telah berada di sampingku, tepat disisi lenganku yang mencengkeram erat sepedaku. Seakan ia merasakan degup di dadaku, Papa menentramkan hatiku.
Tuesday, December 31, 2013
Wednesday, December 25, 2013
Perdu Rindu
Seraut wajah memandang gegana nan putih berlayangan di angkasa raya
Merupa kanvas biru teramat biru di langit kotanya
"Kamu kangen aku tha mas ?". Tanya hatinya
Lalu coklat bola matanya mencermati kuntum-kuntum bunga perdu yang tadi dipetiknya. Ada satu, dua, tiga, empat, ahh tujuh bunga perdu ada diantara ujung-ujung jemarinya.
Tiba-tiba dua alis indah itu seakan hendak membentuk kurva. Sayu menjelajahi parasnya. Angin savana hampir-hampir menenggelamkan suaranya yang lirih :
"Maaf ..."
Ia menghembuskan satu tiupan, dan bunga-bunga perdu beterbangan. Terbang pada bayangan yang terus melibat sukmanya.
Rindu.
Merupa kanvas biru teramat biru di langit kotanya
"Kamu kangen aku tha mas ?". Tanya hatinya
Lalu coklat bola matanya mencermati kuntum-kuntum bunga perdu yang tadi dipetiknya. Ada satu, dua, tiga, empat, ahh tujuh bunga perdu ada diantara ujung-ujung jemarinya.
Tiba-tiba dua alis indah itu seakan hendak membentuk kurva. Sayu menjelajahi parasnya. Angin savana hampir-hampir menenggelamkan suaranya yang lirih :
"Maaf ..."
Ia menghembuskan satu tiupan, dan bunga-bunga perdu beterbangan. Terbang pada bayangan yang terus melibat sukmanya.
Rindu.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Template by Blogger Perempuan