Kutitipkan cintaku
Mata sayu Naura memandang ujung sajadahnya. Ujung sajadah yang
selalu terlipat karena dipermainkan Alya bidadari kecilnya di setiap ia
bermunajat. Tak seperti biasa, wanita berparas tirus itu hanya
memandangi ujung sajadahnya saja, tak segera dirapikannya. Sedang bibir
tipisnya masih basah melafadzkan wirid-wirid, dan jemarinya membelai
usap rerambut tipis yang menutupi mata putrinya yang sabit. Mata yang
mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang dicintainya, yang telah
meninggalkan mereka berdua tujuh tahun yang lalu.