Pada rerintik yang terus mengusik
Pada angin yang mengelus menelisik
Aku sisipkan tanya
Apakah aku masih setegar dahulu
Saat badai itu membuncah dada
Saat tak sedetikpun tanpa air mata
Saat lisan tak putus memanggil sebuah Nama
Lalu aku kehilangan asa
Yang dahulu padanya kutautkan renjana
Menepis membuang segala lekat
Menjauh, lalu merapuh ...
Namun bayangan masih terus berkelindan
Setiap kata-kata masih tersimpan
Saat katamu :
"Dirimu serupa bayang-bayang, hanya nampak sebatas pandang"
Lalu kita terdiam ...
menusuk menikam,...mungkin itu yg terasa menyesakkan dada ?
ReplyDelete:)
:) hehe iya dek, kembali berpuisi di blog baru ini.
Deletehmm benrr banget kak :")
Delete