Thursday, May 10, 2012

Ketika Syurga Tak Lagi Indah

Indah warna bersemburat di kanvas lembut
Setiap goresan munculkan kagum
Ingin hati memilikinya
Tentu kan puaslah jiwa
Siapakah pemiliknya ?
Pemiliknya utama tentulah pelukisnya
Jika begitu manakah yang lebih bernilai ?
Lukisan ataukah pelukisnya ?



Indah kata-kata bersusun sirih
Setiap kalimat dzahirkan takjub
Ingin hati selalu membacanya
Tentu kan puaslah jiwa
Siapakah sastrawannya ?
Yang pintar berkisah pandai bercerita
Jika begitu manakah yang lebih berharga ?
Sya'ir ataukah pujangganya ?



Indah rupa santun berbudi bahasa
Ramah senyumnya lahirkan kerinduan
Ingin hati meminangnya
Tentu kan puaslah jiwa
Siapakah pemiliknya ?
Pemiliknya  tentulah Penciptanya
Jika begitu manakah lebih mulia
Sang rupawan ataukah Khaliknya ?


Begitu ramai keindahan dunia, tak terhitung ni'mat sedia di hadapan mata
Ingin bisa menjamahnya
Mungkin disanalah syurga berada


Dimanakah syurga ?
Mungkin didalam lezat makanan berlumur mentega
Mungkin didalam segar minuman berlinangan gula
Dikejar diburu tiada lelah
Ternyata tak berhenti puas disana
Syurgaku tak lagi indah


Tapi dimanakah syurga ?
Mungkin didalam mewah pakaian-pakaian indah
Mungkin didalam mahal tas dan sepatu termasyhur
Dicari dipesan tiada letih
Ternyata tak berhenti puas disana
Syurgaku tak lagi indah


Dimanakah syurga ?
Mungkin didalam megah istana-istana berpilar tinggi
Mungkin didalam mewah limousine berkilatan licin
Dikejar dicari tiada henti
Ternyata tak berhenti puas disana
Syurgaku tak lagi indah


Namun dimanakah syurga ?
Mungkin didalam rupawan wajah-wajah berkilau
Mungkin didalam indah tubuh-tubuh gemulai
Mungkin didalam tegap tubuh-tubuh yang gagah
Dikejar diburu tiada lelah
Ternyata tak berhenti puas disana
Syurgaku tak lagi indah


Apakah syurgaku sesungguhnya ada disana ?
Di tempat terakhir yang kitab-kitab kisahkan
Yang mengalir sungai-sungai didalamnya
Yang minumannya hanya madu dan susu
Yang buah-buahannya tinggal memetiknya jika menginginkannya
Yang kekasihnya para bidadari elok rupawan lagi muda usia
Yang ni'matnya tak pernah terdetik dalam hati
Yang indahnya tak pernah terlihat kasatnya mata
Yang megahnya tak pernah terdengar telinga


Segala yang manusia pernah mengejarnya saat di dunia ?


Akankah puas berhenti disana ?
Adakah penghuni syurga sesungguhnya akan bahagia ?
Jika tak bersua Tuhannya


Maka manakah yang lebih indah ?
Syurga ataukah Penciptanya ?


Tiada yang lebih indah selain Allah
Cahaya diatas Cahaya


Yang Maha Dekat tak pernah meninggalkan kita
Yang Maha Penyayang tak pernah khianati hamba-hambaNYA
Yang Maha Bijaksana mengampuni taubat penyeru-penyeruNYA
Yang Maha Lembut menghibur setiap kesedihan kekasih-kekasihNYA
Yang Maha Memelihara menjaga seluruh ciptaanNYA
Yang Maha Kasih mencinta semua makhluqNYA



Wahai Sang Maha Segala
Sesungguhnya tiada lagi kata-kata
Hancurlah segala makna
Hilang sudah seluruh yang ada
Tenggelam dalam pesona
Segala ni'mat tiada arti lagi
Di hadapan Nur "WajahMU"
Syurga tak lagi indah







Pada suatu malam,setelah usai perang Badr, dalam letih dan badan penuh luka, Nabi saw dan para shahabat beristirahat dan bermalam di suatu tempat. Kala itu bulan sedang Purnama, Nabi memandang wajah bulan dan bersabda kepada para shahabatnya :
"Kelak kalian akan melihat Tuhanmu nyata, seperti kalian melihat bulan itu malam ini".
Kata-kata Nabi saw yang membuat seluruh yang mendengarnya menangis, karena telah lama mereka merindukan Tuhannya yang untuk itu  mereka rela berjihad dijalan-NYA.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

وُجُوهُُ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabb-nya mereka melihat.. [Al Qiyamah : 22-23].



Siapa tak merinduMU Tuhan 
Kami semua ingin bertemu
Perkenankanlah ya Rabb ...


------------------------------------------------------------------------------
Foto milik Nita Kurniasari

Air Matamu, Harta Tak Ternilaimu

Terkadang,  biru itu tak selalu langit atau lautan
Ia menyaput juga hatimu
Kala rinai di matamu luruh
Ia pendar di tatapmu sendu
Kala memandang senja yang tak lagi jingga
Melukis bayangan di rerintik hujan yang kidungkan kesunyian
Seperti bulan yang sedang gerhana
Tak hendak nampakkan senyuman


Di detik embun berubah salju
Desau angin kutipkan gigil di ringkih raga
Seakan kabarkan ada getar dikedalaman diri
Isyaratkan lemahmu di belantara hidup
Setiap detik mengais asa
Menyusuri labirin usia yang diasuh taqdirmu
Meraba-raba cahaya
Mencari-cari lentera
Adakah jalan disana ?


Pasir di pesisir saling berbisik
Bertanya-tanya kepada ombak yang diutuskan
"Mengapa Tuhan ciptakan air mata ?"
Sedang pepohonan yang terus berdzikir masih mendengar harapan
Dan gunung-gunung yang berjalan masih melihat gapaian
Awan-awan masih melaksanakan perjalanan
Dan tata surya masih berthawaf di garis peredaran


Dibalik mega-mega bergumpalan kelabu
Ada bianglala yang tak dilihat senja
Namun cahaya menghantarnya jauh ke bumi
Sulamkan indah pada sungai-sungai  bermuram durja
Hingga angin ceritakan sebuah rahasia
Mengapa Tuhan ciptakan air mata


Air matamu sayang ...
Adalah sahabat bagi jiwa
Ia menjadi teman saat kau tertawa
Iapun menjadi kawan saat samsara


Air mata adalah saudara dalam suka dan duka
Ia pembebas risau yang menjeratmu
Dengannya kau dapat terisak hingga legalah dadamu
Dengannya kau dapat tersedu hingga genaplah kesahmu


Air matamu sayang ...
Adalah karib bagi rasa
Kau butuhkan ia memeluk kesedihanmu
Kau rindukan ia mendekap bahagiamu
Darinya, kau temukan ketentramanmu


Terkadang, tangisan tak selalu adalah kesedihan
Iapun penguasa bahagiamu
Kala senyum terulas di bibirmu
Ia pijar di sinar wajahmu
Kala memandang fajar yang kemilau
Gambarkan harapan baru di biru langitmu
Seperti mutiara yang tersimpan
Air matamu, adalah harta tak ternilaimu ....







Jebak



Lihat, malam ini langit berhias bintang. 
Dan aku masih bisa memandang kemegahan ini dengan takjub.
Seperti kala ku menatapmu, betapa dunia bertekuk lutut kepadamu. 
Dengan mudah kau petik karunia alam ƴanğ kusebut ia kemewahan. 
Kerupawanan bukan perhiasan asing bagimu.
"Besokpun, bisa kupungut ƴğ manapun ƴğ kumau" katamu.
Maka bergeraklah rasa malu milikku ƴanğ tinggal debu. 
Betapa jauhnya jarak ƴanğ terbentang.
 Engkau adalah langit dan bintang-bintang ada dalam jangkauanmu.
Sedang aku hanyalah serpihan kayu lapuk terpuruk di bumi ceruk. 
Entah bagaimana kau pernah menemukanku dan memandangku lekat. 
Mungkin Tuhan sedang bercanda kepadaku, dan tersenyum bijak, saat melihat kuterjebak di rimba pekat.
Dan memelas kumemohon kepadaNYA :
"Tuhan, aku ingin pulang".

Suara-Suara

Kudengar suara-suara
Lamat-lamat merambat melilit sukma
Adakah suara itu ϑαtαπğ dari Syurga ?
hati diharu biru dibuatnya

Di lima tepian waktu kudengar senandungnya
mengulang mengeja menyebut-nyebut sebuah nama
Di hening entah ku tersungkur takluk
Mengais tangis menampung cucuran sejuk

Seperti langgam rindu lantunkan setunduk takdzim
Mengelus-elus rasa membelai-belai bathin
Seakan waktu berhenti tak berputar lagi
hingga tersadar air mata tak dapat dibendung lagi


Aku bukanlah sebangsa ahli syurga
hanya seonggok daging dan tulang belulang Чάπƍ diberi nama
izinkan kudekat merapat didindingnya
agar masih dapat kudengar suara dan kudekap lekat tentram dijiwa


Masih kudengar suara-suara
Menembus langit hingga Sidratul Muntaha
Magis mempesona menyihir jiwa
Biar kusimpan kujaga hingga habis usia ...

Adalah Cinta



Adalah cinta yang membuat segala kesulitan tak lagi mengikat, seluruh kesedihan tak lagi menjerat, segenap amarah tak lagi membebat.

Adalah cinta yang membuat setiap risau berubah kelegaan, setiap hampa berubah harapan, setiap sendu berubah senyuman.

Semoga hanya cinta yang membalut qalbu, yang buat kita rindu mengecup sujud dan mendekap syurga.






Ilalang Senja

Ilalang senja





Ada yang berdenyar di palung hati

Seperti suara perdu berbisik kepada angin
"Hai, apakah kau membawa pesan dari rembulan ?"
Tetapi angin enggan bercerita, ia hanya lalu saja

Ilalang tersenyum dan lirih dalam sayu
"Hening ini indah"









Foto milik Nita Kurniasari